Perluasan Bandara Ngurah Rai Tunggu Izin Dua Menteri
Rabu, 15 September 2010 13:57 WIB
TEMPO Interaktif, Denpasar-Realisasi pengembangan Bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar masih harus menunggu izin dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk pembongkaran 176 rumah dinas milik PT Angkasa Pura serta izin prinsip perluasan bandara dari Menteri Perhubungan.
Menurut Deputi Direktur Teknik PT Angkasa Pura I, Ketut Reneng Armika, izin dua menteri itu dijanjikan akan dikeluarkan setelah Lebaran."Begitu ada izin langsung bisa kita mulai," ujarnya, Rabu (15/9).
Mengenai izin dari Pemerintah Daerah , menurutnya, sudah dikantongi dengan adanya kesepakatan mengenai desain bangunan yang sebelumnya sempat mengganjal proyek ini.
Pembongkaran rumah dinas perlu dilakukan untuk menyediakan akses jalan menuju terminal karena akses yang ada selama ini akan ditutup. Kemudian, lokasi parkir akan dipindahkan ke area Driving Range. Setelah penataan itu selesai, barulah akan dimulai pembangunan terminal baru bandara Ngurah Rai yang lebih luas. "Diperkirakan awal tahun depan," ujarnya.
Adapun bangunan yang diperluas adalah terminal domestik yang akan diubah menjadi terminal internasional. Luasnya mencapai 120 ribu meter persegi dengan daya tampung mencapai 20 juta wisatawan per tahun.
Saat ini luas terminal bandara Ngurah Rai sekitar 15 ribu meter persegi yang menampung rata-rata 9 juta wisatawan per tahun. Padahal dengan luas itu sebenarnya hanya layak menampung rata-rata 4 juta wisatawan per tahun. Terminal internasional saat ini nantinya difungsikan menjadi terminal domestik. Biaya pembangunan diperkirakan mencapai Rp 1,94 triliun.
Mengenai arsitektur bangunan, menurut Armika,sudah ada desain yang disepakati bersama dengan memadukan prinsip bandara internasional yang aman dan nyaman tetapi tetap dengan ciri budaya Bali. "Kita akomodasi keinginan Pemda Bali pada penampilan luar maupun interior bangunan," ujarnya.
Namun prinsip dasar bangunan yang efisien tetap dipegang teguh misalnya dengan terminal yang cenderung lurus dan tidak banyak rintangan. Pihaknya juga akan menerapkan teknologi canggih misalnya dengan sistem screening non manual.
Bandara Ngurah Rai yang sebelumnya bernama Bandara Tuban sudah melampaui sejarah yang panjang sejak dibangun pada tahun 1935 di masa penjajahan Belanda. Pemerintah Jepang kemudian memperbaiki landasan rumput yang semula 700 meter diperkeras dan diperpanjang menjadi 1.200 meter dengan system Pear Steel Plate (PSP).
Pada Agustus 1963 dilakukan perbaikan dan pengembangan pelabuhan udara Tuban dengan membangun landasaan baru sepanjang 2.700 meter, Pada 1 Agustus 1969, Presiden Soeharto meresmikan Pelabuhan Udara Internasional Tuban dan mengganti namanya menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah Rai.
ROFIQI HASAN