Pencitraan, Jokowi-JK Tak Berani Hapus Subsidi BBM  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Senin, 18 Agustus 2014 06:27 WIB

Ekspresi Jokowi dan Jusuf Kalla saat menjawab pertanyaan moderator dalam Debat Capres Cawapres 2014 di Hotel Bidakara, Jakarta, 5 Juli 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan memprediksi, ketika sudah resmi menjadi Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla tak berani mengambil keputusan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi untuk menekan beban fiskal dalam waktu dekat. "Bagaimanapun juga, ada masalah pencitraan. Baru memimpin, tak mungkin mengambil kebijakan yang tak populis," kata Mamit kepada Tempo, Ahad, 17 Agustus 2014. (Baca: Tim Transisi: Gerak Jokowi Terkunci RAPBN 2015)

Namun, Mamit berpendapat, kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi harus segera diputuskan. Apalagi konsumsi BBM bersubsidi semakin hari semakin tinggi. "Saya rasa pemerintah baru bisa mengambil keputusan ini sekitar semester II tahun depan," ujarnya. (Baca: Tim Transisi Kaji Penghematan APBN 2015)

Belanja subsidi BBM, LPG, dan BBN dalam RAPBN 2015 sebesar Rp 291,1 triliun, naik cukup signifikan dibanding ketetapan dalam APBN-Perubahan 2014 yang sebesar Rp 246,5 triliun. Selain anggaran, volume BBM bersubsidi juga meningkat dari 46 menjadi 48 juta kiloliter. (Baca: Jokowi Dinilai Tersandera APBN 2015)

Wakil presiden terpilih Jusuf Kalla setuju subsidi BBM segera dialihkan untuk belanja yang lebih produktif. Menurut dia, pemerintah nantinya harus membuat kebijakan terbaik untuk bangsa ini dalam pengelolaan subsidi energi yang selama ini selalu membebani anggaran negara. (Baca: Optimalkan APBN, Jokowi Akan Terapkan E-Budgeting)

Hanya, Kalla belum bisa memastikan apakah anggaran untuk subsidi BBM akan langsung dikurangi setelah dia dan Joko Widodo dilantik pada Oktober mendatang. "Nanti akan kami bicarakan. Pokoknya, itu (subsidi) harus dikelola ulang," katanya. (Baca: Jokowi: Subsidi RAPBN 2015 Terlalu Besar)

Sementara itu, presiden terpilih Joko Widodo mengatakan, dari asumsi RAPBN 2015, pos anggaran yang paling berat adalah alokasi subsidi yang terlalu besar. "Subsidi terlalu besar. Banyak tempat-tempat yang bisa diefisienkan," katanya. Menurut Jokowi, pemerintahannya nanti harus membuat RAPBN lebih efisien, sehingga ada ruang fiskal yang cukup bagi program-program yang akan dikerjakan.

AYU PRIMA SANDI | ANGGA SUKMA WIJAYA | ANANDA TERESIA

Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi

Berita terpopuler lainnya:
Kubu Prabowo: Masih Cukup Waktu untuk Pemilu Lagi
Prabowo: Kecurangan Pilpres Catatan Buruk Sejarah
Seumur Hidup Michael Owen Cuma Nonton 5 Film

Berita terkait

Akhir Politik Jokowi di PDIP

2 jam lalu

Akhir Politik Jokowi di PDIP

Kiprah politik Joko Widodo atau Jokowi di PDI Perjuangan sudah tamat. Mantan Wali Kota Solo itu butuh dukungan partai politik baru.

Baca Selengkapnya

Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

7 jam lalu

Menteri AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis untuk Masyarakat Sulawesi Tenggara

Menteri ATR/Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyerahkan 300 sertifikat tanah secara simbolis untuk masyarakat Sulawesi Tenggara.

Baca Selengkapnya

Kaesang Ungkap Pesan Jokowi untuk PSI Hadapi Pilkada 2024

9 jam lalu

Kaesang Ungkap Pesan Jokowi untuk PSI Hadapi Pilkada 2024

Kaesang mengingatkan kader PSi untuk ikut berpartisipasi dalam Pilkada 2024 pada wilayah dengan potensi jumlah kursi terbanyak.

Baca Selengkapnya

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

9 jam lalu

1 Juta Warga Indonesia Berobat ke Luar Negeri, Kemenkes: Layanan Kesehatan Belum Merata

Jokowi sebelumnya kembali menyinggung banyaknya masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri dalam rapat kerja Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

21 jam lalu

Jokowi Tunjuk Luhut sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional, Ini Daftar Anggotanya

Luhut Binsar Pandjaitan ditunjuk sebagai Ketua Dewan Sumber Daya Air Nasional.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

21 jam lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

22 jam lalu

Jokowi Minta Menlu Persiapkan Negosiasi Ketahanan Pangan dengan Vietnam

Presiden Jokowi menerima laporan hasil lawatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ke Vietnam beberapa hari lalu.

Baca Selengkapnya

Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

23 jam lalu

Usai Tak Lagi Dianggap Kader PDIP, Gibran Bilang Belum Bergabung Kemana-Mana

"Kami berteman dengan semua, semua partai kami anggap rumah ya," ujar Gibran.

Baca Selengkapnya

Jokowi hingga Ma'ruf Amin Dukung Rencana Prabowo-Gibran Rangkul Semua Kalangan

23 jam lalu

Jokowi hingga Ma'ruf Amin Dukung Rencana Prabowo-Gibran Rangkul Semua Kalangan

Jokowi memastikan pemerintah mendukung proses peralihan pemerintahan ke Prabowo-Gibran dapat berjalan baik dan lancar.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

23 jam lalu

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.

Baca Selengkapnya