TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Energi Nasional menyatakan, pengurangan konsumsi bahan bakar minyak bisa berkontribusi terhadap penghematan devisa negara. Sebab, selama ini penggunaan cadangan devisa antara lain digunakan untuk mengimpor bahan bakar minyak.
Anggota Dewan Energi, Tumiran mengatakan, dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, anggaran untuk subsidi BBM otomatis ikut melonjak. "Untuk itu, pengurangan konsumsi BBM dengan memberi peluang kepada bahan bakar nabati perlu dilakukan," kata Tumiran dalam konferensi pers di kantornya pada Rabu, 21 Agustus 2013.
Ia menjabarkan, saat ini lifting minyak secara nasional hanya 830 ribu barel per hari. Kalau bagian negara 550 ribu barel per hari, artinya masih harus impor sebanyak 750 ribu barel per hari untuk memenuhi kebutuhan BBM masyarakat yang mencapai 1,3 juta barel per hari. "Setiap hari keluar devisa US$ 75 juta untuk impor BBM. Kalau terus tergantung ke BBM, ekonomi tentu tidak akan kuat," ujarnya.
Untuk itu, agar beban devisa berkurang, ia menyarankan pemerintah untuk menekan impor BBM sebesar 50 ribu barel per hari lantas dialihkan ke biofuel. Dengan begitu, negara bisa menghemat US$ 5 juta per hari, US$ 150 juta per bulan, dan penghematan mencapai US$ 1,8 miliar per tahun.
Penilaian senada diungkapkan Anggota Dewan Energi lainnya, Herman Darnel Ibrahim. Menurutnya, dana penghematan hingga US$ 1,8 miliar per tahun itu bisa dialokasikan untuk membeli BBN. Berdasarkan catatannya, konsumsi BBN tahun lalu 500 ribu kiloliter. "Dengan menambah pasokan BBN hingga 1,5 juta kiloliter, pemerintah hanya butuh menggelontorkan biaya Rp 1,5 triliun," ujarnya.
Lagipula, ketersediaan bahan baku biofuel di Indonesia saat ini masih berlimpah. Termasuk harga minyak kelapa sawit yang saat ini tidak bergantung pada kurs dolar. "Pengusaha siap saja dengan harga biofuel Rp 7.800 per liter setara premium," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo juga mendorong agar peningkatan dan pengembangan energi terbarukan segera terimplementasi. Indonesia pada 2020 menargetkan bauran energi dari energi terbarukan sebesar 22 persen dari total konsumsi energi nasional. "Hingga tahun ini, penggunaan energi terbarukan baru 6 persen," ujar Susilo dalam EBTKE Conex di Jakarta Convention Center.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler:
5 Teknologi yang Mengancam Manusia
Ini Kronologi Aksi Gadis Pemotong 'Burung'
Sidang Kasus Cebongan, Hakim dan Oditur Ketakutan
Mantan Napi Ungkap Kengerian Penjara Korea Utara
Beragam Penyebab Rupiah Terjun Bebas