TEMPO.CO , Jakarta - Kepala Riset KSK Financial Group, David Cornelis, menilai kinerja PT Aneka Tambang (Persero) Tbk tahun ini berpotensi tak terlalu cemerlang. Sebab, larangan ekspor mineral sangat berpengaruh terhadap penjualan nikel yang biasanya berkontribusi pada pendapatan perseroan lebih dari 30 persen. “Ditambah harga jual nikel tahun ini belum membaik di tengah biaya produksi yang tinggi,” ujarnya saat dihubungi Senin, 2 Juni 2014.
Di sisi lain, kata David, hasil penjualan emas Antam belum mampu mengkompensasi dampak negatif menurunnya penjualan nikel. Selain itu, Antam juga sedang membutuhkan belanja modal tinggi seiring kebutuhan membangun smelter. Kondisi ini akan membuat keuntungan Antam terkoreksi dan berdampak terhadap kinerja harga sahamnya. “Antam terhimpit regulasi dan harga jual yang rendah,” ujarnya. (Baca juga : Antam Bagikan Dividen Rp 92,23 Miliar)
Meskipun begitu, analis dari PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai memburuknya kinerja Antam hanya bersifat sementara. Dalam jangka panjang proyek-proyek Antam masih berprospek positif. "Ini lebih karena kebijakan pemerintah tentang smelter, tapi dia terus membangun dan berusaha mengikuti kebijakan undang-undang," katanya.
Untuk diketahui, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Batubara yang mulai diterapkan pada 12 Januari 2014 lalu membatasi emiten tambang melakukan ekspor mineral. Perusahaan boleh melakukan ekspor konsentrat mineral dengan syarat di antaranya membangun pabrik pemurnian (smelter). (Lihat juga: Larangan Ekspor Mineral, Antam Rugi Rp 272 Miliar)
Antam saat ini memiliki beberapa proyek pembangunan smelter. Di antaranya pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Tahun ini perseroan menargetkan pabrik pengolahan aluminium itu sudah mulai berproduksi dengan target sekitar 130-165 ribu ton.
Pabrik Tayan dikembangkan oleh PT Indonesia Chemical Alumina yang merupakan patungan antara Antam dengan Showa Denko K.K, Jepang. Antam memiliki 80 persen saham dan 20 persen sisanya dimiliki oleh Showa Denko. Selain itu pada Februari lalu, Antam meneken kontrak kerja sama pembangunan smelter tembaga dengan PT Freeport Indonesia.
ANANDA PUTRI
Terpopuler :
Kuartal I 2014, Laba Mayabank Naik 6,3 Persen
INACA Tunggu Keputusan Kenaikan Tarif Batas Atas
Juni, Inflasi Meningkat 20 Persen
Berita terkait
Harga Produk Pertambangan Masih Fluktuatif
2 jam lalu
Harga komoditas produk pertambangan yang dikenakan bea keluar fluktuatif, konsentrat tembaga dan seng masih naik pada periode Mei 2024.
Baca SelengkapnyaBahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri
14 jam lalu
Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?
Baca SelengkapnyaRektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat
2 hari lalu
Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.
Baca SelengkapnyaLPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan
5 hari lalu
Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir
8 hari lalu
Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/
Baca Selengkapnya10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah
10 hari lalu
Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.
Baca SelengkapnyaJATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya
26 hari lalu
Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?
Baca SelengkapnyaKorupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun
27 hari lalu
Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.
Baca SelengkapnyaRamai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya
27 hari lalu
Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.
Baca SelengkapnyaKasus Harvey Moeis Korupsi Timah, Peran Lobi-Lobi hingga Membeli Barang Mewah Miliaran
28 hari lalu
Pada Kamis, 4 April 2024, istri Harvey Moeis, selebriti Sandra Dewi mendatangi Kejaksaan Agung untuk menjalani pemeriksaan sebagai saksi
Baca Selengkapnya