Deflasi Lima Bulan Beruntun, Bagaimana Dampaknya ke Kredit Macet Perbankan?

Jumat, 11 Oktober 2024 12:57 WIB

Suasana pusat perbelanjaan di Jakarta, 3 September 2024. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat secara bulanan Indonesia mengalami deflasi 0,03 persen pada Agustus 2024. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. angkat bicara soal deflasi dan rasio kredit macet atau NPL di perbankan.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, menyebutkan angka NPL dari BCA ada di angka 2,2 persen pada semester I 2024. Angka itu masih di bawah NPL industri yang ada di kisaran 2,34 persen per Mei 2024.

"NPL BCA juga berada pada level managable," ujar Hera ketika dihubungi pada Rabu, 09 September 2024.

Hera juga menyebutkan, secara umum, kualitas kredit BCA masih terjaga baik. Hal ini menurutnya tercermin dari Loan at Risk (LAR) perseroan yang berada di level yang relatif rendah bila dibandingkan dengan industri.

"LAR BCA tercatat sebesar 6,4 persen pada semester I 2024, membaik dibandingkan tahun lalu sebesar 9 persen," ucap Hera.

Advertising
Advertising

Hal serupa juga dirasakan oleh Bank Mandiri. VP Head of Macroeconomic & Financial Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, menyebutkan rasio NPL di industri perbankan masih terjaga dengan stabil hingga saat ini.

"Sampai saat ini rasio NPL perbankan secara umum masih terjaga stabil," ucap Dian atau akrab disapa Diyu tersebut ketika dihubungi pada Rabu, 9 Oktober 2024.

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, juga mengatakan bahwa tren NPL masih stabil, bahkan menunjukkan penurunan. Ia juga menyebutkan, sektor perbankan masih mencatatkan pertumbuhan kredit yang cukup tinggi.

Pertumbuhan kredit tersebut, menurut Avilia, banyak didukung dari sektor oleh kredit investasi sebesar 13,1 persen. Kemudian disusul kredit konsumsi sebesar 10,8 persen dan kredit modal kerja sebesar 10,75 persen. Meskipun positif, capaian tersebut masih terhitung melambat.

"Tren ini menunjukkan pelambatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya," ujar Aviliani ketika dihubungi pada Kamis, 10 Oktober 2024.

Di lain sisi, Aviliani juga mencatat ada tren pelambatan dalam pertumbuhan kredit UMKM. Dari pertumbuhan 5,1 persen year on year (yoy) pada Juli 2024, menjadi hanya 4,3 persen yoy pada Agustus 2024. Ia juga menambahkan soal adanya kenaikan angka kredit macet UMKM dimana NPL UMKM naik 4,05 persen yoy pada Agustus 2024.

Pilihan Editor: Bea Cukai Bekasi Klaim Barang Ilegal Bisa Jadi Penyebab Deflasi Lima Bulan Beruntun

Berita terkait

Bank Mandiri Dorong Kesiapan Wirausahawan Menghadapi Era Global di Trade Expo Indonesia 2024

3 jam lalu

Bank Mandiri Dorong Kesiapan Wirausahawan Menghadapi Era Global di Trade Expo Indonesia 2024

Keterlibatan Bank Mandiri dalam TEI 2024 menjadi bukti komitmen perseroan untuk berkontribusi terhadap pengembangan ekonomi nasional dan mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai pilar penting pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

3 Cara Mudah Membayar Iuran BPJS Kesehatan

6 jam lalu

3 Cara Mudah Membayar Iuran BPJS Kesehatan

Kini membayar iuran BPJS Kesehatan sangat mudah dan praktis. Kenali tiga cara berikut ini.

Baca Selengkapnya

OJK Cabut 15 Izin Bank Perekonomian Rakyat yang Lakukan Penyimpangan Operasional

6 jam lalu

OJK Cabut 15 Izin Bank Perekonomian Rakyat yang Lakukan Penyimpangan Operasional

Sepanjang 2024 OJK telah mencabut izin 15 BPR dan BPR Syariah.

Baca Selengkapnya

Apakah Deflasi Beruntun Terkait dengan Penurunan Daya Beli Kelas Menengah? Berikut Penjelasan Ekonom

8 jam lalu

Apakah Deflasi Beruntun Terkait dengan Penurunan Daya Beli Kelas Menengah? Berikut Penjelasan Ekonom

Deflasi lima bulan beruntun terjadi seiring dengan penurunan daya beli kelas menengah. Kepala LPEM FE UI menilai dua hal itu tidak berkaitan.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai Bekasi Klaim Barang Ilegal Bisa Jadi Penyebab Deflasi Lima Bulan Beruntun

1 hari lalu

Bea Cukai Bekasi Klaim Barang Ilegal Bisa Jadi Penyebab Deflasi Lima Bulan Beruntun

Kepala Kantor Bea Cukai Bekasi, Yanti Sarmuhidayanti, menyebutkan bahwa deflasi lima bulan beruntun salah satunya bisa disebabkan oleh menjamurnya barang illegal yang masuk ke dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Hadirkan 'Wajah Baru' Livin' by Mandiri

1 hari lalu

Bank Mandiri Hadirkan 'Wajah Baru' Livin' by Mandiri

Bank Mandiri meluncurkan 'wajah baru' aplikasi Livin' by Mandiri untuk meningkatkan pengalaman nasabah dalam melakukan transaksi secara lebih mulus, intuitif, dan personal, yang disesuaikan dengan kebiasaan dan preferensi setiap nasabah.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Raih Juara 1 Perusahaan Go Publik Keuangan di Annual Report Award 2023

1 hari lalu

Bank Mandiri Raih Juara 1 Perusahaan Go Publik Keuangan di Annual Report Award 2023

Konsisten menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG), Bank Mandiri kembali mempertahankan peringkat 1 Kategori Perusahaan Go Publik sektor Keuangan pada Annual Report Award 2023, di Jakarta, pada Selasa, 8 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonom Prediksi Deflasi Beruntun akan Berlanjut hingga Oktober 2024

2 hari lalu

Ekonom Prediksi Deflasi Beruntun akan Berlanjut hingga Oktober 2024

Deflasi lima bulan beruntun diprediksi akan berlanjut hingga Oktober 2024. Ekonom menyebut ada indikasi kuat pelemahan daya beli.

Baca Selengkapnya

Tito Karnavian Tegaskan Daya Beli Masyarakat Tidak Turun

2 hari lalu

Tito Karnavian Tegaskan Daya Beli Masyarakat Tidak Turun

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menegaskan saat ini ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang sangat baik dan daya beli masyarakat tidak mengalami penurunan. Menurutnya, hal ini bisa dilihat dari inflasi yang terjaga per September sebesar 1,84 persen year on year (yoy).

Baca Selengkapnya

Profil Mall Plaza Mulia Samarinda yang Dilelang Rp 501,170 Miliar

2 hari lalu

Profil Mall Plaza Mulia Samarinda yang Dilelang Rp 501,170 Miliar

Salah satu mall terbesar yang penuh kenangan di Kota Samarinda, yakni Plaza Mulia kini resmi dilelang oleh Bank Kaltimtara dengan nilai Rp 501,170 miliar.

Baca Selengkapnya