Pekerja mengisi tabung gas elpiji 3 kg di Pertamina Unit Pemasaran III Depot Ujung Berung, Bandung, Jawa Barat, Rabu (8/1). Harga jual Elpiji 3 kg di tingkat pengecer naik antara Rp 17.000 sampai Rp 20.000 per tabung. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Saleh Abdurrahman mengaku bahwa rencana kenaikan harga elpiji 12 kg bisa mendorong masyarakat beralih menggunakan elpiji ukuran 3 kg. "Potensi migrasi sangat besar sekali ke arah itu," kata dia. (Baca juga : Kenaikan Harga Elpiji Sedang Digodok)
Menurut Saleh, hingga kini lembaganya masih mengkaji permintaan kenaikan yang disampaikan Pertamina tersebut. "Kami belum menyetujuinya, masih mengkaji," kata dia. (Baca juga : Elpiji 12 Kg Naik, Konsumen Pindah ke Gas Subsidi)
Pemerintah, kata Saleh, harus mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk dampak ekonomi dan psikologis masyarakat. "Maklum, saat ini kan masih diberlakukan pembatasan BBM, jadi cari waktu yang tepatlah," kata dia. (Baca juga: Kementerian Keuangan: BBM dan Elpiji Tak Picu Inflasi)
Pengajuan rencana kenaikan harga gas dianggap cukup pelik bagi pemerintah. Di satu sisi Pertamina sebagai perusahaan negara dituntut tidak merugi akibat rendahnya harga jual. Namun, di pihak lain masyarakat semestinya tidak terbebani akibat kenaikan itu. "Makanya kami terus mengkajinya, mulai dari dampak terhadap inflasi, pertumbuhan, hingga daya beli," kata dia.
Ia menilai kenaikan yang disampaikan Pertamina sudah disesuaikan kemampuan daya beli masyarakat. Rencana kenaikan tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan kemampuan ekonomi masyarakat saat ini. "Namun, waktunya tidak berdekatan dengan pembatasan BBM," ujarnya.
Saleh juga mengakui rencana tersebut berpotensi mendongkrak anggaran subsidi elpiji ukuran 3 kg. "Ada kemungkinan, tapi kami masih mengkaji jumlahnya," kata Saleh.