Rupiah Tunggu Data Amerika dan BI Rate  

Kamis, 9 Januari 2014 13:05 WIB

Petugas bank menunjukkan empat pecahan uang pecahan kertas lama, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta (27/12). Empat pecahan uang kertas tahun emisi 1998 dan 1999 ini sudah tidak berlaku, dan hak penukaran uang rupiah tersebut tidak berlaku lagi setelah sepuluh tahun mendatang. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah diperkirakan akan melemah menyusul minimnya kabar positif dari dalam dan luar negeri. Ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, mengatakan pekan ini tekanan rupiah masih tinggi. "Kombinasi antara inflasi yang belum turun drastis dan tren naik tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat diyakini sebagai penyebabnya," ujar dia dalam riset mingguan yang diterima Tempo.

Tingkat inflasi sampai akhir Desember kemarin diumumkan jauh di bawah harapan sebesar 8,38 persen year-on-year. Sementara neraca perdagangan bulan November, meski surplus, tetap jauh di bawah ekspektasi pasar. "Menguat hanya tipis, sentimen negatif di pasar global menghambat laju rupiah untuk menguat tajam," kata Rangga melanjutkan.

Sepanjang pekan lalu, tekanan terhadap rupiah bertambah dengan selisih kurs non deliverable forward satu bulan yang merangkak naik ke kisaran 12.200 per dolar AS. Menurut Rangga, konsentrasi pasar masih terfokus pada rencana pemangkasan stimulus (tapering) yang akan dikurangi pada Januari ini. "Ekspektasi tersebut mendorong penguatan dolar secara global, sehingga mayoritas mata uang melemah."

Data ekonomi Cina menunjukkan hal yang sebaliknya. Data manufaktur melambat dari 50,9 ke 50,5. Sementara di Indonesia, walaupun pelemahan masih menghantui pergerakan harga aset keuangan, data fundamental perekonomian menunjukkan perbaikan tipis.

Tekanan jual diperkirakan sedikit memudar pada pekan ini meski aksi beli hebat sepertinya belum akan muncul. Pasar akan menunggu dua data penting minggu ini, yaitu pengumuman BI Rate pada 9 Januari dan tingkat pengangguran AS pada 10 Januari.

Rangga memperkirakan, dengan tingkat imbal hasil yang terdorong cukup hebat, peluang dinaikkannya BI Rate menjadi semakin besar. Sementara itu, survei Bloomberg memperkirakan data pengangguran AS akan bertahan di level 7 persen. "Bila data pengangguran yang muncul lebih rendah, sentimen tapering yang lebih besar dipastikan kembali merekah."




PDAT | M. AZHAR

Berita terkait

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

2 jam lalu

Paytren Dicabut OJK, Yusuf Mansur Berharap Tak Kapok Coba Ide Lain

Yusuf Mansyur mengklaim investasi syariah paytren tidak menjadi tempat pencucian uang, dia tidak tergoda dengan uang yang dianggap tidak benar

Baca Selengkapnya

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

1 hari lalu

Kepala Perwakilan BI Solo Sebut Kendala-kendala yang Masih Dihadapi UMKM

Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus konsisten menerapkan kualitas hasil produksi jika ingin bisa bertahan di tengah dinamika ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

2 hari lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

5 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

7 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

9 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

9 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

10 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya