Pengembangan BBN Terkendala Bahan Baku  

Reporter

Editor

Kamis, 19 Juli 2012 21:57 WIB

Tempo/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Pengembangan bahan bakar nabati (BBN) nasional terkendala bahan baku. Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Ali Mundakir, mengatakan saat ini hanya biosolar yang berhasil dikembangkan dan konsumsinya terus meningkat.

Sementara untuk biopremium dan biopertamax sulit dikembangkan karena minimnya pasokan bahan baku domestik. “Jika tahun ini penjualan biosolar Pertamina bisa mencapai 9,1 juta kiloliter, maka penjualan biopremium dan biopertamax justru terhenti akibat kurangnya pasokan bahan baku bioethanol,” kata Ali ketika ditemui di Jakarta, Kamis, 19 Juli 2012.

Dia menjelaskan harga jual minyak sawit mentah dan molasses, bahan baku bioethanol, mengikuti standar internasional. Jadi ketika harga sedang tinggi pengusaha nasional lebih memilih ekspor ketimbang menjualnya di pasar domestik.

Pada 2006, Pertamina pertama kali memasarkan bahan bakar nabati, penjualan biosolar mencapai 217.048 kiloliter, Biopremium 1.624 kiloliter dan Biopertamax 16 kiloliter.

Pada 2009, penjualan Biopertamax meningkat menjadi 2,3 juta kiloliter, Biopremium mencapai 105.816 kiloliter dan Biopertamax 20.232 kiloliter. Namun sejak 2010, Pertamina tidak lagi menjual Biopremium dan Biopertamax karena kekurangan pasokan bioethanol dan harganyapun terlalu mahal. Sementara Biosolar masih dipasarkan dan konsumsinya terus meningkat mencapai 7,1 juta kiloliter di 2011 dan 4,7 juta kiloliter di semester I 2012.

Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Maritje Hutapea, membenarkan pasokan bahan baku bioethanol minim. Guna menarik minat produsen minyak sawit mentah dan molasses untuk memasok pasar domestik, pemerintah akan menaikkan indeks harga biodiesel dan bioethanol.

"Formula itu selalu dibuat sedemikian rupa sehingga akan selalu mengikuti harga bahan baku, sehingga produsen bisa mendapatkan margin,” ungkapnya.

Dia menjelaskan biodiesel akan menggunakan formula harga patokan ekspor dikali 1,2. Saat ini indeks harga yang berlaku untuk biodiesel adalah satu kali harga patokan ekspor. Sementara untuk harga bioetanol saat ini 1,05 kali harga Argus Thailand akan dinaikkan menjadi 1,32 kali.

Maritje mengatakan usulan ini sudah disampaikan kepada Kementerian Keuangan. Pembahasan harga ini selanjutnya akan dilakukan dalam pertemuan pada 24 Juli 2012 di Kementerian Koordinator Perekonomian.


BERNADETTE CHRISTINA

Berita terkait

Bos Pertamina Jelaskan Sebab Produksi BBN di Milan Dibatalkan

29 Januari 2020

Bos Pertamina Jelaskan Sebab Produksi BBN di Milan Dibatalkan

Pembatalan itu, menurut Dirut Pertamina, karena adanya kebijakan penolakan crude palm oil (CPO) yang diterapkan oleh Eropa.

Baca Selengkapnya

Setelah B30, Pemerintah Kembangkan Biodiesel B50

6 September 2019

Setelah B30, Pemerintah Kembangkan Biodiesel B50

Pemerintah sudah menyiapkan berbagai rencana untuk memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan bakar biodiesel

Baca Selengkapnya

Rini Soemarno: Tiga Tahun Lagi Minyak Nabati Gantikan Solar

18 Februari 2019

Rini Soemarno: Tiga Tahun Lagi Minyak Nabati Gantikan Solar

Rini Soemarno mengatakan dalam tiga tahun lagi, minyak nabati bisa menggantikan bahan bakar solar

Baca Selengkapnya

Perang Dagang AS-Cina, Ini Harapan Pengusaha Kelapa Sawit

11 Juli 2018

Perang Dagang AS-Cina, Ini Harapan Pengusaha Kelapa Sawit

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina yang semakin memanas mulai berpengaruh terhadap pasar minyak nabati.

Baca Selengkapnya

Parlemen Uni Eropa Tolak Biofuel Sawit, Pemerintah RI Kecewa

23 Januari 2018

Parlemen Uni Eropa Tolak Biofuel Sawit, Pemerintah RI Kecewa

Parlemen Eropa menyetujui penghentian penggunaan biofuel berbahan dasar kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan pada 2021.

Baca Selengkapnya

Produsen Biodiesel Tuntut Eropa Hapus Bea Antidumping

21 Maret 2017

Produsen Biodiesel Tuntut Eropa Hapus Bea Antidumping

Bulan ini, Kementerian Perdagangan mengajukan gugatan terhadap
Uni Eropa melalui WTO.

Baca Selengkapnya

Tiga Industri Ini Bermitra Sulap Rumput Gajah Jadi Biofuel

9 Maret 2017

Tiga Industri Ini Bermitra Sulap Rumput Gajah Jadi Biofuel

Tiga perusahaan itu adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) bersama PT Pertamina (Persero) dan Toyota Motor Corporation.

Baca Selengkapnya

BPBD Sawit Klaim Campuran BBN pada Solar Capai 18,6 Persen

17 Juni 2016

BPBD Sawit Klaim Campuran BBN pada Solar Capai 18,6 Persen

Pencampuran bahan bakar nabati (BBN) pada solar diwajibkan mencapai 20 persen atau B20.

Baca Selengkapnya

Pertamina Serap 519 Ribu Kiloliter Biodiesel Per 2 Bulan

29 Maret 2016

Pertamina Serap 519 Ribu Kiloliter Biodiesel Per 2 Bulan

Penyerapan minyak sawit untuk biodiesel di dalam negeri akan
menaikkan harganya di pasar dunia.

Baca Selengkapnya

Rizal Ramli Lobi ASEAN Agar Pakai Biodiesel dari Sawit

4 Februari 2016

Rizal Ramli Lobi ASEAN Agar Pakai Biodiesel dari Sawit

Indonesia dan Malaysia lobi negara-negara
ASEAN agar beralih ke Biodiesel dengan
campuran minyak nabati dari CPO. Cina dan
India juga diajak.

Baca Selengkapnya