TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk Rosdi Rusman mengungkapkan, pihaknya akan menggenjot penjualan obat generik seiring dengan beroperasinya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Hal ini sesuai dengan karakteristik perseroan yang mayoritas penjualannya masih dalam bentuk obat generik. “Itu akan memberikan nilai tambah kita,” ujarnya, Kamis, 9 Januari 2014.
Dengan adanya BPJS, kata dia, terdapat potensi pasar sebesar Rp 12 triliun yang akan diperebutkan 240 industri farmasi. “Ada tiga nilai tambah yang bisa dikeruk Kimia Farma: potensi perluasan pasar, kenaikan laba, dan omzet.”
Meski begitu, Rosdi menilai peningkatan penjualan obat generik belum secara langsung memberi kontribusi signifikan bagi laba perusahaan. Hal itu disebabkan oleh margin yang terbatas. “Obat generik marginnya terbatas dan kita juga harus fight dengan 240 industri farmasi,” tuturnya.
Untuk menambah penjualan obat-obatan, Kimia Farma berencana membangun 100-150 klinik setiap tahun. Penambahan 100 klinik tersebut bisa dengan cara mengakuisisi klinik independen yang sudah ada ataupun membuat klinik baru. “Capex untuk itu tidak terlalu besar, hanya sekitar Rp 30 miliar,” katanya.
Saat ini, perseroan telah memiliki 200 klinik. Jaringan klinik itu, menurut Rosdi, sudah setara dengan puskesmas yang dilengkapi dengan laboratorium dan dokter.
JKN Buka Peluang Terciptanya Kedaulatan Industri Farmasi
5 Maret 2023
JKN Buka Peluang Terciptanya Kedaulatan Industri Farmasi
Kemandirian industri farmasi kesehatan dapat dicapai dengan cara penguatan manufaktur farmasi dalam negeri, revitalisasi penyediaan bahan baku obat serta riset dan pengembangan inovasi farmasi dalam negeri.