Pesawat Batik Air milik PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) saat baru mendarat, di Terminal 3 Bandara Soekarno-hatta, Cengkareng, Banten, (25/4). TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia menjadi tuan rumah dalam pertemuan Civil Air Navigation Services Organisation (CANSO) Asia Pasifik tahun ini. "Jangan lagi Indonesia dianggap anak bawang soal ini," kata Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, saat ditemui di sela-sela pertemuan, Selasa, 7 Mei 2013.
Menurut dia, pertemuan ini menjadi hal strategis untuk Indonesia. Saat ini Indonesia sedang melakukan modernisasi peralatan navigasi. Bambang berharap Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) bisa melakukan restrukturisasi tata ruang udara Indonesia.
"Sehingga nanti pergerakan semua pesawat yang melalui dirgantara Indonesia bisa dilakukan dengan lebih efisien," ujarnya. Selain itu, katanya, pertemuan itu akan membahas keselamatan di tata ruang udara. Salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk meningkatkan keselamatan ruang udara menurut Bambang adalah melalui penyusunan panduan serta rute yang efisien.
Indonesia sampai saat ini masih membutuhkan banyak tenaga pemandu lalu lintas udara atau air traffic controller (ATC). Sebagai percepatan, Bambang menjelaskan, saat ini LPPNPI memberi kesempatan bagi para sarjana untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk menjadi ATC. Diklat tersebut berlangsung selama satu tahun.
"Sebelumnya dibutuhkan tiga tahun untuk mencetak tenaga ahli pemandu udara," ucap Bambang. Dengan pola penerimaan sumber sarjana, ia berharap kebutuhan ATC Indonesia dapat terpenuhi.
Adapun Direktur Utama LPPNPI, Ichwanul Idrus menyebut Indonesia membutuhkan setidaknya 2.000 ATC. Namun sampai saat ini baru tersedia 1.600 ATC. "Kalau di diklat diploma bisa empat tahun, oleh karena itu untuk mengisi kekosongan, kami rekrut nondiploma yang sembilan bulan selesai," ucapnya.