TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri mengatakan akan berupaya menekan defisit transaksi berjalan hingga akhir 2013 berada di bawah 3 persen. "Diusahakan. Yang pasti akan di bawah 4 persen," kata Chatib di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa, 3 September 2013.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan pada triwulan kedua mencapai US$ 9,8 miliar atau sekitar 4,4 persen dari pendapatan domestik bruto. Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan defisit di triwulan pertama yang bernilai US$ 5,8 miliar atau sebesar 2,6 persen dari PDB.
Terjadinya defisit transaksi berjalan telah berdampak terhadap pelemahan nilai tukar rupiah karena masih tingginya impor. Namun Chatib mengatakan tren defisit akan berkurang pada kuartal ketiga karena impor migas berkurang setelah kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
Dalam mengatasi itu, pemerintah telah menetapkan paket kebijakan ekonomi yang salah satunya mengatur penggunaan biofuel dalam negeri sebanyak 10 persen untuk bahan campuran solar. Langkah itu diambil untuk menekan impor migas yang berkontribusi besar terhadap defisit transaksi berjalan.
Namun, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, pada Juli defisit neraca perdagangan mencapai US$ 2,31 miliar. Dengan demikian, secara kumulatif dari Januari hingga Juli neraca perdagangan defisit US$ 5,65 miliar. Angka defisit ini merupakan terbesar dalam sejarah Indonesia.
Namun, Chatib tetap yakin, meskipun sepanjang tahun ini transaksi berjalan akan tetap defisit, tren defisitnya akan berkurang mulai triwulan II dengan adanya kebijakan paket ekonomi pemerintah. "Kami monitor terus mulai dari program kebijakannya seperti biofuel. IMF proyeksinya 3,4 persen," katanya.