Bantahan PKPU Soal Main Daging Pentolan PKS  

Reporter

Editor

Jumat, 18 Maret 2011 15:26 WIB

TEMPO/Subekti
TEMPO Interaktif, Jakarta -Yayasan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) membantah bahwa lembaganya mengimpor daging untuk keperluan komersial. Menurut Sri Adi Bramasetia, Deputi Jaringan & Aliansi Strategis PKPU, impor daging yang dilakukan lembaganya selama ini adalah untuk kepentingan ibadah umum dan amal sosial.

Hal ini, kata Sri, didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.04/2009. Peraturan ini mengatur tentang pembebasan bea masuk dan cukai atas barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, dan kebudayaan.

Selain itu juga ada Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Nomor 143/DAGLU.4-1/I/2011 (soal penjelasan barang hibah tanap API--Asosiasi Pengimpor Indonesia, Surat Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan atas nama Menteri Pertanian. Juga ada surat rekomendasi pembebasan bea masuk dan PDRI Nomor 54/PER-KLN/I/2011 dari Sekretariat Jenderal Kementerian Sosial RI.

Dalam laporan utama Majalah Tempo edisi 14-20 Maret 2011 yang dimuat di "Selusur" Tempointeraktif.com, ditulis dari dokumen yang dimiliki Tempo menyebut, Yayasan PKPU memang mengimpor ribuah ton daging. Sumber Tempo meragukan argumentasi yayasan tersebut. Apalagi yayasan itu mengklaim hanya mengimpor daging kambing. Padahal, dalam dokumen di Kementerian Pertanian, yang diimpor jelas dinyatakan daging sapi. Yayasan PKPU juga mengaku telah mengimpor daging sejak 2002.Namun faktanya, tahun lalu Yayasan PKPU belum tertera dalam daftar penerima surat persetujuan pemasukan alias mendapat izin mengimpor.

Dalam laporan majalah Tempo itu juga memuat kritik seorang importir daging. Sumber Tempo yang seorang importir itu menyebut sebagai pemain baru, tak lazim Yayasan PKPU mendapatkan jatah impir yang besar. Berbeda dengan perusahaan umumnya, yayasan itu juga tidak mencantumkan rekomendasi dari dinas peternakan provinsi. "Justru rekomendasi ini mutlak bagi pengusaha yang mengajukan permohonan izin impor daging," ujar sumber Tempo itu.

Sri Adi Bramasetia, mengakui Yayasan PKPU menerima daging olahan maupun daging beku dari luar negeri sejak tahun 2002 dalam kapasitasnya sebagai yayasan sosial. Daging itu disalurkan untuk kepentingan ibadah umum dan amal sosial.

"Tempo telah mencampuradukkan antara impor daging untuk keperluan komersial dan impor daging untuk keperluan ibadah umum dan amal sosial yang tata kelolanya berbeda sekali," kata Sri dalam surat bantahannya yang diterima Tempo, Jumat (18/3). "Padahal sejak awal PKPU tidak pernah melakukan kegiatan komersial dalam bentuk apapun."

Dalam suratnya itu, Sri juga membantah Yayasannya kebagian jatah impor, apalagi kebanjiran seperti yang ditulis Tempo. Dalam laporannya, Tempo menulis bahwa Yayasan PKPU kebanjiran jatah impor sebesar 9.759 ton. "Jadi daging yang kami terima itu 9.758,52 kilogram bukan ton," kata Sri.

Daging itu, kata Sri, diterima pada Januari 2011 dari Human Appeal International, Australia. Daging ini, kata Sri, untuk keperluan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat miskin dan yang membutuhkan lainnya.

FAJAR

Berita terkait

Tulisan Soal Makar, Fadli Zon Akan Laporkan Allan Nairn ke Polisi

25 April 2017

Tulisan Soal Makar, Fadli Zon Akan Laporkan Allan Nairn ke Polisi

Dalam tulisan Allan Nairn, Fadli Zon disebut terlibat dalam upaya makar untuk menggulingkan Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya

Disebut dalam Laporan Allan Nairn, Hary Tanoe Lapor ke Polisi  

25 April 2017

Disebut dalam Laporan Allan Nairn, Hary Tanoe Lapor ke Polisi  

Pelaporan Hari Tanoe bermula dari tulisan Ahok Hanyalah Dalih untuk Makar yang ditulis oleh jurnalis asal Amerika Serikat, Allan Nairn.

Baca Selengkapnya

Diadukan Mabes TNI ke Dewan Pers, Tirto.id: Kami Kooperatif  

24 April 2017

Diadukan Mabes TNI ke Dewan Pers, Tirto.id: Kami Kooperatif  

Sapto berujar, pihaknya akan menunggu mekanisme yang diterapkan Dewan Pers saat menerima pengaduan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Jarang Dikritik, SBY: Pers Tak Seganas Dulu  

11 Juni 2016

Jokowi Jarang Dikritik, SBY: Pers Tak Seganas Dulu  

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono merasa tercengang melihat perubahan pers saat ini.

Baca Selengkapnya

Begini Modus Wartawan Abal-abal Memeras

14 April 2016

Begini Modus Wartawan Abal-abal Memeras

"Yang paling banyak muncul adalah di daerah yang tingkat korupsinya tinggi. Fenomena media abal-abal ini tidak kami temukan di Malaysia atau Singapura."

Baca Selengkapnya

Dulu Pemerintah Tekan Pers, Jokowi: Sekarang Sebaliknya  

9 Februari 2016

Dulu Pemerintah Tekan Pers, Jokowi: Sekarang Sebaliknya  

Presiden Joko Widodo meminta pers patuh terhadap kode etik jurnalistik, terutama media online.

Baca Selengkapnya

Menunggu Presiden Berantas Amplop Wartawan

9 Februari 2016

Menunggu Presiden Berantas Amplop Wartawan

Presiden Joko Widodo memastikan akan menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional 2016 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 9 Februari 2016. Dalam acara itu, Jokowi akan diberi panggung untuk berinteraksi dengan kurang-lebih 600 wartawan nasional, petinggi negara, dan tokoh masyarakat. Supaya pertemuan itu bermakna, bantuan atau kebijakan strategis apa yang bisa Presiden keluarkan agar kehidupan pers Indonesia semakin sehat?

Baca Selengkapnya

Pers di Indonesia Dinilai Kena Sindroma Berlusconian  

21 Januari 2016

Pers di Indonesia Dinilai Kena Sindroma Berlusconian  

Kepentingan pemilik media di industri pers dinilai mempengaruhi pemberitaan, mirip seperti Berlusconi di Italia.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers: Banyak Media Massa Terkontaminasi Politik

20 Januari 2016

Dewan Pers: Banyak Media Massa Terkontaminasi Politik

Ada fenomena sejumlah pemilik media membentuk partai politik.

Baca Selengkapnya

Giliran Rizal Ramli 'Kepret' Pers: Banyak yang Sibuk Bisnis Pencitraan  

2 November 2015

Giliran Rizal Ramli 'Kepret' Pers: Banyak yang Sibuk Bisnis Pencitraan  

Menurut Rizal Ramli, sudah waktunya pers menjadi bagian dari transformasi bangsa, jangan sibuk dengan bisnis pencitraan.

Baca Selengkapnya