Bulog Tidak Jadi Beli Suba Indah

Reporter

Editor

Rabu, 10 November 2004 12:22 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Perum Bulog memastikan tidak akan membeli obligasi wajib konversi(mandatory convertible bond) PT Suba Indah Tbk setelah kajian yang dilakukan konsultan keuangan Ernst & Young menyatakan hasilnya negatif. "Dari awal kan saya bilang, kalau hasil dari kajian tim konsultan independen Erns & Young itu memberi saran positif, kami masuk. Ternyata akhirnya tidak positif," kata Direktur Umum Perum Bulog Widjanarko Puspoyo kepada Tempo di Jakarta, Selasa (9/11) malam. Karena Bulog membatalkan rencana pembelian tersebut, PT Bank Mandiri Tbk., yang sedari awal hendak membeli juga melakukan hal yang sama. Sebagaimana diketahui, Suba Indah akan mengeluarkan obligasi wajib konversi sebesar Rp 918 miliar. Rencananya, Bank Mandiri lewat anak perusahaannya, PT Mandiri Sekuritas akan membeli sebagian dari obligasi yang dikeluarkan tersebut.Namun, karena Bulog batal membeli, Bank Mandiri juga menarik niatnya mengambil sebagian dari obligasi tadi. Bank Mandiri akan membeli obligasi tersebut jika ada investor baru yang masuk. Alasannya investasi di perusahaan pengolahan jagung ini memberikan prospek yang cerah. "Nantinya Suba akan menampung hasil jagung Indonesia loh," kata Direktur Korporasi PT Bank Mandiri, Soleh Tasripan. (Koran Tempo 6/10).Pada awalnya Bulog juga menganggap kinerja Suba Indah bagus sehingga rencana pembelian tersebut kemungkinan besar akan dilaksanakan. Widjanarko pada berbagai kesempatan selalu mengatakan keseriusan Bulog akan memasuki sektor riil. Suba dianggap mempunyai prospek yang bagus di masa mendatang. Pembelian Suba ini dimaksudkan untuk menancapkan kekuatan bisnis Bulog di sektor riil tadi. Karena sejak awal mempunyai asumsi bagus terhadap Suba, Widjanarko, maka kajian yang dilakukan juga berjalan lama untuk memastikan kondisi perusahaan tersebut. Atas hal ini pula maka keputusan memasukkan penawaran menjadi tersendat yang pada akhirnya tidak jadi. "Kemungkinan itu kan fifty-fifty," kata Widjanarko atas rencana ini. Setelah hasil kajian Ernst & Yaoung menunjukkan negatif, dengan serta merta Bulog menarik niatnya semula. "Kami tidak mau memaksakan diri. Karena itu sama saja memberikan risiko buat kita," jelas Widjanarko. (Muchamad Nafi)

Berita terkait

Jurus Badan Pangan Nasional Dongkrak Harga Jagung, Minta Optimalkan Serap Hasil Panen Petani

7 jam lalu

Jurus Badan Pangan Nasional Dongkrak Harga Jagung, Minta Optimalkan Serap Hasil Panen Petani

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) minta Perum Bulog dan semua pemangku kepentingan di bidang pangan jagung serap hasil panen petani

Baca Selengkapnya

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

10 hari lalu

Jokowi Tinjau Pasar di Karawang: Stok dan Harga Bahan Pokok Baik

Jokowi juga menyebut harga sejumlah bahan pokok mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

12 hari lalu

Beras SPHP Naik, Pengamat: Perlu Penyesuaian Agar Disparitas Harga Tak Jauh

Pemerintah melalui Perum Bulog menaikkan harga eceran tertinggi atau HET untuk beras SPHP, dari Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram sejak 1 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

13 hari lalu

Harga Beras SPHP Naik jadi Rp 12.500 per Kilogram, Bapanas Beberkan Alasannya

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo buka suara soal naiknya harga beras merek SPHP.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

14 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Penjelasan Bulog atas Harga Beras Mahal, Viral Tas Hermes hingga Kekayaan Dirjen Bea Cukai

Penjelasan Bulog atas harga beras yang tetap mahal saat harga gabah terpuruk.

Baca Selengkapnya

Bulog Beberkan Alasan Penyerapan Jagung Belum Maksimal

15 hari lalu

Bulog Beberkan Alasan Penyerapan Jagung Belum Maksimal

Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan alasan penyerapan jagung dari petani hingga kini masih terkendala.

Baca Selengkapnya

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

15 hari lalu

Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyebab masih tingginya harga beras meskipun harga gabah di petani murah.

Baca Selengkapnya

Bulog Salurkan Bantuan Pangan di Jakarta Selatan

15 hari lalu

Bulog Salurkan Bantuan Pangan di Jakarta Selatan

Perum Bulog menyalurkan Bantuan Pangan Tahap II berupa beras kepada keluarga penerima manfaat (KPM) di Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

24 hari lalu

Harga Gabah Anjlok, Kemendag: Gara-gara Panen Raya

Harga gabah anjlok menjadi Rp 4.500 per kilogram. Kemendag sebut gara-gara panen raya.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

25 hari lalu

Terpopuler: Prabowo-Gibran Diharap Percepat Pertumbuhan Ekonomi, Tanggal Pendaftaran CPNS 2024

Berita terpopuler: Prabowo-Gibran diharap bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi usai dilantik, pendaftaran CPNS 2024 dibuka.

Baca Selengkapnya