Indonesia Konsumsi 14 Miliar Bungkus Mi per Tahun

Reporter

Editor

Selasa, 12 Oktober 2010 14:50 WIB

TEMPO/Seto Wardhana
TEMPO Interaktif, Jakarta - Hanya perlu tiga menit untuk memasaknya, tapi sejarah mi instan terbentang lebih dari setengah abad. Mi instan pertama diproduksi di Jepang pada 1958.

Dari situ, mi yang mudah dimasak ini menyebar ke jutaan dapur di seluruh dunia. Seperti dikutip BBC, penduduk Negeri Matahari Terbit menganggap mi instan sebagai temuan terbaik mereka sepanjang abad 20. Saban tahun, sekitar 94 miliar bungkus mi instan habis dilalap warga Bumi.

Indonesia tercatat sebagai negara ketiga dalam jumlah pengkonsumsi terbesar di dunia, dengan 14 miliar bungkus per tahun. Di bawah Cina yang menghabiskan 45 miliar bungkus, atau 48 persen dari total konsumsi dunia, dan di atas Jepang sebagai negara asal dengan 5,1 miliar.

Mi instan pertama di Indonesia adalah Supermie yang diluncurkan oleh Sudono Salim pada 1971, yang berkongsi dengan perusahaan Jepang. "Awalnya tidak berkembang karena masalah selera," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Pangan, Boediyanto kepada Tempo, Selasa (12/10).

Perlahan tapi pasti, Supermi mulai memasyarakat. Hingga 1980-an, Supermi menjadi sebutan umum bagi mi instan, meski merk lain sudah beredar, seperti Indomie.

Mi yang juga diproduksi oleh pengusaha Sudono Salim ini pertama nongol pada 1981. Bisnis Salim mulai menggurita dengan membeli merk-merk pesaing seperti Sarimi pada 1984, sekaligus mendirikan PT Indofood CBP Sukses Makmur. Menyusul Supermi pada 1987.

"Sejak itu mi instan berkembang pesat seiring tumbuhnya kelas pekerja dan mahasiswa," kata Boediyanto. Pria yang pernah berkarir 15 tahun di PT Indofood sebelum pindah ke PT Sentra Food Indonesia ini mengatakan mi instan cocok sebagai pengisi perut di waktu yang sempit. "Selain harga yang murah," ujarnya.

Dengan harga rata-rata Rp 1500, dia melanjutkan, Indomie cs merupakan mi instan termurah di dunia. Sebagai perbandingan mi instan buatan Taiwan harganya sekitar Rp 5000 dan di Jepang Rp 15 ribu per bungkus. "Tentu dengan kualitas di atas mi buatan kita," kata Boediyanto.

Di Indonesia, mi instan pernah dijual dengan "subsidi", yaitu pasca krisis moneter antara 1998 sampai sekitar 2001. Waktu itu, dia melanjutkan, harga gandum sebagai bahan baku utama mi meroket sampai empat kali lipat karena kejatuhan rupiah. Maklum, kebutuhan gandum dipenuhi dengan impor. Sementara, karena daya beli anjlok, harga mi instan hanya naik dua kali lipat dari Rp 250 jadi Rp 500 perbungkus. "Sehingga produsen menjual tanpa untung," katanya.

Menurut Boediyanto, Indomie menguasai 75 persen pasar mi instan. Bahkan pernah mencapai 90 persen pada 1999. Penguasaan pasar Indomie sedikit turun dengan kehadiran Mie Sedaap buatan PT Wings Food pada 2003, yang melonjak ke posisi kedua. "Karena kampanye iklan yang besar," katanya.

Posisi tiga diduduki Sarimi. "Sisanya seperti ABC, Mie Gaga, dan Alhami kecil, masing-masing sekitar dua persen," kata Boediyanto.

Setelah menguasai pasar dalam negeri, Indomie mulai merambah pasar antar-negara, sejak 20 tahun lalu. Bahkan Indomie juga membuka pabrik di Nigeria, Afrika Selatan, dan Arab Saudi. "Indomie bisa dikatakan mewakili Indonesia di luar negeri," kata Boediyanto.

