Dua Bank Asing Diduga Paling Sering Tawarkan KTA Lewat SMS
Reporter
Editor
Jumat, 4 Maret 2011 14:05 WIB
Kredit. Tempo/Panca Syurkani
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah mengatakan, pengaduan pesan pendek Kredit Tanpa Agunan yang masuk ke BI didominasi oleh dua bank asing. Dari total pengaduan Kredit Tanpa Agunan (KTA) hingga pertengahan Februari yang mencapai 11.515 pengaduan.
"Sebagian besar mengeluh mengenai KTA. Rata rata 800-an sms per hari," kata Difi pada Tempo lewat pesan pendek, Jum'at (4/3). Dan dari total pesan pendek yang masuk, sebanyak 83 persen tidak menyebut nama bank secara khusus.
Menurut Difi pesan pendek yang menyebut nama bank ada 1807, didominasi oleh dua bank asing, masing-masing 65,36 persen dan 16 persen. Untuk pengaduan yang menyebut nama bank, sudah dilaporkan ke pengawasan bank. Saat ini pihak pengawasan bank sudah memberikan teguran kepada bank bank tersebut. BI juga masih menelusuri, apakah pengiriman pesan pendek tersebut diketahui oleh bank atau tidak.
Bank Indonesia sebelumnya, telah menginformasikan nomor aduan 085888509797 untuk menampung keluhan masyarakat, terkait penawaran Kredit Tanpa Agunan (KTA) pada Rabu (26/1).
"Nomor ini adalah koordinasi Humas dan Direktorat Investigasi Mediasi Perbankan Bank Indonesia. Masyarakat yg merasa terganggu tinggal memforward SMS gangguan tersebut ke nomor helpdesk tersebut," terang Difi.
Banjir Promo Tiket Wisata dari Bank CIMB Niaga di Cathay Pacific Travel Fair 2024, Besok Berakhir
58 hari lalu
Banjir Promo Tiket Wisata dari Bank CIMB Niaga di Cathay Pacific Travel Fair 2024, Besok Berakhir
Bank CIMB Niaga dan maskapai penerbangan Cathay Pacific Airways Limited menggelar Cathay Pacific Travel Fair 2024 untuk menghadirkan beragam promo tiket wisata favorit dunia.
Sederet Bank Terjun ke Bisnis Paylater, Ekonom: Fenomena Wajar, Bukan Lompatan Besar
7 Desember 2023
Sederet Bank Terjun ke Bisnis Paylater, Ekonom: Fenomena Wajar, Bukan Lompatan Besar
Saat ini, sederet perbankan sudah dan akan merambah ke segmen bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) alias paylater (bayar nanti). Bagaimana tanggapan ekonom?