Batik Van Gogh 'Made In' Bantul Tembus Italia  

Reporter

Editor

Selasa, 15 Juni 2010 14:51 WIB

Pembuatan kain batik tulis di sebuah rumah produksi Batik Mugi di Jalan Buntu, Jakarta (27/3). Peminat batik motif pesisir seperti Mega Mendung semakin meningkat setelah pengukuhan batik sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO. TEMPO/Nunu Nugraha
TEMPO Interaktif, Bantul - Batik dengan corak kontemporer beraliran ekspresionis karya warga Bantul, sukses menembus pasar Italia dan Amerika Serikat. Bukan cuma dua negara itu, tapi Malaysia, Singapura, dan Inggris pun menjadi tujuan ekspor batik tersebut.

“Batik lukis bergaya Van Gogh, Pablo Picasso, dan Leonardo Da Vinci dibuat dengan bahan batik. Itu yang sangat laku di Eropa dan Amerika,” kata Sugito, perajin batik lukis, di Gilangharjo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (15/6).

Usaha yang ia tekuni sejak 1988 itu memproduksi sekitar 1.500 lembar batik lukis ekspresionis yang dijual ke pasar dalam negeri 50 persen, dan sisanya diekspor. Harganya berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 1,5 juta per lembar, tergantung bahan dan tingkat kesulitan lukisan batiknya.

Bahan yang digunakan sebagai dasar batik ekspresionis itu berasal dari katun seratus persen. Pola desain bahan batik ini, sesungguhnya, tidak berbeda dengan batik tradisional. Yaitu dengan menggambar memakai pensil lalu diberi lilin (malam) dan proses pewarnaan.

Semakin banyak warna, semakin rumit pula proses pembatikannya. Usai dibatik, baru proses pelukisan dengan bahan-bahan pewarna, baik tradisional maupun kimia. Untuk penonjolan lukisan digunakan lem binder sebagai perekat brom yang berwarna emas dan perak.

Mulanya, modal awal yang ia pakai untuk membuat batik itu hanya Rp 20 ribu saat itu. Namun, saat ini omzet per bulannya mencapai Rp 30 juta. Tak jarang para artis dan desainer yang memesan karya unik milik Sugito itu.

Beberapa perancang busana dan artis yang tertarik dengan batik buatannya antara lain Ivan Gunawan, Farhan, Maudy Koesnaedi, dan Ida Royani. “Kami memang punya dua jenis batik, batik untuk hiasan interior dan batik busana,” kata Sugito.

Para artis tertarik karyanya disebabkan desain yang ia buat tidak sama dengan batik lain. Sehingga satu karya hanya disedikan untuk satu produk. “Setiap desain, ya, hanya satu. Sehingga tak ada yang menyamai saat dipakai,” ujar dia.

Menurut alumnus Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) lulusan 1986 itu, latar belakang ide pembuatan batik ekspresionis kontemporer muncul karena ia bosan dengan desain tradisional. Maka, jadilah ide untuk membuat batik yang berbeda.

Menurut Juminah, istri Sugito, industri rumah tangga yang ia rintis merupakan satu-satunya pemasok batik ekspresionis kontemporer ke pabrik batik di Surakarta, semisal Batik Keris. “Sebelum Bom Bali, karyawan kami ada 80 orang. Sekarang tinggal 25 orang saja,” tuturnya.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

11 hari lalu

Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

12 hari lalu

Sri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.

Baca Selengkapnya

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

16 hari lalu

Jangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park

Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.

Baca Selengkapnya

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

40 hari lalu

PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah

PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.

Baca Selengkapnya

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

43 hari lalu

Kampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya

Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.

Baca Selengkapnya

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

59 hari lalu

Begini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik

Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.

Baca Selengkapnya

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

28 Februari 2024

KBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta

Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).

Baca Selengkapnya

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

17 Februari 2024

Piaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik

Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.

Baca Selengkapnya

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

11 Februari 2024

NMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik

NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.

Baca Selengkapnya

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

6 Februari 2024

Cerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online

Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.

Baca Selengkapnya