REZA M | Wikipedia

Berita terkait

Luhut Beberkan Modus Instansi Sulap Produk Impor Dikemas jadi Produk Dalam Negeri

57 hari lalu

Luhut Beberkan Modus Instansi Sulap Produk Impor Dikemas jadi Produk Dalam Negeri

Menteri Luhut membeberkan modus instansi kementerian dan lembaga yang menyulap produk impor dan dikemas agar tampak sebagai produk dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Kementerian ESDM Sebut Transisi Energi untuk Jaga Daya Saing Produk Dalam Negeri

14 Januari 2024

Kementerian ESDM Sebut Transisi Energi untuk Jaga Daya Saing Produk Dalam Negeri

Dadan Kusdiana menyebut transisi energi dilakukan untuk menjaga daya saing produk dalam negeri dengan negara lain.

Baca Selengkapnya

Pegadaian Raih Penghargaan di Harvesting Ceremony Gernas BBI-BBW

21 November 2023

Pegadaian Raih Penghargaan di Harvesting Ceremony Gernas BBI-BBW

PT Pegadaian meraih penghargaan sebagai BUMN Tipe B dengan Peringkat III untuk Kategori Nilai Belanja Terbesar Business Marketing di ajang penganugerahan Harvesting Ceremony

Baca Selengkapnya

Kemenkes Buka Etalase Fitofarmaka dan Obat Herbal Terstandar Dalam E-Katalog.

10 Oktober 2023

Kemenkes Buka Etalase Fitofarmaka dan Obat Herbal Terstandar Dalam E-Katalog.

Fitofarmaka merupakan produk dalam negeri yang penggunaannya diminta perlu ditingkatkan.

Baca Selengkapnya

Melindungi Produk Dalam Negeri

2 Oktober 2023

Melindungi Produk Dalam Negeri

kebijakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) menjadi salah satu langkah strategis untuk melindungi produk dalam negeri

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Minta Kementerian dan Lembaga Belanja Produk Dalam Negeri, Kemenkeu Gelar Temu Bisnis VI

3 Agustus 2023

Sri Mulyani Minta Kementerian dan Lembaga Belanja Produk Dalam Negeri, Kemenkeu Gelar Temu Bisnis VI

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan Temu Bisnis Tahap VI merupakan upaya memperkuat aksi afirmasi belanja produk dalam negeri di kementerian.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Ajak Pelajar Cintai Produk Dalam Negeri

26 Juli 2023

Mendag Zulkifli Hasan Ajak Pelajar Cintai Produk Dalam Negeri

Jika ingin menyerbu pasar dunia, maka kita harus bangga dengan budaya dan produk buatan Indonesia

Baca Selengkapnya

Batik, Jamu hingga Gentong Buatan Indonesia Bisa Dipatenkan dengan Merek Internasional

10 Juli 2023

Batik, Jamu hingga Gentong Buatan Indonesia Bisa Dipatenkan dengan Merek Internasional

Pemerintah membuka peluang bagi barang tradisional Indonesia seperti batik, jamu dan gentong untuk didaftarkan sebagai merek internasional.

Baca Selengkapnya

Eiger Klaim 81 Persen Produknya Buatan Dalam Negeri, 74 Persen Supplier dari UMKM

10 Mei 2023

Eiger Klaim 81 Persen Produknya Buatan Dalam Negeri, 74 Persen Supplier dari UMKM

Eiger klaim bahwa 81 persen produknya buatan dalam negeri dengan 74 persen supplier dari UMKM Indonesia

Baca Selengkapnya

Sejarah Eiger, Brand Lokal yang Produknya Berlabel 'Made in China'

3 Mei 2023

Sejarah Eiger, Brand Lokal yang Produknya Berlabel 'Made in China'

Brand lokal Eiger akhir-akhir ini cukup ramai karena produknya yang berlabel Made in China, berikut sejarah Eiger

Baca Selengkapnya