Tak Mewah, Sapi Impor Mestinya Bebas Bea Masuk
Senin, 14 Juli 2014 04:12 WIB
TEMPO.CO , Jakarta: Pengurangan bea masuk indukan sapi impor hingga nol persen dinilai tepat karena komoditas sapi bukan termasuk barang mewah.“Masa televisi dan kulkas saja pajaknya turun, sapi yang buat pengembangan dikasih bea masuk,” kata Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Impor Daging Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring, ketika dihubungi akhir pekan lalu.
Menurut dia Thomas, penghapusan bea masuk buat sapi indukan impor sebenarnya bukan hal baru dalam sejarah peternakan sapi nasional. “Tahun 1990-an sudah pernah dibebaskan,” ujar dia. (baca: Menteri Lutfi Minta Sapi Indukan Bebas Bea Masuk)
Dibanding zaman Soeharto berkuasa, lanjut Thomas, pengembangan sapi dari indukan sapi impor saat ini jauh ketinggalan.Saat ini populasi sapi dalam negeri hanya 14 juta, sementara jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa. “Di era Soeharto harga sapi lebih murah karena pemerintah tidak memasukanya ke dalam barang mewah,” ujarnya.
Pengembangan peternakan sapi menggunakan indukan sapi impor dinilainya memiliki prospek menjanjikan dibanding sapi lokal. Satu indukan memiliki rentang waktu cukup panjang dalam menghasilkan anak, sementara sapi lokal lebih pendek. “Mereka bisa beranak sampai delapan kali, kita paling lima kali sudah bagus,” ujar Thomas.
Selain itu, minimnya konsumsi daging sapi secara nasional akibat stok yang terbatas, menyebabkan potensi pengembangan sapi masih layak dipertahankan. Sebagai perbandingan, konsumsi daging nasional baru 2 kilo per orang per tahun, sementara Singapura dan Malaysia mencapai 7 kilo gram per orang per tahun. “Kebutuhannya jomplang sekali dibanding negara tetangga,” Thomas menjelaskan. (baca: Dokumen Impor Hortikultura Akan Disederhanakan )
JAYADI SUPRIADIN
Terpopuler:
Dahlan Iskan Copot Komisaris Penggagas Obor Rakyat
Proyek Trans Sumatera Dimulai 9 Oktober 2014
Saham Rontok, Viva Klaim Labanya Malah Melesat