Tentara berjaga-jaga di pusat bisnis di Bangkok, Thailand (19/4). AP/David Longstreath
TEMPO.CO,Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulistyo mengatakan krisis politik di Thailand memungkinkan investor mengalihkan dananya ke negara tetangga Negeri Gajah Putih, tak terkecuali Indonesia. Untuk itu, dia berharap iklim investasi di Indonesia bisa diperbaiki.
"Yang pentig bagaimana Indonesia bisa mempercepat perbaikan infrastruktur serta kepastian hukum dan birokrasi," kata Suryo saat ditemui di kantornya, Senin, 26 Mei 2014. Pemberlakuan jam malam di Thailand pun mengurangi produktivitas kerja industri yang awalnya tiga shift menjadi hanya satu shift.
Tak hanya investasi yang terdampak, angka pariwisata di sana juga turun. Padahal, sektor pariwisata Thailand sedang tumbuh pesat. Pada 2005, Thailand mampu menampung sekitar 13,8 juta wisatawan. Angka itu meningkat 19,6 persen pada 2013 menjadi 26,7 juta. (Baca: Analis: Krisis Politik Thailand Pengaruhi Kurs Rupiah)
Namun krisis politik mempengaruhi sektor pariwisata di negara itu. Times of India menulis krisis tersebut bisa membuat Thailand kehilangan pamor. Pejabat setempat pun mulai menyerukan pembentukan pemerintahan baru secepatnya agar krisis segera diselesaikan.
Lebih jauh, Suryo berharap situasi yang terjadi di Thailand segera berakhir. Kemungkinan perpindahan investor ke Indonesia juga tak bisa dipandang sebagai keuntungan semata. "Ya, ini kan musibah, masak kita mau ambil senangnya." (Baca: Karena Kudeta di Thailand, Impor Toyota Anjlok)
Seperti diketahui, nilai impor Indonesia ke Thailand memang cukup besar. Data Badan Pusat Statistik menyatakan, dalam lima tahun terakhir, impor dari Thailand terus melonjak. Produk yang diimpor sebagian besar adalah otomotif beserta suku cadangnya.
Sepanjang lima tahun terakhir, neraca perdagangan Indonesia terhadap Thailand terus mengalami defisit. Pada 2009, impor hanya US$ 4,612 miliar, sementara ekspor US$ 3,233 miliar. Selang lima tahun, impor melonjak hingga 56 persen, sedangkan kenaikan nilai ekspor hanya 46 persen.