Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (kedua dari kiri) dan Menteri Perindustrian MS Hidayat (Kedua dari kanan) meninjau "Pameran International Furniture and Craft Fair Indonesia (Iffina) 2013" pada pembukaan pameran tersebut di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (11/3). TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Mohamad Sulaeman Hidayat meminta agar volume impor barang modal dikurangi untuk mendongkrak pertumbuhan industri. Tingginya impor barang modal dinilai akan menjadi lubang di tengah pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
"Total impor barang modal dan bahan baku industri 90 persen, untuk barang konsumsi tidak lebih dari 10 persen. Ada dilema di tengah tingginya pertumbuhan ekonomi," kata Hidayat, pada dialog Apindo berjudul, "Dunia Usaha Maju, Indonesia Kuat," di Jakarta, Selasa, 9 April 2013.
Menurut dia, industri pendukung Tanah Air yang menghasilkan barang modal harus didorong untuk mengurangi impor. Pemerintah telah berupaya memberikan insentif berupa tax allowance atau tax holiday agar industri pendukung seperti petrokimia atau pengemasan bisa meningkat.
Hidayat mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cepat memiliki beberapa konsekuensi yang harus dibenahi. Ia mengatakan ekonomi yang tumbuh lebih tinggi daripada perkiraan membuat sarana infrastruktur belum disiapkan. Buruh juga menimbulkan masalah baru karena menuntut kenaikan upah. "Ini akibat dari pertumbuhan yang begitu cepat," katanya.
Program hilirisasi, kata Hidayat, juga menjadi fokus pemerintah untuk menumbuhkan industri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Ia mengatakan dalam empat bulan ini, Kementerian Perindustrian akan menyusun roadmap hilirisasi industri. Implementasi kebijakan, kata Hidayat, dimulai dengan mengubah kebijakan menjual barang mentah dengan kebijakan mendorong industri bernilai tambah.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengimbuhkan, impor barang modal justru naik ketika impor barang jadi menurun. Ia meminta agar perspektif dunia industri diubah agar jangan semata berdagang. "Harus ada paradigma produksi menjadi eksportir yang efisien," katanya.