Statistik: Sarjana Lebih Banyak Menganggur

Reporter

Editor

Selasa, 1 Desember 2009 20:04 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan Pusat Statistik menyatakan angka pengangguran per Agustus 2009 sebanyak 7,87 persen, atau turun tipis ketimbang 8,14 persen pada Februari. Persentase itu diperoleh dari perbandingan angka penganggur sebanyak 8,96 juta orang dibagi angkatan kerja, 113,83 juta orang.

Penurunan tersebut didorong oleh naiknya jumlah pekerja dari 104,49 juta orang pada Februari menjadi 104,87 juta per Agustus lalu. Lapangan pekerjaan yang menempati porsi terbesar adalah pertanian dengan 41,61 juta pekerja.

Walaupun pekerja di sektor pertanian turun dari 43,03 juta orang per Februari, kenaikan angka pekerja didorong oleh naiknya pekerja di sektor lain. Mulai jasa yang naik dari 13,61 juta menjadi 14 juta, transportasi dari 5,95 juta menjadi 6,12 juta, perdagangan dari 21,84 juta menjadi 21,95 juta, dan sektor industri dari 12,62 juta menjadi 12,84 juta.

"Karena sedang tidak musim panen, banyak yang meninggalkan lapangan pertanian dan mencari pekerjaan di kota," ucap Rustam. Sementara di kota terdapat banyak pekerjaan mulai dari buruh kasar, perdagangan, dan lainnya. "Apalagi mulai pertengahan tahun proyek pemerintah gencar karena anggaran sudah turun," ujarnya.

Kebanyakan pekerja tercatat berkecimpung di sektor informal, yaitu 67,86 juta atau 69,35 persen. "Pekerja formal hanya 32,14 juta atau 30,65 persen," ucap Rustam. Pekerja formal menunjukkan kenaikan 940 ribu orang dibandingkan Agustus tahun lalu. "(Hal ini) mengindikasikan terjadi pemulihan ekonomi dari dampak krisis global," tutur dia.

Di balik kabar positif ini, yang perlu diperhatikan adalah masih dominannya pekerja dengan tingkat pendidikan rendah. Lulusan sekolah dasar mendominasi dengan 55,21 juta pekerja. Pekerja dengan pendidikan sarjana hanya 4,66 juta orang atau 4,44 persen.

Badan Statistik memasukkan orang yang bekerja minimal satu jam per pekan dengan penghasilan rutin sebagai pekerja. "Sesuai dengan ketentuan ILO (Organisasi Buruh Internasional)," ujar Rustam.

Jumlah pekerja dengan jam kerja 1 hingga 7 jam per pekan sangat minim, yaitu 1,31 juta atau sekitar 1 persen dari seluruh pekerja. Kebanyakan pekerja atau 73,30 juta, bekerja di atas 35 jam per pekan. "Ini menjawab kritik yang mengatakan data tenaga kerja BPS lemah karena memasukkan pekerja yang cuma bekerja satu jam seminggu," kata Rustam.

REZA MAULANA

Berita terkait

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

1 hari lalu

Penyebab Rupiah Melemah, Ini Analisis Direktur Laba Forexindo Berjangka

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memberikan analisis soal nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS belakangan ini.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

2 hari lalu

BPS Catat Nilai Ekspor Nikel Naik 45,85 Persen pada April 2024

BPS menyebut nilai ekspor komoditas nikel dan barang daripadanya mengalami kenaikan sebesar US$ 210,6 juta atau 45,85 persen pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

3 hari lalu

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Marak PHK di Awal 2024, Apindo: Angka Pengangguran akan Meningkat

7 hari lalu

Marak PHK di Awal 2024, Apindo: Angka Pengangguran akan Meningkat

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengungkap maraknya pemutusan hubungan kerja atau PHK di awal 2024. Bakal meningkatkan angka pengangguran.

Baca Selengkapnya

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

10 hari lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

10 hari lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

10 hari lalu

Eks Menteri Keamanan Panama Menang Pilpres dengan Dukungan Mantan Presiden

Eks menteri keamanan Panama memenangkan pilpres setelah menggantikan mantan presiden Ricardo Martinelli dalam surat suara.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

11 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

11 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

11 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya