Pengusaha Tahu - Tempe di Jember Juga Mulai Kelimpungan
Jumat, 11 Februari 2011 18:32 WIB
Koordinator PUTT Jember Nanang Eko Januardi menjelaskan, para pengusaha tahu dan tempe sejak dua pekan terakhir mengalami kesulitan mendapatkan kedelai yang merupakan bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe.
Sebagian dari mereka sudah mulai melirik usaha lain karena usaha tahu tempe yang mereka jalani selama ini tidak bisa dilakukan. "Mau bagaimana lagi, sekarang kedelai lokal susah didapatkan, kedelai impor harganya naik,” kata Nanang kepada Tempo, Jumat (11/2).
Nanang menjelaskan, saat ini harga kedelai impor di Jember naik dari Rp 5.600 menjadi Rp 6.200 per kilogram. Sedangkan harga kedelai lokal Rp 6.000 per kilogram.
Nanang yang juga pemilik pabrik tahu-tempe "Dua Putri" di Kelurahan Talangsari itu mengatakan, selama ini mereka kedelai impor. "Kedelei lokal harganya memang lebih murah, tapi kwalitasnya lebih jelek, warnanya kurang bersih, dan rasanya juga tidak seenak kedelai impor," ujarnya.
Abdurrahman, pengusaha tahu-tempe di Pagah, Kecamatan Patrang, menuturkan dia dan juga para pengusaha tahu dan tempe lainnya telah melakukan berbagai kiat agar bisa bertahan.
Sejak awal pekan lalu harga jual dinaikkan. Harga tempe ukuran sedang yang biasanya dijual Rp 1.000 per potong dinaikkan menjadi Rp 1.500 per potong.
Begitu juga dengan tahu mentah ukuran sedang yang semula dijual dengan harga Rp 250 per potong, kini menjadi Rp 350 hingga Rp 400 per potong. "Kalau harga tahu satu timba sekarang Rp 45 ribu, naik dari Rp 42 ribu," ucap Abdurrahman.
Nanang dan Abdurrahman juga mengakui mengurangi ukuran tahu dan tempe 0,5 centimeter hingga 1 centimeter. "Tapi kan tidak bisa terus-terusan begitu,” kata Nanang. MAHBUB DJUNAIDY.