Efisiensi Perbankan Dinilai Belum Memuaskan  

Reporter

Sabtu, 24 November 2012 14:16 WIB

TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, mengungkapkan, Bank Indonesia akan terus berupaya mendorong industri perbankan agar makin efisien. "Tingkat efisiensi perbankan kita secara umum belum memuaskan," kata Darmin dalam pertemuan tahunan BI dengan pelaku perbankan (Bankers Dinner), Jumat malam, 23 November 2012.

Tahun lalu, BI merintis langkah awal untuk mendorong efisiensi dengan mewajibkan bank mempublikasikan suku bunga dasar kredit. Kebijakan ini dinilai Darmin sudah menuai hasil, meski belum optimal.

SBDK tercatat turun bertahap. SBDK retail tercatat turun dari 12,1 persen pada September 2011 menjadi 11 persen pada September 2012. SBDK korporasi juga turun dari 10,6 persen menjadi 9,8 persen. Adapun SBDK pemilikan rumah turun dari 11 persen menjadi 10,5 persen dan SBDK non-pemilikan rumah turun dari 12 persen ke 10,7 persen.


“Lapisan masyarakat pelaku UMKM juga masih harus menghadapi suku bunga kredit mikro sekitar 30 persen,” Darmin mengatakan.

Darmin menambahkan, agar optimal, efisiensi harus dilakukan secara menyeluruh. Hal pertama yang disoroti BI yakni sumber pendanaan perbankan yang 91 persen masih terkonsentrasi pada dana-dana jangka pendek, yakni dana simpanan nasabah. "Dari jumlah DPK tersebut, 44 persen dalam bentuk deposito berjangka, di mana sekitar 50 persen di luar skim penjaminan."

Ini berarti, separuh dari dana deposito berjangka memiliki suku bunga di atas bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan, yakni 5,5 persen. Menurut Darmin, besarnya porsi suku bunga deposito yang di atas bunga penjaminan ini dipengaruhi kekuatan oligopolistik sejumlah deposan besar.


Dari sisi pegelolaan dana, Darmin juga menyoroti kecilnya penempatan dana di pasar uang antarbank (PUAB). Hanya sekitar 4 persen dari portofolio aset bank yang ditempatkan di pasar uang antarbank. Padahal, jumlah bank nasional mencapai 120 bank.

"Ekses likuiditas akhirnya hanya terkonsentrasi pada bank-bank tertentu. Sementara bank lainnya harus berkompetisi meraih dana pihak ketiga yang berujung pada tingginya suku bunga dana," ucapnya.


Darmin juga menyoroti rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) industri perbankan. BOPO memang tercatat turun ke level 74,26 persen pada September 2012. Namun, menurut ia, masih banyak bank yang rasio efisiensinya di atas 90 persen. Bahkan, beberapa bank di atas 100 persen.

Menurut Darmin, hal ini terjadi karena masih banyak bank yang kegiatan operasionalnya tidak sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Bahkan, mereka beroperasi di bawah skala ekonomis sehingga tidak efisien. Berdasarkan kajian BI, kata Darmin, untuk bisa mulai beroperasi dalam skala ekonomis, suatu bank setidaknya harus memiliki modal inti Rp 1 triliun.

Ketua Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, mengungkapkan, pihaknya sepakat masih ada ruang untuk peningkatan efisiensi "Kalau bisa menekan biaya semakin baik,” katanya.

Dari segi BOPO, Sigit menilai idealnya bisa turun ke kisaran 60 persen. Sigit membantah tingginya gaji bankir lokal menjadi penyumbang biaya yang cukup signifikan terhadap operasional bank. "Saya kira tidak. Itu komponen yang tidak besar. Komponen yang tidak menentukan," katanya.


MARTHA THERTINA

Berita terkait

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

7 hari lalu

Meski Sama-sama Entitas Perbankan Ketahui 6 Perbedaan BPR dan Bank Umum

Bank perkreditan rakyat (BPR) dan bank umum merupakan dua entitas keuangan yang memberikan layanan perbankan. Apa perbedan keduanya?

Baca Selengkapnya

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

7 hari lalu

OJK Cabut Izin Usaha 10 BPR hingga April 2024, Ini Sebabnya

Dalam empat bulan di 2024 ada 10 bank perkreditan rakyat (BPR) yang bangkrut dan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan atau OJK.

Baca Selengkapnya

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

10 hari lalu

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Indonesia Sebut 176 Ribu Orang Tukarkan Uang Baru Menjelang Idul Fitri

18 hari lalu

Bank Indonesia Sebut 176 Ribu Orang Tukarkan Uang Baru Menjelang Idul Fitri

Bank Indonesia (BI) mencatat total penukaran uang baru mencapai Rp 1,13 triliun per 3 April 2024 atau H-7 Lebaran.

Baca Selengkapnya

Bank BJB Buka Layanan Operasional Terbatas dan Weekend Banking selama Libur Lebaran

20 hari lalu

Bank BJB Buka Layanan Operasional Terbatas dan Weekend Banking selama Libur Lebaran

Selama periode libur Hari Raya Idul Fitri, Bank BJB tetap membuka beberapa jaringan kantor melalui kegiatan operasional terbatas dan layanan weekend banking.

Baca Selengkapnya

Terkini: Tol Bocimi Ambrol Penanganan Permanen Setelah Lebaran, Anggota DPR Usul Jasa Marga Buat Rest Area Fungsional

23 hari lalu

Terkini: Tol Bocimi Ambrol Penanganan Permanen Setelah Lebaran, Anggota DPR Usul Jasa Marga Buat Rest Area Fungsional

Ruas jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Tol Bocimi mengalami longsor, diduga karena intensitas hujan deras pada Rabu malam

Baca Selengkapnya

BCA Umumkan Penyesuaian Jadwal Operasional selama Libur Lebaran

23 hari lalu

BCA Umumkan Penyesuaian Jadwal Operasional selama Libur Lebaran

BCA mengumumkan penyesuaian jadwal operasional kantor cabang selama periode libur Idul Fitri 2024 berdasarkan hari libur yang ditetapkan pemerintah.

Baca Selengkapnya

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Sebagian Debitur Terdampak Telah Masuk Tahap Normalisasi

25 hari lalu

Restrukturisasi Kredit Berakhir, Bank Mandiri: Sebagian Debitur Terdampak Telah Masuk Tahap Normalisasi

Bank Mandiri menyatakan bahwa kondisi para debiturnya yang terdampak Covid-19 telah kembali normal.

Baca Selengkapnya

OJK Umumkan Restruktursisasi Kredit Perbankan Covid-19 Berakhir, Begini Artinya Bagi Pelaku Usaha

25 hari lalu

OJK Umumkan Restruktursisasi Kredit Perbankan Covid-19 Berakhir, Begini Artinya Bagi Pelaku Usaha

OJK sampaikan restrukturisasi kredit perbankan untuk mengatasi dampak Covid-19 berakhir pada 31 Maret 2024,. Apa artinya bagi pelaku usaha?

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Libur Panjang Banyak Penumpang Commuter Line Turun di Stasiun Dekat Pusat Perbelanjaan, OJK Sebut Restrukturisasi Kredit Covid-19 Berakhir

26 hari lalu

Terpopuler: Libur Panjang Banyak Penumpang Commuter Line Turun di Stasiun Dekat Pusat Perbelanjaan, OJK Sebut Restrukturisasi Kredit Covid-19 Berakhir

KAI Commuter mencatat total pengguna commuter line Jabodetabek selama libur panjang mencapai 1,6 juta orang.

Baca Selengkapnya