William Soeryadjaya, Legenda Otomotif yang Rendah Hati

Reporter

Editor

Sabtu, 3 April 2010 11:47 WIB

William Soeryadjaya. TEMPO/Faisal Assegaf

TEMPO Interaktif, Jakarta - William Soeryadjay a, pendiri PT Astra International Tbk. meninggal dunia Jumat (2/4) pukul 22.43 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta.

Juru Bicara Astra Yulian Warman mengatakan saat ini almarhum disemayamkan di rumah duka RSPAD Ruangan A,B,C,D dan E, hingga Senin (5/4).

Pria kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 20 Desember 1922, itu kepada Tempo, mengaku merintis usahanya dengan penuh pahit getir. Yatim piatu pada usia 12, pada umur 19 tahun ia putus sekolah. Saat itu pula ia mulai berdagang. "Itu di zaman Jepang," kata Oom William, panggilan akrabnya.

"Di daerah Cirebon terdapat kekurangan kertas bekas. Saya mencarinya di daerah Bandung, dan saya mengangkut kertas itu ke Cirebon dengan truk." William juga berdagang benang tenun, untuk pabrik tenun di Majalaya. Lalu beralih ke hasil bumi, seperti minyak kacang, beras, dan gula.

Dengan perolehan dari hasil dagang itu pula ia melanjutkan studinya ke Negeri Belanda. Di sekolah vak v/d Leder & Schoenindustrie, William mempelajari penyamakan kulit. Pulang ke Indonesia, 1949, Tjia Kian Liong -- nama asli William -- mendirikan pabrik kulit, yang pengurusannya kemudian ia serahkan kepada seorang kawannya.

PT Astra International Inc. didirikannya pada 1957, bersama adiknya, Drs. Tjia Kian Tie, almarhum, dan seorang kawannya, Lim Peng Hong. Mula-mula hanya memasarkan minuman ringan, merk Prem Club, lalu diteruskan dengan mengekspor hasil bumi, termasuk minyak serai. Kelompok ini kemudian menjadi "pohon rindang", seperti yang ditamsilkan William sendiri, yang memang kian berkembang. Bidang garapannya meluas ke sektor otomotif, alat-alat berat, perkakas kantor, dan perkayuan. Ia menyebut keberhasilan Astra sebagai buah kebijaksanaan Pemerintah Orde Baru, yang memberi kesempatan kepada dunia usaha untuk berkembang.

Sukses bidang otomotif dimulai pada 1968-1969, saat Oom William memasukkan 800 truk Chevrolet, yang bertepatan waktunya dengan program rehabilitasi besar-besaran pemerintah. "Truk sangat dibutuhkan waktu itu, hingga larisnya seperti pisang goreng," ujar presiden direktur dan presiden komisaris belasan perusahaan yang bernaung di Astra Group itu. Dengan kurs rate BE, kredit melonjak dari Rp 141 ke Rp 378 per dolar Amerika, "Bisa dibayangkan berapa keuntungan kami." Sejak itu Astra menjadi rekanan pemerintah untuk berbagai sarana pembangunan.

Tahap berikutnya, Astra mulai merakit truk Chevrolet. Dan selanjutnya, mengageni dan merakit alat besar Komatsu, mobil Toyota dan Daihatsu, sepeda motor Honda, dan mesin kopi Xerox. "Inilah tulang punggung Astra," kata Wiliam.

Sayangnya Om William harus kehilangan kendali atas perusahaan kesayangannya saat Bank Summa yang dikendalikan Edward, putra sulungnya, ambruk tahun 1992. Meski harus kehilangan jaringan bisnisnya di Astra, William masih mengendalikan beberapa perusahaan seperti Karabha Group, Malabar Group, Sidita Group, Siratara Group, Watek Group, Suryaraya Group, Nityasa Group, dan Arya Group.

Satu hal yang pasti, kendati Si Om terdepak dari Astra, hubungan bisnis dengan para koleganya di luar negeri seperti Jepang, Prancis, Jerman, Korea Selatan, dan Singapura tetap baik. Bahkan mayoritas mereka menaruh hormat terhadap sikap gentle Om Willam yang bersedia mengambil alih tanggung jawab Bank Summa kepada nasabahnya.

Pada tahun 1995, Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) yang dikelola Christianto Wibisono berani menaksir omzet jaringan perusahaan Keluarga Om Willem masih mencapai Rp 6,7 triliun.

Banyak analis menandai kebangkitan baru bisnis Keluarga Soeryadjaya dengan sukses mereka menggusur Bambang Trihatmodjo dan Johannes Kotjo sebagai pemegang saham mayoritas di PT Van Der Horst Indonesia (VDHI) Tbk., Oktober 2000. Ketika itu, Keluarga Om Willem berhasil menguasai 51,5 persen saham VDHI melalui L&M Group Invesment Ltd. dan mendudukkan putra sulungnya Edward P. Soeryadjaya sebagai direktur utama dan Om Willem sendiri sebagai komisaris utama. Segera setelah itu VDHI pun berganti nama menjadi PT Siwani Makmur.

Om William juga menaruh perhatian di bidang pendidikan. November 1984, Oom William merelakan menjual sebidang tanah miliknya di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, dengan harga "miring". Di sanalah didirikan gedung Institut Manajemen Prasetia Mulya, yang diresmikan November 1984. "Di sini dididik para manajer dari berbagai perusahaan nasional," kata William, yang di institut itu menjabat wakil ketua dewan pembina.

ERWIN Z | BERBAGAI SUMBER

Berita terkait

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal, Sempat Dirawat Dua Bulan di RSCM

7 hari lalu

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal, Sempat Dirawat Dua Bulan di RSCM

Almarhum Fadil Zumhana akan dimakamkan pada hari ini di TPU Poncol-Bekasi.

Baca Selengkapnya

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman

22 hari lalu

Penyair Joko Pinurbo Meninggal, akan Dimakamkan di Sleman

Penyair Joko Pinurbo meninggal pada usia 61 tahun karena sakit.

Baca Selengkapnya

Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

5 Maret 2024

Solihin GP Wafat, Pj Wali Kota Bandung Kenang Kiprah Mang Ihin Atasi Krisis Pangan Lewat Gogo Rancah

Tokoh Jawa Barat Solihin GP yang akrab disapa Mang Ihin itu meninggal saat perawatan di Rumah Sakit Advent Bandung.

Baca Selengkapnya

Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

5 Maret 2024

Kisah Solihin GP Rayakan Ulang Tahun Ke-80 di Unpad, Ingatkan Pentingnya Pemberantasan KKN

Solihin GP mengajak masyarakat kembali ke konsep dasar dalam mengelola lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

5 Maret 2024

Tokoh Jawa Barat Solihin GP Meninggal di Bandung

Mantan Gubernur Jawa Barat yang juga pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Solihin GP wafat di usia 97 tahun.

Baca Selengkapnya

Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

22 Januari 2024

Cendekiawan Ignas Kleden Berpulang setelah Dua Tahun Mengidap Gangguan Ginjal

Ignas Kleden dikenal sebagai sosok sastrawan, sosiolog, dan kritikus sastra asal lores Timur.

Baca Selengkapnya

Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

28 Desember 2023

Jenazah Lukas Enembe Disambut Tangisan Ratapan Suku Sentani di Jayapura

Dantje Nere mengatakan masyarakat adat yang juga sebagai warga jemaat GKI Filadelfia Kampung Harapan setempat sangat merasa kehilangan Lukas Enembe.

Baca Selengkapnya

Profil Doni Monardo, Mantan Ketua BNPB yang Meninggal Hari Ini

3 Desember 2023

Profil Doni Monardo, Mantan Ketua BNPB yang Meninggal Hari Ini

Doni Monardo menjabat sebagai Ketua Umum PPAD atau Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat untuk periode 2021-2026.

Baca Selengkapnya

Eks Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Berpulang

3 Desember 2023

Eks Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Berpulang

Doni Monardo jatuh sakit dan menjalani proses perawatan intensif di rumah sakit sejak 22 September 2023.

Baca Selengkapnya

Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait Berpulang

26 Agustus 2023

Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait Berpulang

Arist Merdeka Sirait meninggal dalam usia 63 tahun pada pukul 08.30 WIB di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya