TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus ekspor Indonesia terus tergerus dengan meningkatnya kinerja impor dari negara Cina, Singapura, dan Malaysia. Pada Juli, surplus perdagangan ekspor-impor Indonesia hanya sebesar US$ 1,3 miliar.
Padahal pada bulan sebelumnya, surplus perdagangan mencapai US$ 3 miliar. "Tapi (masih) jauh lebih bagus dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010," ujar Kepala BPS Rusman Heriawan saat mengumumkan kinerja ekspor-impor Juli 2011 di kantornya, Senin, 5 September 2011.
Ia mengatakan nilai ekspor pada Juli hanya mencapai US$ 17,43 miliar atau mengalami penurunan sebesar 5,23 persen dibandingkan ekspor bulan sebelumnya yang mencapai US$ 18,38 miliar. Secara komulatif, nilai ekspor selama 7 bulan terakhir mencapai US$ 116,04 miliar. Sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 92,66 miliar. "Bulan depan, ekspor diperkirakan akan kembali meningkat, terutama dari CPO," kata Rusman.
Walaupun secara komulatif ekspor meningkat, ekspor nonmigas pada bulan Juli ini mengalami penurunan sebesar 7,93 persen atau hanya US$ 13,62 miliar dibandingkan bulan Juni lalu yang sebesar US$ 14,79 miliar. Penurunan ekspor terjadi pada karet dan barang dari karet sebesar US$ 105 juta. "Namun untuk migas, Indonesia masih bisa meningkatkan ekspor minyak mentahnya," ujar Rusman.
Komoditas lain yang mengalami penurunan ekspor adalah berbagai produk kimia, mesin peralatan, bahan organik, dan alas kaki. Ekspor masih didominasi komoditas industri sebesar 60,80 persen, tambang: 16,45 persen, migas: 20,15 persen, dan pertanian: 2,60 persen. "Untuk ekspor komoditas pertanian menurun," katanya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menargetkan ekspor Indonesia bisa mencapai US$ 200 miliar, di mana pemerintah mencari peluang pasar ke wilayah Afrika di tengah perlambatan ekonomi global. Pemerintah akan melakukan pengalihan pasar ke negara-negara yang potensial bagi produk ekspor nasional, di antaranya Nigeria, Afrika Selatan, Kenya, Tanzania, dan Angola. “Tahun ini dan awal tahun depan, kita akan lakukan misi dagang ke Afrika," kata Mari.
Barang yang akan ditawarkan Indonesia ke negara Afrika di antaranya kelapa sawit, produk barang konsumsi, manufaktur, pakaian jadi, makanan, obat-obatan, otomotif, dan elektronik, serta komoditas jasa konstruksi dengan target pertumbuhan pasar ke kawasan tersebut mencapai 20-30 persen.
ALWAN RIDHA RAMDANI
Berita terkait
Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka
19 jam lalu
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.
Baca SelengkapnyaBPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024
1 hari lalu
BPS menyebut nilai ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya mengalami kenaikan sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85 persen pada April 2024.
Baca SelengkapnyaWamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi
3 hari lalu
Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaIndef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II
9 hari lalu
Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.
Baca SelengkapnyaJokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme
10 hari lalu
Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.
Baca SelengkapnyaKemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur
10 hari lalu
Aturan pengetatan impor dijamin tidak bebani industri manufaktur. Pelaku industri alas kaki menganggap aturan memperumit birokrasi dalam memperoleh bahan baku dari luar negeri.
Baca SelengkapnyaWakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor
10 hari lalu
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.
Baca SelengkapnyaRupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS
10 hari lalu
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.
Baca SelengkapnyaBPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015
11 hari lalu
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan
Baca SelengkapnyaKian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel
14 hari lalu
Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.
Baca Selengkapnya