Bank Indonesia Takkan Batasi Kredit Impor

Jumat, 23 Agustus 2013 13:11 WIB

TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta-Bank Indonesia menegaskan tak akan mengeluarkan kebijakan untuk mengerem impor, termasuk membatasi kredit impor . "Kami tak membatasi apapun, tapi (hanya) stabilisasi. Kami tak mau ada ketidakstabilan karena kaitannya dengan current account," kata Juru Bicara Bank Indonesia, Difi Johansyah di Gedung BI, Kamis, 22 Agustus 2013.


Transaksi berjalan (ekspor - impor) Indonesia tercatat defisit sejak kuartal IV 2011. Defisit ini menunjukkan pasokan dolar dari ekspor lebih sedikit dari kebutuhan dolar untuk impor. Defisit terjadi lantaran kinerja ekspor melambat seiring dengan melambatnya ekonomi dunia, sedangkan impor tumbuh tinggi seiring dengan meningkatnya tingginya konsumsi domestik dan meningkatnya investasi di dalam negeri.


Tahun ini, defisit transaksi berjalan tercatat naik dari US$ 5,8 miliar atau 2,6 persen dari PDB pada kuartal I 2013 menjadi US$ 9,8 miliar atau 4,4 persen dari PDB pada kuartal II 2013.


Mengacu pada data Statistik Perbankan Indonesia, kredit bank yang mengucur untuk impor naik 55 persen dari Rp 36,885 triliun pada Juni 2012 menjadi Rp 57,191 triliun pada Juni 2013. Meski begitu, rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) turun dari 2,15 persen menjadi 1,19 persen. Adapun kredit ekspor terpantau naik tipis 2,27 persen dari Rp 49,704 triliun menjadi Rp 50,831 triliun. Sementara itu, rasio NPL turun dari 3,84 persen menjadi 2,73 persen.


Pada 15 Agustus 2013, BI merilis bahwa Dewan Gubernur akan melakukan langkah-langkah pengawasan bank (supervisory actions) untuk mengendalikan pertumbuhan kredit yang dinilai masih relatif tinggi pada sejumlah bank dan sektor tertentu, termasuk yang mempunyai kandungan impor tinggi.


Kepala Ekonom Bank Mandiri, Destri Damayanti mengingatkan defisit transaksi berjalan tak bisa diatasi dengan kebijakan moneter karena persoalannya ada di sektor riil. "Ini harus diimbangi dengan kebijakan di sektor riil. Jangan terlalu ke kebijakan moneter yang eksesif, nanti malah jadi kontraproduktif," kata dia.

MARTHA THERTINA

Advertising
Advertising

Berita Terpopuler


Lulung: Saya The Godfather
Punya Mertua Kaya, Jenderal Moeldoko: Alhamdulilah

Ini Daftar Lengkap Kekayaan Jenderal Moeldoko

Guruh Soekarno Kecewa Ario Bayu Perankan Soekarno

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

6 jam lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

21 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

2 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

4 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya