Pemerintah Ajak Swasta Konservasi Satwa Langka
Editor
Setiawan Adiwijaya
Senin, 26 November 2012 15:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kehutanan menyatakan pentingnya peran swasta untuk turut terlibat mengelola kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati. Termasuk pengelolaan satwa langka. Peran swasta penting mengingat anggaran pemerintah untuk perlindungan satwa langka sangat minim.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan, Indonesia memiliki kawasan konservasi seluas 27 juta hektare, termasuk di dalamnya 50 taman nasional. Alokasi anggaran untuk kawasan konservasi hanya US$ 2,3 per hektare per tahun.
"Jadi memang tak cukup. Tidak mungkin semuanya jadi tanggung jawab APBN. Subsidi listrik yang paling besar sampai Rp 300 triliun," kata Zulkifli seusai menyaksikan MoU Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) dan PT Matahari Kahuripan Indonesia (Makin Grup), di Kementerian Kehutanan, Jakarta, Senin, 26 November 2012.
Anggaran Indonesia masih minim dibandingkan dengan Thailand, yang mengalokasikan anggaran konservasi US$ 20 per hektare per tahun. Amerika Serikat mengalokasikan US$ 76,12 per hektare per tahun. Untuk itu, ia menilai peran swasta dapat menjadi solusi alternatif.
Zulkifli menambahkan, Kementerian Kehutanan mengajak pengusaha untuk berpartisipasi aktif mengelola kawasan hutan. Caranya melalui pendekatan kepada pengusaha agar mau menjaga kawasan dan melestarikan satwa langka.
Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan, Bambang Novianto, menambahkan, konservasi tak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah pusat. Namun juga membutuhkan dukungan dari pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat sekitar. "Kami terus mendorong peran swasta dan masyarakat untuk mengatasi konflik satwa langka," katanya.
Hari ini, Kementerian Kehutanan bekerja sama dengan PT Makin untuk konservasi satwa liar. Kerja sama dengan PT Makin ini berjangka waktu lima tahun (2012-2017) dengan investasi Rp 5 miliar per tahun. Fokus konservasinya untuk satwa liar badak Sumatera di Way Kambas, orang utan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, serta babi rusa dan maleo di Sulawesi.
Direktur PT Makin, Sony Husada, mengatakan, keterlibatan pihaknya ini sebagai wujud komitmen terhadap konservasi satwa langka. "Kami juga selalu ikut ambil bagian dalam program perlindungan hutan," kata Sony.
ROSALINA
Berita lain:
Ahok Masuk TV Al-Jazeera
Faisal Basri: Ical Jadi Cawapres, Indonesia Kiamat
Larang Posko, Jokowi Dinilai Kontraproduktif
Jokowi: Posko Banjir Cukup Satu
"Mahfud Tak Perlu Malu Menjadi Calon Presiden"