Pinjaman Antarbank Tak Dijamin, Bank Tak Mau Turunkan Suku Bunga

Reporter

Editor

Rabu, 26 Agustus 2009 17:57 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ekonom dan Senior Vice President Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengungkapkan bank-bank sampai saat ini tidak bisa menurunkan suku bunga deposito maupun suku bunga pinjaman karena bank menghadapi masalah sama.

“Bank kecil maupun besar menghadapi masalah sama, yaitu masalah pinjaman antarbank yang tidak dijamin pemerintah dan dana pihak ketiga yang hanya dijamin pemerintah maksimal Rp 2 miliar,” kata Fauzi kepada Tempo di Jakarta sore ini.

Selama pinjaman antarbank ini tidak dijamin pemerintah, Fauzi menjelaskan, bank besar tidak akan berani mengucurkan dana mereka ke bank kecil karena resiko gagal bayar akan besar sekali. Apalagi, di tengah krisis seperti sekarang.

“Bank besar lebih baik memarkir dana mereka di SUN (Surat Utang Negara). Meskipun bunganya relatif kecil dibanding suku bunga pinjaman antarbank, tapi lebih aman,” ujarnya.

Nasabah juga tidak berani memarkir dananya di bank besar maupun bank kecil, karena dana pihak ketiga yang dijamin pemerintah hanya sampai Rp 2 miliar. Akibatnya, nasabah juga lari membeli Surat Utang Negara.

“Nasabah juga merasa lebih aman membeli SUN. Misalkan dia beli SUN Rp 10 miliar. Kalau sewaktu-waktu dia membutuhkan dana, dia tinggal jual SUN itu. Duit langsung didapat. Tapi kalau dia taruh uang itu di bank kecil misalnya, belum tentu bisa kembali hari itu juga karena bank bisa saja nanti colaps kalau dana nasabah ditarik semuanya,” jelas Fauzi.

Karena itu, dia mengakui, dana sekarang memang cenderung mengalir ke Surat Utang Negara. Ujung-ujungnya, pengucuran dana untuk pinjaman menjadi seret.

Permintaan BI ke 14 bank nasional dan asing Kamis pekan lalu, dia menilai, tetap tidak akan bisa memaksa bank menurunkan suku bunga mereka. Apalagi permintaan itu sifatnya hanya berupa himbauan, tidak ada dasar hukumnya.

Solusinya, Fauzi menegaskan, ya harus ada penjaminan pinjaman antarbank dan penjaminan dana pihak ketiga ditambah lagi jumlahnya. Tidak cuma Rp 2 miliar itu.
Namun, ia menambahkan, sebenarnya kondisi industri perbankan di Indonesia tidak buruk-buruk amat. Bahkan pertumbuhan kredit pada Mei di Indonesia kedua tertinggi di kawasan Asia, setelah Cina.

Pertumbuhan kredit di Cina pada Mei mencapai 30,6 persen, Indonesia 19,2 persen, dan India 15,8 persen. Bahkan jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara, Indonesia tetap yang tertinggi karena Filipina hanya 10,2 persen dan Malaysia 8,9 persen.

“Jadi pertumbuhan kredit di Indonesia masih baguslah di saat krisis seperti sekarang,” kata Fauzi.

GRACE S GANDHI

Berita terkait

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

3 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

4 hari lalu

Terpopuler: Kontroversi 1 Juta Hektare Padi Cina di Kalimantan, Deretan Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Berita terpopuler bisnis pada 24 April 2024, dimulai rencana Cina memberikan teknologi padi untuk sejuta hektare lahan sawah di Kalimantan.

Baca Selengkapnya

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

4 hari lalu

Tingginya Suku Bunga the Fed dan Geopolitik Timur Tengah, Biang Pelemahan Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pelemahan rupiah dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter AS yang masih mempertahankan suku bunga tinggi.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

4 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

4 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan, Bank Mandiri: Penting di Tengah Ketidakpastian dan Fluktuasi Global

Bank Mandiri merespons soal kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI).

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya