Industri Makanan Bantah Jadi Penyebab Tingginya Harga Gula
Senin, 31 Agustus 2009 08:48 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Thomas Darmawan membantah kalangan industri menjadi biang kerok melambungnya harga gula. Ia menegaskan, industri makanan dan minuman memang menyerap gula tebu lokal. Tapi, kondisi itu hanya terjadi di industri kecil dan rumah tangga.
“Kalau industri besar kan menggunakan gula rafinasi,” kata Thomas saat dihubungi Tempo sebelum dia terbang ke Surabaya, Senin (31/8).
Ia menyarankan jika memang stok gula nasional menipis sebaiknya segera membuka keran impor. Selain itu, bea masuk juga untuk sementara perlu diturunkan hingga nol persen. Relaksasi aturan impor lainnya yang perlu diterapkan, kata Thomas, terkait kewajiban lulus ujji SNI yang butuh waktu tiga pekan sebelum produk dipasarkan.
“Kalau memang situasinya sudah darurat dan nyaris tak terkendali, relaksasi aturan tersebut perlu ditempuh. Kami sudah sampaikan hal ini ke Pak Bayu (Krishnamurti, Deputi Menteri Perekonomian bidang Pertanian),” kata Thomas.
Ia menjelaskan, industri makanan dan minuman sangat tergantung pada gula karena produk itu berfungsi sebagai pemanis, pengawet, pengeras dan penyeimbang rasa. “Kalau tak bisa dipenuhi dari gula karena harga yang mahal, akan lebih berbahaya jika diganti produk sintetis,” ujarnya.
SUDRAJAT