TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan bahwa perlambatan ekonomi di negara Eropa dan Amerika akan mempengaruhi kondisi pasar ekspor dan harga komoditas dunia. Salah satunya karena terpicu melemahnya harga komoditas dunia yang bakal mempengaruhi Indonesia yang masih mengandalkan produk unggulan ekspor berbasis sumber daya alam.
Melemahnya harga komoditas tahun depan itu, menurut dia, terlihat dari beberapa indikasi, seperti turunnya harga karet dan kelapa sawit. "Ini kan untuk harga-harga future, mereka masih melihat perkembangan ekonomi ke depan. Terutama yang terkait dengan situasi di Eropa," ujar Bayu, Selasa, 25 Oktober 2011.
Indikasi perlambatan ekonomi ini semakin dikuatkan dengan laporan International Monetary Fund soal pertumbuhan ekonomi dunia. Pada bulan September, perkiraan IMF untuk pertumbuhan ekonomi dunia masih 4 persen, lalu turun pada bulan berikutnya, yaitu 3,9 persen. “Ini perkiraan untuk tahun 2011 dan tahun 2012," ucap Bayu.
Kondisi negara tujuan utama ekspor Indonesia, seperti Amerika, Eropa, dan Jepang, juga tidak menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Ekonomi pasar ekspor itu pun masih menunjukkan masih berat, masih tertekan, terutama akibat perkembangan situasi di Eropa.
“Dan situasi pasar memang sedang tidak terlalu cerah. Tidak hanya tahun ini, kondisi pasar dunia yang gonjang-ganjing terjadi sejak 2009," ujar Bayu.
Untuk mengantisipasi imbas negatif itu, Kementerian Perdagangan terus melakukan diversifikasi pasar, baik dalam sasaran ekspor maupun jenis produk yang diekspor. "Hal tersebut sudah mulai tercermin dalam Trade Expo Indonesia ke-26 kemarin. Kita mampu menghasilkan transaksi US$ 464,5 juta," ujar Bayu.
Negara pemborong terbesar dari pameran itu adalah negara emerging market, salah satunya adalah Uni Emirat Arab. Dari pameran tersebut, Kementerian juga membangun jaringan bisnis dengan negara-negara, seperti Nigeria, Uganda, dan Afganistan. "Timur Tengah dan Afrika akan menjadi sasaran diversifikasi pasar kita," kata Bayu.
Pemerintah juga masih optimistis target ekspor sebesar US$ 200 miliar tercapai. "Tapi lihat dampaknya pada ekonomi tahun 2012, harus disiapkan dari sekarang situasi pasar dunia berat," katanya.
Karena itu, untuk memenuhi target ini, langkah yang bisa dilakukan adalah memperkuat pasar domestik dan memperkuat konsumsi dari produk dalam negeri.
FEBRIANA FIRDAUS
Berita terkait
Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu
10 hari lalu
BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.
Baca SelengkapnyaIndonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral
11 hari lalu
Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.
Baca SelengkapnyaEkspor Impor Oktober Melemah, Konflik Geopolitik dan Perlambatan Ekonomi Jadi Penyebab
16 November 2023
Fajar Hirawan mengatakan kinerja perdagangan ekspor dan impor yang menurun atau terkontraksi pada Oktober 2023 terjadi akibat fenomena global.
Baca SelengkapnyaTerkini: Konser Coldplay di Jakarta Beberapa Jam Lagi, Hungaria Investasi Rp 4,7 Triliun untuk Proyek Tol Nirsentuh di Indonesia
15 November 2023
Coldplay akan menyelenggarakan konser perdananya pada hari ini. Kehebohan warganet menjelang hari H terlihat di media massa sejak beberapa hari lalu.
Baca SelengkapnyaBea Cukai Bantu Produk Kopi dan Perikanan UMKM Masuki Pasar Internasional
15 November 2023
Dua unit vertikal Bea Cukai, yakni Bea Cukai Jayapura dan Bea Cukai Labuan Bajo bantu pelaku UMKM realisasikan ekspor produk unggulannya.
Baca SelengkapnyaJokowi Bentuk Satgas Peningkatan Ekspor Nasional, Berikut Isi Tim Pengarahnya
26 September 2023
Jokowi melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2023 membentuk Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional.
Baca SelengkapnyaNilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?
11 Januari 2023
Nilai ekspor Indonesia pada 2022 tumbuh 29,4 persen dengan nilai US$ 268 miliar atau sekitar Rp 4.144 triliun. Beberapa komoditas seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berkontribusi dalam peningkatan tersebut.
Baca SelengkapnyaKinerja Ekspor Mulai Tunjukkan Pelemahan, Sri Mulyani: Kita Harus Waspadai
20 Desember 2022
Sri Mulyani mengatakan sepanjang Januari sampai November pertumbuhan ekspor Indonesia ada di 28,2 persen.
Baca SelengkapnyaEkspor RI per September Turun 10,99 Persen, BPS Jelaskan Rinciannya
17 Oktober 2022
BPS mencatat ekspor Indonesia pada September 2022 sebesar US$ 24,8 miliar.
Baca SelengkapnyaBulan Mei Ekspor Pertanian Tumbuh 20,32 Persen
15 Juni 2022
Secara akumulatif Januari hingga Mei 2022, ekspor pertanian juga mengalami peningkatan.
Baca Selengkapnya