TEMPO.CO, Jakarta -Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit mengatakan syarat-syarat yang harus dipenuhi swasta agar bisa terlibat dalam pembiayaan Jembatan Selat Sunda adalah efisiensi dalam pembiayaan. Kedua, adanya inovasi teknologi yang tidak memungkinkan jika pembiayaannya hanya mengandalkan uang APBN. Terakhir, waktu pengerjaan jembatan senilai Rp 250 triliun itu harus lebih cepat.
"Jika memang melibatkan swasta, pemerintah harus membuat safe guard policy yang menjaga agar proyek itu nantinya tidak menguntungkan pihak swasta semata," ucap Danang saat menghadiri peringatan Hari Air Dunia di Jakarta Convention Centre pada Rabu, 8 Mei 2013.
Keterlibatan swasta dalam pembangunan jembatan sepanjang 29 kilometer bisa saja diperlukan. "Kerja sama ini dilakukan karena pemerintah belum memiliki pengalaman merancang proyek sebesar dan se-complicated itu," ucap Danang. Oleh sebab itu, lanjut Danang, seluruh stakeholder perlu membuat tim kuat yang mampu memahami keperluan masyarakat dan minat investor sekaligus.
Danang menambahkan pembangunan jembatan ini bukan hanya sekadar proyek pengembangan jembatan. Namun yang harus dilihat adalah bagaimana jembatan tersebut mampu mengembangkan wilayah antar kepulauan. Ia juga mengatakan agar seluruh pihak tidak melihat angka Rp 250 triliun biaya pembangunan JSS. "Kita tak bicara mengenai return proyek ini. Yang ditekankan adalah bagaimana JSS ini melakukan transformasi pengembangan ekonomi di Banten-Lampung dan sekitarnya."
Baru-baru ini Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak menegaskan soal pembangunan Jembatan Selat Sunda pada prinsipnya harus bermitra dengan swasta. Ia mengatakan bahwa swasta diharapkan berperan disitu, termasuk BUMN dan ada semacam konsorsium.
Padahal, mantan Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengusulkan revisi Peraturan Presiden Nomor 86 tahun 2011 tentang Kawasan Strategis Selat Sunda. Usulan Agus tersebut bisa mengeliminasi pengusul, yakni Pemerintah Daerah Banten-Lampung dan Artha Graha Network, untuk menggarap proyek tersebut.
MUHAMMAD MUHYIDDIN
Berita terkait
Bicarakan Tol Trans Sumatera, Hatta Rajasa Ungkit Proyek Jembatan Selat Sunda
9 September 2021
Hatta Rajasa kembali mengangkat usulan pembangunan Jembatan Selat Sunda ketika membahas soal Jalan Tol Trans Sumatera.
Baca SelengkapnyaFaktor Geologi, SebabTak Dibangunnya Jembatan Selat Sunda
2 Juni 2015
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Kementerian ESDM tidak merekomendasikan pembangunan jembatan Selat Sunda.
Baca SelengkapnyaJembatan Selat Sunda Tak Punya Identitas Bangsa
7 November 2014
"Lebih penting jalan Tol Trans Sumatera untuk dibangun. Apalagi kalau menguntungkan masyarakat banyak."
Baca SelengkapnyaJembatan Selat Sunda Batal, Merak Bakal Diperluas
6 November 2014
Masyarakat dinilai lebih memilih penyeberangan laut karena murah.
Baca SelengkapnyaProyek Jembatan Selat Sunda Batal, Ini Gantinya
5 November 2014
Kata Menteri Sofyan Djalil, Jembatan Selat Sunda bisa digantikan dengan kapal cepat.
Baca SelengkapnyaJonan: Proyek JSS Digantikan Pendulum Nusantara
5 November 2014
Pendulum Nusantara atau tol laut sesuai dengan visi-misi Kabinet Kerja Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaJSS Batal, Kawasan Ekonomi Tanjung Lesung Mangkrak
5 November 2014
Untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Lesung diperlukan infrastruktur penunjang, salah satunya Jembatan Selat Sunda.
Baca SelengkapnyaJembatan Selat Sunda Ancaman bagi Indonesia
5 November 2014
Pemerintah Jokowi menegaskan tidak melanjutkan pembangunan megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS).
Baca SelengkapnyaMenteri PU Siap Setop Proyek Jembatan Selat Sunda
4 November 2014
Meski siap secara teknis, Menteri Basuki menilai Jembatan Selat Sunda tidak diterima secara politis.
Baca SelengkapnyaProyek Jembatan Selat Sunda Dihentikan
3 November 2014
Jembatan Selat Sunda dianggap tidak selaras dengan konsep kemaritiman Presiden Joko Widodo
Baca Selengkapnya