TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom PT BNI Securities, Heru Irvansyah, mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika masih akan menguat karena didorong data ekonomi domestik yang cukup positif. "Penguatan rupiah juga disebabkan melemahnya posisi dolar di pasar global,' kata dia kepada Tempo.
Menurut Heru, pada Senin 17 Februari hingga Jumat 21 Februari 2014, rupiah akan bergerak pada kisaran 11.800–12.000 per dolar. Rupiah akan melaju dari pencapaian pekan sebelumnya, yang ditutup pada level 11.831 per dolar. Selama sepekan, rupiah telah menguat sebanyak 330 poin dibanding posisi akhir pekan sebelumnya, saat terpuruk di level 12.161 per dolar.
Kondisi ini juga terjadi bersamaan dengan meningkatnya data jobless claim dan menurunnya tingkat penjualan retail di Amerika, sehingga kepercayaan investor terhadap dolar memudar. Investor cenderung mengoleksi portofolio yang berisiko di negara berkembang.
Di dalam negeri, rilis data-data ekonomi Indonesia sejak awal Februari menunjukkan kinerja melebihi ekspektasi pasar. Defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan menurun, pertumbuhan ekonomi berada di level 5,78 persen, dan inflasi relatif terkendali. Cadangan devisa pun kembali naik ke level US$ 100 miliar. “Membaiknya data-data ekonomi telah menambah kepercayaan investor terhadap rupiah,” kata Heru.
Menurut Heru, jika tidak ada tekanan dari luar negeri, rupiah masih berada pada tren bullish hingga Maret mendatang. Karena target inflasi 2014 dipatok 4,5 persen, data inflasi Februari akan menjadi acuan pergerakan rupiah berikutnya. Rupiah perlu diwaspadai bila inflasi Februari berada di atas 1 persen.
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
18 jam lalu
BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen
Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen