Pengamat : Pertamina Harus Jelaskan Harga Gas

Reporter

Rabu, 1 Januari 2014 22:39 WIB

Gas elpiji 3kg. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Jakarta -Pengamat minyak dan gas dari Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES), Kurtubi, meminta Pertamina mengumumkan biaya pokok produksi sebelum menaikkan harga Elpiji. Biaya pokok produksi ini, harus melewati audit akuntan publik dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

"Agar acuannya valid. Jangan-jangan mengaku rugi itu perhitungan sendiri," kata Kurtubi saat dihubungi Tempo, Rabu, 1 Januari 2014. Pertamina mengacu harga kontrak (contract price/CP) Aramco, dalam menentukan harga

Menurut Kurtubi, Pertamina dapat memakai acuan CP Aramco selama produksi elpijinya seratus persen berasal impor. Dia mengatakan elpiji eceran Pertamina sekitar 20 hingga 30 persen impor, sisanya diambil dari gabungan produksi dalam negeri yakni, Pertamina dan non Pertamina.

Kurtubi mengatakan Pertamina sengaja menggunakan acuan Aramco untuk mencari untung. "Kalau PT (perseroan terbatas) orientasinya kepentingan bisnis, enggak mau rugi," katanya. Pertamina seharusnya mempunyai perhitungan sendiri yang mengkalkulasikan biaya pokok elpiji keseluruhan termasuk biaya gabungan elpiji yang diproduksi baik dari dalam negeri maupun impor.

Menurut dia, Aramco memiliki komponen tersendiri dalam menentukan harga, di antaranya komponen biaya produksi, distribusi, margin keuntungan dan biaya pajak yang ditetapkan suatu negara dimana pabrik Aramco berdiri. " Tidak adil dan tidak tepat jika pertamina memakai acuan Aramco," kata Kurtubi.

Selama ini, Pertamina berkukuh menggunakan acuan harga Aramco dari Arab Saudi, yang lazim digunakan dalam perdagangan gas. Harga acuan itu digunakan juga oleh negara-negara lain di dunia.

Direktur LPG dan Produk Gas Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto beberapa waktu lalu mengatakan harga gas CP Aramco kembali naik pada Desember 2013. Bulan lalu, harga kontrak internasional mencapai US$ 1.172,5 per metrik ton. Akibatnya, dengan kurs rupiah sekitar 12 ribu per dolar Amerika Serikat, Pertamina mengalami kerugian hingga Rp 10 ribu per kilogram.

Mulai 1 Januari 2014, Pertamina menaikkan harga elpiji berukuran 12 kilogram dari Rp 70 ribu menjadi Rp 122 ribu. Menurut juru bicara Pertamina, Ali Mundakir, harga elpiji sebelum naik adalah Rp 5.850 per kilogram. Harga yang berlaku sejak Oktober 2009 itu jauh di bawah harga pokok perolehan, yakni Rp 10.785. Akibat selisih tersebut, Pertamina menanggung kerugian sebesar Rp 22 triliun selama enam tahun terakhir. Meski harga sudah dinaikkan, Pertamina masih merugi sebesar Rp 2.100 per kilogram.

ALI HIDAYAT

Berita terkait

Kemenperin Tegaskan Perluasan Industri Penerima Harga Gas Khusus Tak Bebani Industri Migas

23 Februari 2024

Kemenperin Tegaskan Perluasan Industri Penerima Harga Gas Khusus Tak Bebani Industri Migas

Kemenperin menbantah Kementerian ESDM terkait perluasan harga gas khusus industri yang dinilai membebani industri migas.

Baca Selengkapnya

Tambahan Penerima Harga Gas Khusus Belum Jelas, Menperin: Pusing Saya Hadapi ESDM

23 Februari 2024

Tambahan Penerima Harga Gas Khusus Belum Jelas, Menperin: Pusing Saya Hadapi ESDM

Menperin Agus Gumiwang mengaku pusing karena usulan perluasan penerima harga gas khusus tak kunjung menemukan titik terang dari Kementerian ESDM.

Baca Selengkapnya

Berikut Harga Gas 3 Kg di Jakarta Menjelang Natal dan Tahun Baru 2024

20 Desember 2023

Berikut Harga Gas 3 Kg di Jakarta Menjelang Natal dan Tahun Baru 2024

Pemprov DKI memastikan harga dan stok tabung gas epliji 3 kg menjelang Natal dan tahun baru 2024 aman. Berikut harganya.

Baca Selengkapnya

Jokowi Instruksikan Menteri ESDM untuk Evaluasi Biaya Produksi Gas Bumi, Ini Sebabnya

1 Agustus 2023

Jokowi Instruksikan Menteri ESDM untuk Evaluasi Biaya Produksi Gas Bumi, Ini Sebabnya

Presiden Jokowi menginstruksikan Menteri ESDM Arifin Tasrif agar mengevaluasi biaya-biaya produksi gas bumi. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Diharapkan Segera Rampungkan Prosedur Pembelian Gas

7 November 2022

Uni Eropa Diharapkan Segera Rampungkan Prosedur Pembelian Gas

Uni Eropa meminta negara-negara Eropa bisa segera menyelesaikan prosedur pembelian gas agar harga tak melambung menjelang musim dingin.

Baca Selengkapnya

KTT Uni Eropa Rundingkan Bantuan Energi ke Ukraina

20 Oktober 2022

KTT Uni Eropa Rundingkan Bantuan Energi ke Ukraina

Bantuan ke Ukraina akan menjadi salah satu agenda pembahasan di konferensi tingkat tinggi atau KTT Uni Eropa di Brussel pada Kamis, 20 Oktober 2022.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Bahas Batas Harga Gas, Belum Satu Suara di Tengah Krisis Energi

20 Oktober 2022

Uni Eropa Bahas Batas Harga Gas, Belum Satu Suara di Tengah Krisis Energi

Para pemimpin dari 27 negara anggota Uni Eropa akan bertemu pada Kamis, 20 Oktober 2022, untuk merundingkan lagi ihwal batas harga gas.

Baca Selengkapnya

Harga Gas Mahal, Warga Inggris Timbun Selimut hingga Lilin Menjelang Musim Dingin

12 Oktober 2022

Harga Gas Mahal, Warga Inggris Timbun Selimut hingga Lilin Menjelang Musim Dingin

Lonjakan harga dan rekor inflasi pangan di Inggris mengubah kecenderungan konsumen yang bersiap menghadapi musim dingin.

Baca Selengkapnya

KSP: Inflasi Dapat Dikendalikan karena Pemerintah Tahan Harga BBM, Gas dan Listrik

6 Agustus 2022

KSP: Inflasi Dapat Dikendalikan karena Pemerintah Tahan Harga BBM, Gas dan Listrik

Edy Priyono menilai terkendalinya inflasi melalui stabilitas harga barang dan jasa telah menjaga konsumsi masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi

Baca Selengkapnya

Jokowi Ingatkan Ancaman Krisis: Di Semua Negara, Harga Gas Naik 5 Kali Lipat

2 Agustus 2022

Jokowi Ingatkan Ancaman Krisis: Di Semua Negara, Harga Gas Naik 5 Kali Lipat

Meroketnya harga minyak dan gas, kata Jokowi, mendorong pelbagai negara mengalami kesulitan keuangan.

Baca Selengkapnya