TEMPO Interaktif, Jakarta - Salah satu perusahaan Grup Bakrie, PT Darma Henwa Tbk (DEWA), memperoleh laba sebesar US$ 2,668 juta pada semester satu tahun ini. Tahun lalu, di periode yang sama, perusahaan itu mengalami kerugian sebesar US$ 3,268 juta.
Laba itu diperoleh setelah perseroan dapat menekan beban usaha dan meningkatkan pendapatan pada semester satu tahun ini. Dalam laporan kinerja keuangan yang dirilis Selasa 2 Agustus 2011, pendapatan Darma Henwa meningkat 41,78 persen menjadi US$ 147,62 juta dari US$ 104,11 juta di periode yang sama tahun lalu.
Beban usaha perseroan juga meningkat hingga 28,47 persen menjadi US$ 136,86 juta dari US$ 107,3 juta di paruh pertama pada tahun lalu. Meski seperti itu, besarnya pendapatan dapat menutupi beban usaha yang mengalami peningkatan. Dengan begitu, Darma Henwa pun dapat mencetak laba pada pertengahan tahun ini. Laba usaha pun tercatat US$ 10,756 juta di pertengahan 2011 ini, dari sebelumnya perseroan mencatat rugi usaha US$ 3,189 juta.
Melemahnya dolar Amerika Serikat terhadap rupiah membuat perusahaan mengalami penurunan laba selisih kurs. Pada semester satu tahun lalu, laba selisih kurs emiten dengan kode DEWA sebanyak US$ 1,217 juta. Namun di tengah tahun ini laba selisih kurs sebesar US$ 125,9 ribu.
Meski seperti itu, laba bersih per saham dasar DEWA ikut naik menjadi US$ 0,12 per saham dibandingkan tahun lalu rugi US$ 0,15 per saham.
SUTJI DECILYA
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
8 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
13 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
45 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya