Acuan Departemen Keuangan : Good Governance

Reporter

Editor

Sabtu, 30 Oktober 2004 17:33 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Menteri Keuangan Jusuf Anwar hari ini, Sabtu (30/10) meresmikan Galeri Keuangan di kantor Departemen Keuangan (Depkeu) di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Dalam Acara yang bertepatan dengan peringatan ke-58 hari itu, Jusuf menyampaikan beberapa hal menyangkut program 100 hari, sekaligus tanggapan mengenai Perusaahaan Pengelola Aset (PPA)Upacara peringatan Hari Keuangan ini bertempat di halaman gedung utama Depkeu. Dalam sambutannya menteri berpesan agar Depkeu dapat meningkatkan integritas dan profesionalitas, intropeksi diri, dan kerja keras. Sehingga keuangan negara tetap sehat, kredibel dan berkelanjutan. Galeri Keuangan sendiri merupakan tempat untuk mengenang berdirinya Depkeu, keberadaan dan aktivitasnya. Isinya adalah beberapa seri uang kuno, dokumen surat penting, foto perjuangan, sarana yang dipergunakan, tanda pangkat dan lain-lain. Dalam acara tersebut Menteri Keuangan memberi penghargaan kepada 4 kantor pelayanan (KP) percontohan. Keempat KP tersebut yakni KP Pajak Gambir III (juara I), KP Bea dan Cukai Malang (juara II), KP Perbendaharaan Negara Purwokerto (juara III), serta KP Piutang dan Lelang Negara Bandung I (juara harapan). Ia juga menyampaikan pesan Presiden SBY kepada Depkeu untuk meningkatkan pelayanan, memberantas penyelundupan, optimalisasi penerimaan, dan mencegah kemungkinan kebocoran. Jusuf menyatakan, kebijakan keuangan harus dirumuskan dengan hati-hati. “Saat ini saya masih mengumpulkan masukan kebijakan apa yang terbaik. Jangan sampai ada distorsi, itu yang harus kita jaga karena perbankan dan sektor keuangan non perbankan itu sangat sensitif,”katanya.Menurut Jusuf, prioritas utama sekarang adalah mengamankan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2004 dan 2005. “Sekarang penerimaan pajak belum 100 persen, masih kurang dua puluh lima persen. Dan kita punya waktu dua bulan untuk melengkapi itu,”ujarnya.Menkeu optimis akan dapat melengkapi kekurangan tersebut. “Kalau aku gak Optimis, Siapa lagi yang optimis,”katanya diplomatis.Menanggapi Pertanyaan tentang Devisit APBN kaitannya dengan saham pemerintah yang berada di bawah PPA, Menkeu menjelaskan Pemerintah mempunyai berbagai saham minoritas pada berbagai bank yang berada dibawah PPA. “Itu hal pertama yang kita bisa likuidasi”katanya. Privatisasi sebagai salah satu cara, menurt Menkeu Jusuf, semakin sulit dilakukan karena selalu dibaui dengan warna -warna politik. “Aset PPA adalah satu komponen yang cukup visible dan kaitannya hanya berhubungan dengan mekanisme pasar saja. Dari situ kita harapkan ada tambahan lumayan bagi APBN, dan semua itu sudah diperhitungkan,”ujarnya.PPA sekarang sedang memusatkan perhatian dan mendayagunakan aset-aset supaya mempunyai nilai lebih. "Yang paling kelihatan adalah menjual aset-aset itu. Tetapi, itupun harus kita lakukan secara bagus,” ujarnya. Acuannya, menurut Jusuf, transparansi, akuntability, responsibilityl. “Mulai sekarang acuan Good Governance harus lebih ditekankan,”katanya.Eworaswa

Berita terkait

Kolega Achsanul Qosasi Mengaku Tak Tahu Soal Sandi Garuda dalam Korupsi BTS Kominfo

10 jam lalu

Kolega Achsanul Qosasi Mengaku Tak Tahu Soal Sandi Garuda dalam Korupsi BTS Kominfo

Sadikin Rusli mengaku tidak mengetahui kode 'Garuda' digunakan untuk Mantan Direktur PT Multimedia Berdikari Sejahtera dalam korupsi BTS Kominfo.

Baca Selengkapnya

Kisah Royal Enfield Sebelum Memproduksi Motor di India

16 jam lalu

Kisah Royal Enfield Sebelum Memproduksi Motor di India

Sebelum membuat motor, Royal Enfield memproduksi sejumlah produk di bawah tanah

Baca Selengkapnya

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

18 jam lalu

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

18 jam lalu

Terkini: Jokowi Hapus Sistem Kelas BPJS Kesehatan YLKI Pertanyakan Alasannya, Bea Cukai Banyak Disorot Sri Mulyani Rapat Internal

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau YLKI mempertanyakan alasan pemerintah menerapkan sistem Kelas Rawat Inap Standar dalam layanan BPJS Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Profil Rahmady Effendi, Kepala Bea Cukai Purwakarta yang Disebut Punya Harta Tak Wajar

18 jam lalu

Profil Rahmady Effendi, Kepala Bea Cukai Purwakarta yang Disebut Punya Harta Tak Wajar

Ini profil Rahmady Effendi Hutahaean, Kepala Bea Cukai Purwakarta yang disebut memiliki bisnis pribadi dan harta tak wajar hingga Rp60 miliar.

Baca Selengkapnya

Konflik Kepentingan Keluarga, Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan

21 jam lalu

Konflik Kepentingan Keluarga, Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan

Kementerian Keuangan membebastugaskan Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean karena dugaan konflik kepentingan dengan keluarga.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Eks Dirut PTPN XI Mark Up Anggaran untuk Beli Lahan Tebu

1 hari lalu

KPK Sebut Eks Dirut PTPN XI Mark Up Anggaran untuk Beli Lahan Tebu

KPK menjelaskan konstruksi perkara atas penetapan tiga tersangka kasus korupsi pengadaan lahan yang diperuntukkan penanaman tebu oleh PTPN XI.

Baca Selengkapnya

Jadi Pejabat di Pemprov Sulsel, Anak SYL Disebut Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Bayar Aksesori Mobil

1 hari lalu

Jadi Pejabat di Pemprov Sulsel, Anak SYL Disebut Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Bayar Aksesori Mobil

Kabag Umum Ditjen Perkebunan Kementan mengungkap anak SYL pernah meminta uang untuk pembayaran aksesori mobil Rp 111 juta.

Baca Selengkapnya

KPK Tetapkan 3 Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan Lahan PTPN XI

1 hari lalu

KPK Tetapkan 3 Tersangka Kasus Korupsi Pengadaan Lahan PTPN XI

KPK menetapkan tiga tersangka kasus korupsi pengadaan lahan hak guna usaha yang diperuntukkan sebagai lahan penanaman tebu oleh PTPN XI.

Baca Selengkapnya

Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan Kemenkeu, Pengacara Pelapor Minta LKHPN Rahmady Diperiksa

1 hari lalu

Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan Kemenkeu, Pengacara Pelapor Minta LKHPN Rahmady Diperiksa

Advokat Andreas mewakili kliennya Wijanto Tirtasana datang ke Kantor Kemenkeu. Dia meminta agar LHKPN Kepala Bea Cukai Purwakarta itu diperiksa

Baca Selengkapnya