Kejagung Tetapkan Tom Lembong Tersangka Impor Gula, Beberapa Kali Beda Pendapat dengan Bahlil Soal Hilirisasi dan IKN
Reporter
Rachel Farahdiba Regar
Editor
S. Dian Andryanto
Rabu, 30 Oktober 2024 20:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kejagung menetapkan mantan Menteri Perdagangan, Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong, menjadi tersangka karena diduga terlibat pemberian izin importir gula kristal mentah sebanyak 105 ribu ton yang merugikan negara sekitar Rp400 miliar.
“Saudara TTL diduga memberikan izin impor gula kristal mentah 105 ribu ton kepada PT AP yang kemudian gula kristal mentah tersebut diolah menjadi gula kristal putih,” kata Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung, Abdul Qohar, pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Abdul mengatakan, pihaknya telah bekerja dan menetapkan Tom Lembong sebagai tersangka sesuai prosedur dan tidak ada muatan politisasi. Saat penyidik telah menemukan bukti yang utuh terkait suatu kasus, tidak ada proses pilah-pilih penetapan tersangka. Penyidikan tersebut telah berjalan selama satu tahun sejak Oktober 2023 dengan saksi sebanyak 90 orang.
Setelah menjadi Mendag, Tom masih aktif mengikuti dinamika politik di Indonesia. Bahkan, ia juga sempat beberapa kali berbeda pendapat dengan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, dalam menanggapi beberapa isu dan persoalan di Indonesia sebagai berikut:
Hilirisasi
Tom Lembong mengkritik pemerintahan Presiden Jokowi karena terobsesi pada nikel dan mobil listrik yang membuat sektor lain terbengkalai. Sementara itu, peluang kerja di industri nikel, pabrik baterai, dan mobil listrik lebih sedikit. Pasalnya, sektor ini merupakan sektor padat modal, bukan padat karya.
“Padahal, lapangan kerja yang peluangnya besar adalah sektor jasa, di samping pertanian, perikanan, dan manufaktur,” ujar Tom, pada 6 Desember 2023.
Bahlil menanggapi bahwa pemerintah optimistis hilirisasi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan nilai tambah, dan mendorong kedaulatan negara. Ia pun menampik hilirisasi hanya berfokus di nikel.
"Jadi, pikirannya jangan sempit gitu, loh. Saya kadang-kadang bingung ketika orang berpandangan hilirisasi itu hanya bagian satu produk, seperti ekosistem baterai mobil listrik, itu kan cuma satu bagian saja,” ucap Bahlil, pada 7 Desember 2023.
Baterai lithium ferro-phosphate (LFP)
Tom Lembong mengkritik kebijakan hilirisasi nikel Presiden Jokowi yang terobsesi pada nikel, tetapi tidak berorientasi pada pasar.
“Pemerintah kemarin melihat harga nikel bagus, permintaan tinggi karena semua baterai mobil listrik pakai nikel,” ujar Tom, pada 6 Desember 2023 lalu.
Menurut Tom, industri akan mencari bahan baku lain ketika bahan baku nikel mahal dan pasokannya tidak stabil, seperti produksi Tesla, mobil listrik Elon Musk yang beralih menggunakan baterai LFP.
Pernyataan Tom tersebut ditanggapi oleh Bahlil yang menilai nikel masih digunakan produsen untuk membuat baterai kendaraan listrik karena kualitasnya lebih baik daripada baterai LFP. Bahlil juga membantah klaim mobil Tesla sudah beralih sepenuhnya ke LFP.
“Jadi, jangan omon-omon saja. Bahaya ini negara kalau dibuat begini,” kata Bahlil, pada 24 Januari 2024.
IKN
Bahlil menyebut Tom, jangan asal bunyi tentang investasi IKN. Sebab, Tom mengatakan investasi di IKN tidak realistis dan menantang pemerintah menjabarkan nilai investasi setiap investor.
"Sahabat saya ini kadang-kadang halusinasi tingkat tinggi," kata Bahlil, pada 24 Januari 2024.
Bahlil mengatakan, investasi swasta sudah terealisasi, seperti Konsorsium Nusantara yang telah menggelontorkan dana sekitar Rp 20-25 triliun. Namun, Bahlil mengatakan, rincian investasi dari setiap perusahaan dalam konsorsium tersebut tidak bisa dipublikasikan.
Sebelumnya, Tom Lembong menulis cuitan di akun X, @PakarINTElek, “Saya tantang kalau memang benar Agung Sedayu, Marriot, Mayapada, dan lain-lain (investasi), mana angkanya?”
RACHEL FARAHDIBA R | DINDA SHABRINA | AMELIA RAHIMA SARI | RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Beberapa Sikap Kritis Tom Lembong Terhadap Pemerintahan Jokowi, Kini Kejagung Tetapkan Jadi Tersangka Impor Gula