TEMPO.CO,Jakarta - Jatuhnya harga saham akibat koreksi tajam yang terjadi pada awal pekan mendorong pelaku pasar untuk mulai mengakumulasi saham. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia kemarin mengalami rebound 18,87 poin (0,44 persen) ke level 4.341,65.
Analis dari PT Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, mengatakan kenaikan indeks terjadi di tengah kekhawatiran rencana pemotongan stimulus oleh bank sentral Amerika (The Fed) dan perlambatan pertumbuhan Cina. Hari ini IHSG diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melanjutkan rebound terbatas. "Indeks akan bergerak di level 4.320-4.360," kata Purwoko dalam analisisnya, Rabu, 29 Januari 2014.
The Fed akan memulai pertemuan mulai hari ini untuk menentukan kebijakan pemangkasan stimulus (tapering off). Dalam pertemuan Desember lalu, The Fed menyepakati pemotongan stimulus US$ 10 miliar menjadi US$ 75 miliar per bulan.
Di pasar uang, mata uang Rusia terdepresiasi paling rendah sejak 2009. Hal serupa juga terjadi pada rupiah yang terus melanjutkan pelemahan. "Posisi neraca transaksi berjalan yang defisit dan juga ketakutan tapering lanjutan mempengaruhi pasar saham," kata Purwoko.
Analis dari PT Sinarmas Sekuritas, Christandi Rheza Mihardja, juga memprediksi IHSG bakal melanjutkan penguatan terbatas hari ini. "Indeks diperkirakan bergerak variatif cenderung menguat di level 4.305-4.365."
Perdagangan hari ini akan dipengaruhi oleh data keyakinan konsumen Amerika Serikat yang diperkirakan tetap di level 78,1 persen. Kenaikan suku bunga India yang naik di atas ekspektasi dari 7,75 persen menjadi 8 persen juga turut memberi sentimen pasar pada hari ini. "Beberapa saham yang dapat diperhatikan adalah Bank BNI (BBNI), Kalbe Farma (KLBF), Pembangunan Perumahan (PTPP), dan Charoen Pokphand Indonesia (CPIN)," kata Christandi.
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.