Pasar Obligasi Domestik Tetap Menarik di Tahun 2011

Reporter

Editor

Senin, 3 Januari 2011 10:18 WIB

TEMPO/Arif Fadillah
TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebagai konsekwensi rendahnya pendapatan negara dibandingkan dengan belanja negara membuat pemerintah harus menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) untuk menutup defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Ditahun 2011 Pemerintah mentargetkan akan menerbitan obligasi senilai Rp 126,7 triliun (US$ 14 miliar). Jumlah ini meningkat 18 persen dibandingkan dengan penerbitan obligasi 2010 sebesar Rp 107,5 triliun.

Jika ditahun 2009 rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 28,3 persen ditahun 2010 menjadi 27 persen, dan untuk tahun 2011 diprediksikan akan kembali turun menjadi 26 persen. Meskipun nilai utang pemerintah semakin besar mencapai Rp 1.652 triliun (US$ 183,33 miliar) namun rasio utang terhadap PDB masih cukup aman dibawah 30 persen.

Ditahun 2011 utang pemerintah akan meraih investment grade (level investasi). Dimana lembaga pemeringkat internasional Moody’s dan Standard & Poor’s akan memperbaiki rating utang Indonesia tahun ini.

Saat ini rating utang Indonesia dari S&P adalah BB (2 notch menuju level investasi), sedangkan Fitch BB+ (1 notch menuju level investasi), dari lembaga pemeringkat Moody’s Ba2 (2 notch menuju level investasi) dan peringkat dari Japan Credit Rating Agency (JCRA) adalah BBB- (telah masuk kategori level investasi).

Dalam outlook 2011 Divisi Treasury Bank BNI mengungkapkan bila Indonesia berhasil menyandang level investasi diprediksikan akan membuat berinvestasi dalam mata uang rupiah akan semakin menarik bagi investor asing.

Pemerintah memperkirakan, dengan meningkatnya rating 1 notch maka berpotensi akan menurunkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) baru sekitar 75 – 115 basis poin.

Naiknya rating utang pemerintah juga akan menurunkan Credit Default Swap (CDS) obligasi Indonesia. “Artinya resiko premium yang dituntut oleh para investor manca negara juga akan turun dan disatu sisi harga obligasi akan cenderung naik sebagai konsekwensinya,” ujar Kepala riset Treasury Bank BNI, Nurul Eti Nurbaeti.

Selama tahun 2010 terjadi penurunan imbal hasil acuan obligasi dari sebelumnya dikisaran antara 8,95 – 10,92 persen menjadi 6,9 – 9,6 persen. Penurunan ini menyebabkan imbal hasil SUN tidak jauh dari suku bunga acuan BI Rate 6,5 persen. Namun, penurunan imbal hasil obligasi domestik tetap menarik bagi investor asing karena masih lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga obligasi negara lain.

Kepemilikan obligasi oleh investor asing sepanjang tahun 2010 meningkat 30,35 persen menjadi Rp 194,86 triliun hingga 21 Desember 2010 dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2009 hanya mencapai Rp 108 triliun. Masih menurut Nurul, meningkatnya kepemilikan asing di pasar obligasi domestik mengindikasikan naiknya kepercayaan investor asing terhadap SUN.

VIVA B. KUSNANDAR

Berita terkait

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

32 hari lalu

CIMB Niaga Dorong Masyarakat Giat Investasi dengan Dana Mulai Rp 10 Ribu

CIMB Niaga mendorong masyarakat untuk giat berinvestasi, salah satunya dengan menempatkan dana dengan nominal paling terjangkau mulai dari Rp 10 ribu.

Baca Selengkapnya

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

3 Februari 2024

BRI Tawarkan ORI025, Pilihan Aman Bagi Investor Lama dan Pemula

ORI025 menggunakan jenis kupon tetap atau fixed rate

Baca Selengkapnya

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

24 Januari 2024

DBS Ungkap Peluang Investasi Kuartal I 2024, Obligasi Sangat Menjanjikan

DBS Group Research memproyeksikan investasi aset-aset yang berisiko lebih menjanjikan. Obligasi korporasi dengan peringkat A atau BBB yang terbaik.

Baca Selengkapnya

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

9 Januari 2024

Tertinggi Setelah Vietnam, Pasar Saham RI Menguat 2,71 Persen pada Desember 2023

OJK optimistis industri pasar modal Indonesia masih tumbuh luas untuk semakin memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.

Baca Selengkapnya

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

29 Desember 2023

Dana Pihak Ketiga Perbankan Rendah, Ekonom Sebut Milenial Lebih Suka Simpan Duit di Saham

Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya 4 persen.

Baca Selengkapnya

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

19 Desember 2023

Kreditur Obligasi Waskita Karya Belum Setuju Skema Restrukturisasi, Ini Kata Stafsus Erick Thohir

Stafsus Erick Thohir menanggapi kreditur obligasi Waskita Karya yang belum menyetujui skema restrukturisasi.

Baca Selengkapnya

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

14 Desember 2023

Obligasi dan Sukuk untuk Pembiayaan IKN Nusantara

Ruang bagi Otorita IKN Nusantara menerbitkan obligasi dan sukuk sudah terbuka dengan adanya klausul dalam revisi UU IKN Nusantara.

Baca Selengkapnya

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

30 November 2023

Obligasi Waskita Karya Terancam Masalah Keuangan, Asosiasi Asuransi Bicara Tata Kelola Investasi

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan bahwa pengurus AAJI selalu menyampaikan prinsip kehati-hatian dalam tata kelola investasi kepada anggotanya.

Baca Selengkapnya

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

30 November 2023

Bos AAJI Buka Suara soal Obligasi Industri Asuransi di Waskita Karya yang Terancam Masalah Keuangan

Waskita Karya mengalami masalah keuangan yakni gagal bayar bunga dan pelunasan obligasi perseroan.

Baca Selengkapnya

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

28 November 2023

Ternyata Ini Alasan Saham Waskita Karya Terancam Delisting dari Bursa

PT Waskita Karya (Persero) Tbk. berpotensi bakal delisting saham dari BEI karena beberapa alasan. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya