TEMPO Interaktif, Jakarta - Sempat diwarnai aksi ambil untung, indeks harga saham gabungan (IHSG) berhasil mencatat kenaikan dalam lima hari beruntun sepanjang pekan ini. Di sesi pagi, indeks sempat naik cukup signifikan 62 poin hingga ke level 3.875, seiring menguatnya bursa regional. Namun kondisi ini tidak bertahan lama dan bergerak turun sehingga indeks hanya berhasil naik tipis.
Dalam perdagangan hari ini, Jumat, 28 Oktober 2011, indeks ditutup naik 16,956 poin (0,44 persen) ke level 3.829,96. Menguatnya saham sektor pertambangan, industri dasar, serta aneka industri membuat indeks tetap berada di jalur positif.
Vice President Research dari PT Valbury Asia Securities mengemukakan, kondisi akhir pekan dan IHSG yang sudah naik cukup kencang dalam empat hari sebelumnya, membuat para investor memilih untuk merealisasikan keuntungan yang sudah diperoleh dan hal ini membuat indeks tidak mampu mengikuti lonjakan bursa Wall Street.
Adanya harapan akan penyelesaian masalah krisis utang Eropa yang mampu memicu penguatan bursa global berhasil mendorong IHSG kembali berada di atas 3.800. Namun Nico memperingatkan investor agar selalu berhati-hati karena masalah Eropa sebenarnya baru dimulai. Pemangkasan utang Yunani 50 persen dianggap belum menyelesaikan masalah. “Seharusnya diskonnya 90 persen, tetapi sistem perbankannya tidak akan siap,” tuturnya.
Besarnya utang negara kawasan Eropa dan Amerika Serikat tidak bisa diselesaikan dan suatu saat gelembung ini pasti akan meledak sehingga bursa global, termasuk bursa Jakarta, berpotensi anjlok tajam. “Jadi, bila indeks bisa melewati level 3.822 dan menguat hingga ke level 4.020 dan anggap saja itu sebagai bonus dan mulai saatnya untuk jual,” dia memaparkan.
Volume perdagangan mencapai 5,54 miliar saham senilai Rp 5,4 triliun, serta frekuensi 152,9 ribu kali transaksi. Harga 105 saham naik, 107 saham turun, serta 90 saham lainnya stagnan. Dan investor asing kembali mencatat pembelian bersih yang cukup besar Rp 816,3 miliar.
Saham-saham yang menopang indeks dari kejatuhan kali ini, antara lain Astra International menguat Rp 950 ke Rp 69.900, INCO naik Rp 250 ke Rp 3.725, Indo Tambang menguat Rp 1.950 ke Rp 44.700, Tambang Bukit Asam naik Rp 600 ke Rp 18.800, serta Gudang Garam juga menguat Rp 700 ke Rp 60.000 per saham.
VIVA B. KUSNANDAR
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
5 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
10 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
42 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya