Pasangan Capres dan Cawapres, Prabowo Subianto (ketiga kiri) dan Hatta Rajasa (kedua kiri) beserta pasangan Capres dan Cawapres, Joko Widodo (ketiga kanan) dan Jusuf Kalla (kedua kanan) disaksikan anggota Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan nomor hasil undian dalam Rapat Pleno Terbuka Pengundian dan Penetapan Nomor Urut Pasangan Capres dan Cawapres Pemilu Tahun 2014 di Gedung KPU, Jakarta Pusat (1/5). TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Pedagang kaus mengeluhkan minimnya konsumen menjelang pemilihan presiden tahun ini. "Tahun ini berbeda dengan Pemilu 2009. Sekarang sepi sekali," kata Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat ketika dihubungi Tempo, Senin, 9 Juni 2014.
Menurut Ade, kampanye partai politik tahun ini berbeda dengan pemilu presiden yang terakhir. Ade berpendapat bahwa kedua calon presiden yang maju dalam pilpres tahun ini lebih tertarik melakukan pendekatan melalui media sosial, seperti Facebook dan Twitter.
"Dulu kaus masih menjadi media kampanye yang utama. Sekarang posisinya sudah tergeser dengan media sosial," kata Ade.
Kaus yang kini ditinggalkan sebagai media kampanye, menurut Ade, juga disebabkan kedua calon presiden yang sudah yakin menang. "Dua-duanya terlalu pede, sudah tidak butuh kaus lagi," kata Ade.
Ade juga mengatakan lesunya bisnis kaus disebabkan suasana menjelang pilpres yang kurang kondusif. "Pemilu yang sekarang suasananya sangat mencekam seperti mau perang," kata Ade. (Lihat pula: Suhu Politik Memanas, Capres Kian Aktif di Sosmed)
Ketua Harian Asosiasi Pedagang Retail Indonesia Tutum Rahanta mengakui bahwa beberapa bulan terakhir sektor sandang sedang dalam kondisi stagnan. "Ada banyak faktor yang mempengaruhi. Misalnya saja, kenaikan upah minimum provinsi, melemahnya rupiah, serta kenaikan harga energi seperti kenaikan tarif dasar listrik baru-baru ini," Tutum memaparkan.
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.