Pefindo: Pemeringkatan Marak Diperjualbelikan  

Reporter

Editor

Abdul Malik

Kamis, 19 Juni 2014 11:31 WIB

Ekspresi seorang pedagang saham saat mengamati perdagangan saham di hari pertama pembukaan pasar di bursa saham New York di New York (2/1). REUTERS/Carlo Allegri

TEMPO.CO, Jakarta - Praktek jual-beli pemeringkatan efek diduga marak terjadi. Presiden Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Ronald Andi Kasim mengatakan adanya indikasi tersebut dengan tujuan agar perusahaan mendapatkan peringkat tinggi sebelum menerbitkan obligasi. “Apa yang terjadi seperti rating shopping saja. Kompetisi ini sudah tidak sehat lagi,” ujarnya ketika dihubungi, 18 Juni 2014.

Pefindo adalah satu di antara tiga perusahaan pemeringkat efek di Indonesia. Dua lainnya adalah PT Fitch Ratings Indonesia dan PT ICRA Indonesia. (Baca juga: Pefindo Berikan Peringkat pada Tujuh Emite)

Menurut Ronald, salah satu indikasi terjadinya praktek jual pemeringkatan efek adalah testimoni dari beberapa perwakilan korporasi. Korporasi itu mengaku mendapat jaminan peringkat yang baik dari salah satu lembaga pemeringkat. Testimoni itu disampaikan kepada lembaga pemeringkat lainnya yang kemudian diminta kesediaannya melakukan hal yang sama. Selain itu, terdapat perbedaan data kuantitatif atas peringkat sebuah perusahaan dari hasil pemeringkatan satu pihak dengan pihak lainnya.

Ronald mengakui sempat mendapat permintaan dari sebuah perusahaan untuk melakukan praktek jual-beli pemeringkatan. “Dia mengancam, kalau Pefindo tak bisa membuat rating bagus, mendingan cari pemeringkat lain,” ujarnya. Menurut dia, praktek ini tidak hanya membuat kompetisi menjadi tidak sehat, tapi juga akan merugikan investor. Investor pembeli obligasi dirugikan karena kualitasnya tak sesuai dengan peringkat yang dikeluarkan. Padahal investor membeli obligasi berdasarkan pemeringkatan. “Kalau salah rating, mereka bisa rugi,” katanya. (Lihat juga: Pasar Saham Stagnan, Obligasi Jadi Piliha)

Ronald mengaku sudah melapor ke Otoritas Jasa Keuangan ihwal dugaan praktek jual-beli pemeringkat efek ini. Dia berharap OJK akan segera menindaklanjuti laporan tersebut. Meski begitu, Ronald tidak bersedia menyebutkan siapa perusahaan pemeringkat efek yang memperjualbelikan peringkatnya.

FAIZ NASHRILLAH

Berita lain:
Per 1 Juli 2014, Tigerair Mandala Tak Beroperasi
Tigerair Siap Bantu Pengembalian Tiket Mandala
Pengamat: Tidak Logis, Anggaran Bocor Rp 7.200 T






Berita terkait

Obligasi Waskita Karya Dinyatakan Gagal Bayar Sebagian, Stafsus Erick Thohir Pastikan Ada Solusi

19 Desember 2023

Obligasi Waskita Karya Dinyatakan Gagal Bayar Sebagian, Stafsus Erick Thohir Pastikan Ada Solusi

Pefindo memberikan peringkat obligasi Waskita Karya secara umum dengan rating idSD atau selective default alias gagal membayar sebagian.

Baca Selengkapnya

Ganjar Sebut Investasi RI Terkendala Pungli dan Birokrasi yang Ribet

24 Oktober 2023

Ganjar Sebut Investasi RI Terkendala Pungli dan Birokrasi yang Ribet

Calon presiden Ganjar Pranowo menyebut, investasi di Indonesia masih terkendala karena maraknya pungutan liar atau pungli dan birokrasi yang ribet.

Baca Selengkapnya

Grup Saratoga, Merdeka Copper Gold, Tawarkan Obligasi Senilai Rp 2,55 Triliun

20 Juli 2023

Grup Saratoga, Merdeka Copper Gold, Tawarkan Obligasi Senilai Rp 2,55 Triliun

Perusahaan Grup Saratoga, PT Merdeka Copper Gold Tbk., menawarkan Obligasi Berkelanjutan IV Merdeka Copper Gold Tahap III Tahun 2023 senilai Rp 2,55 t

Baca Selengkapnya

SMF Terbitkan Obligasi Senilai Rp 2 Triliun, Dukung Penyaluran KPR FLPP

27 Februari 2023

SMF Terbitkan Obligasi Senilai Rp 2 Triliun, Dukung Penyaluran KPR FLPP

PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap IV Tahun 2023 dengan jumlah pokok sebesar Rp 2 triliun.

Baca Selengkapnya

Waskita Karya Realty Terbitkan MTN Rp 250 Miliar untuk Modal Kerja

10 Juni 2021

Waskita Karya Realty Terbitkan MTN Rp 250 Miliar untuk Modal Kerja

PT Waskita Karya Realty menerbitkan surat utang jangka menengah atau medium term note (MTN) senilai Rp250 miliar.

Baca Selengkapnya

16 BUMN Bakal Terbitkan Surat Utang Senilai Rp 23,13 Triliun

20 April 2021

16 BUMN Bakal Terbitkan Surat Utang Senilai Rp 23,13 Triliun

Pefindo mencatat rencana penerbitan surat utang senilai Rp 45,27 triliun dari 39 perusahaan. Sebagian besar di antaranya berasal dari BUMN.

Baca Selengkapnya

IFG Peroleh Peringkat idAAA dari Pefindo

1 Januari 2021

IFG Peroleh Peringkat idAAA dari Pefindo

Pefindo menyematkan peringkat idAAA untuk Indonesia Financial Group (IFG) sebagai BUMN holding asuransi dan penjaminan terbesar di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bos Pefindo: Pandemi Untungkan Bank Besar Secara Likuditas

20 Oktober 2020

Bos Pefindo: Pandemi Untungkan Bank Besar Secara Likuditas

Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra menilai pandemi Covid-19 justru menguntungkan bank-bank besar secara likuiditas

Baca Selengkapnya

Profil Risiko Industri Keuangan Meningkat, Potensi Gagal Bayar?

11 Juli 2020

Profil Risiko Industri Keuangan Meningkat, Potensi Gagal Bayar?

Pefindo mencatat ada peningkatan profil risiko di industri keuangan, selama pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Obligasi Kian Riskan, Pefindo: Jangan Ada Default Besar-besaran

10 Juli 2020

Obligasi Kian Riskan, Pefindo: Jangan Ada Default Besar-besaran

PT Pemeringkat Efek Indonesia mengungkap bahwa profil risiko di pasar obligasi meningkat akibat pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya