Maskapai Hitung Ulang Biaya Pajak Sewa Pesawat

Reporter

Editor

Rabu, 10 Maret 2010 16:51 WIB

TEMPO/Dimas Aryo
TEMPO Interaktif, Jakarta - Maskapai Garuda Indonesia akan menghitung ulang biaya pajak sewa pesawat dari perusahaan penyewaan yang tidak memiliki kesepakatan pajak atau tax treaty dengan Indonesia. "Kalau tidak ada tax treaty kami akan menghitung ulang apakah memenuhi aspek keekonomian," kata Direktur Strategi dan Teknologi Informasi Elisa Lumantoruan di Jakarta, Rabu (10/3).

Ia mengatakan jika perusahaan masih untung dengan pengenaan pajak sewa sebesar 20 persen, maka kotrak akan diteruskan. Namun jika sebaliknya, perusahaan terpaksa menterminasi kontrak dan mencari lessor lain yang pajaknya lebih murah.

Misalnya, Elisa menjelaskan, saat kontrak diteken harga sewa pesawat Rp 50 per bulan sedangkan pasaran sekarang Rp 100 per bulan. Dengan tambahan pajak 20 persen, maka harga sewa pesawat menjadi Rp 60 per bulan. "Kalau itu masih bisa dipertimbangkan karena harga sewa pesawat masih di bawah pasar," ujarnya.

Pihaknya sudah mencoba bernegosiasi ulang dengan negara-negara lessor agar mendapat harga yang lebih murah. Namun ia kesulitan karena umumnya lessor enggan bernegosiasi. Ada sekitar 40 unit pesawat Garuda yang berstatus sewa dari berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Prancis. Menurut dia, pajak sewa pesawat akan langsung berpengaruh terhadap biaya operasional.

Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan, bakal menghitung kembali biaya pajak sewa pesawat. Ia ragu lessor mau bernegosiasi. Edward juga mempertanyakan apakah pemerintah memperhitungkan tambahan biaya pajak sewa itu dalam revisi aturan tarif batas atas maskapai berjadwal. Sebab penambahan pajak akan mempengaruhi biaya operasional pesawat yang dibebankan ke penumpang. "Kalau belum dimasukkan apakah akan diubah lagi peraturannya," katanya.

Sebelumnya Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti S. Gumay meminta maskapai bernegosiasi dengan lessor soal pajak sewa pesawat. Hal itu terkait Peraturan Direktorat Pajak Nomor 61 dan 62 tentang Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku mulai awal tahun ini. Maskapai beralasan peraturan itu membuat mereka menanggung pajak sewa sebesar 20 persen.

Maskapai pun meminta pemerintah menunda penerapan peraturan itu. Namun berdasarkan surat balasan Direktorat Pajak, peraturan itu tetap harus dilaksanakan. Dia menawarkan opsi maskapai harus memperhitungkan pajak dalam kontrak sewa pesawat. Atau maskapai bisa memanfaatkan tax treaty. Dia juga memastikan revisi peraturan tarif batas atas tidak akan memasukkan komponen pajak tersebut.

DESY PAKPAHAN

Berita terkait

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

3 hari lalu

Traveling di Usia 100 Tahun, Perempuan Ini Dikira Anak Dibawah Umur yang Perlu Pendampingan

Ketika traveling dengan pesawat, dia otomatis masuk dalam kategori anak bawah umur yang harus didampingi supervisor.

Baca Selengkapnya

Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

5 hari lalu

Tony Fernandes Ditunjuk Sebagai Penasihat Strategis Grup Penerbangan AirAsia

Tony Fernandes ditunjuk sebagai penasihat dan pengurus Grup Chief Executive Officer (Advisor and Steward Group Chief Executive Officer) AirAsia.

Baca Selengkapnya

Alasan Mengapa Kebanyakan Pesawat Berwarna Putih

9 hari lalu

Alasan Mengapa Kebanyakan Pesawat Berwarna Putih

Awalnya, pesawat tidak dicat, hanya menampilkan bodi aluminium yang dipoles. Namun, tren berubah sejak 1970-an.

Baca Selengkapnya

Maskapai Ubah Rute Penerbangan Usai Dugaan Serangan Israel ke Iran

10 hari lalu

Maskapai Ubah Rute Penerbangan Usai Dugaan Serangan Israel ke Iran

Usai dugaan serangan Israel ke Iran, sejumlah maskapai penerbangan mengubah rute.

Baca Selengkapnya

Alasan Kursi Pesawat yang Bisa Direbahkan Mulai Ditinggalkan

10 hari lalu

Alasan Kursi Pesawat yang Bisa Direbahkan Mulai Ditinggalkan

Selama ini perbedatan tentang merebahkan kursi pesawat memang sedikit meresahkan. Maskapai penerbangan mulai mengganti kursi yang lebih ringan

Baca Selengkapnya

Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

13 hari lalu

Maskapai Penerbangan ini Buat Penerbangan Misterius yang Tidak Diketahui Tujuannya

Salah satu penumpang merasa antusias mengikuti penerbangan yang memberikan pengalaman unik

Baca Selengkapnya

Setelah Lufthansa, Giliran Qantas Airways Hindari Kawasan Timur Tengah

16 hari lalu

Setelah Lufthansa, Giliran Qantas Airways Hindari Kawasan Timur Tengah

Penerbangan Australia, Qantas Airways, menyusul Lufthansa, menangguhkan penerbangan hingga mengalihkan rute akibat ancaman balasan Iran ke Israel.

Baca Selengkapnya

Aturan Baru Bandara Ini Tradisi Puluhan Tahun Terancam Dihentikan

21 hari lalu

Aturan Baru Bandara Ini Tradisi Puluhan Tahun Terancam Dihentikan

Bandara Dublin menerapkan aturan keamanan baru di sisi airside

Baca Selengkapnya

Amankah Terbang saat Gerhana Matahari Total?

22 hari lalu

Amankah Terbang saat Gerhana Matahari Total?

Beberapa maskapai penerbangan bahkan menawarkan pengalaman khusus untuk perjalanan gerhana matahari total.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bisa Terjadi Perut Kembung Saat Penerbangan dan Apa Saja Dampaknya?

27 hari lalu

Mengapa Bisa Terjadi Perut Kembung Saat Penerbangan dan Apa Saja Dampaknya?

Perut kembung pada saat bepergian dengan penerbangan pesawat kerap terjadi karena perubahan tekanan udara dan pola makan.

Baca Selengkapnya