Cerita Chef Devina Hermawan Bukunya Dibajak dan Dijual Murah di E-Commerce Seharga Rp2 Ribu
Reporter
Adil Al Hasan
Editor
Martha Warta Silaban
Selasa, 8 Oktober 2024 09:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Syahdan, Devina Hermawan menemukan dua bukunya berjudul Indonesian Fusion Foods (2019) dan Yummy! 76 Menu Favorit Anak (2021) dibajak dan dijual murah itu ketika sedang berselancar di aplikasi belanja online Shopee. Juru masak atau chef ini sengaja tak menyalakan fitur filter untuk mencari dua buku resep masakannya itu. Di Shopee, bukunya ternyata dijual Rp800 hingga Rp2000.
“Mana ada buku resep yang dijual di harga Rp2.000, lebih murah dari biaya parkir motor di warung,” kata Devina dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo pada Senin, 7 September 2024.
Perempuan berusia 30 tahun itu mengatakan pembajakan buku ini akan mematikan minat dan semangat calon penulis dalam negeri. Alasannya, penulis itu dalam menerbitkan buku mengerahkan seluruh waktu, tenaga, dan biaya. Ketika dibajak, kata Devina, penulis dan penerbit tak mendapatkan hasil, baik karya baru atau balik modal.
“Dengan mudahnya diduplikasi seperti itu, lalu dijual di platform online,” kata dia.
Dia bercerita dalam menerbitkan dua buku resep masakannya itu saja membutuhkan waktu masing-masing enam bulan. Mulai dari memilih menu, mencoba resep, menakar bahan dan komposisi, menentukan metode masak, fotografi, layout, hingga terbit.
Menurut dia, kalau pembajakan buku ini dibiarkan akan berdampak jangka panjang bagi ekosistem penulis. Dia menyebut para penulis dan penerbit berkualitas di Indonesia akan menurun. Alih-alih menyuguhi generasi muda, mereka akan terpapar dengan budaya dan edukasi dari buku impor.
“Ini sama saja membodohi sebagian masyarakat yang mungkin belum sadar atau belum paham bahwa secara jangka panjang ekosistem penulis ini akan runtuh,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Buku Mojok Aditia Purnomo menyatakan penjualan buku bajakan di e-commerce tidak akan selesai tanpa penegakan regulasi dari pemerintah. Ia menyebut, masalah penjualan buku bajakan adalah persoalan lama yang telah disorot oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Namun, hingga saat ini, Adit menilai belum ada langkah konkrit yang dilakukan pemerintah maupun marketplace untuk menyelesaikan masalah ini.
“Setiap tahun kami menggelar kampanye Anti Pembajakan Buku. Di awal tahun ini, kami sudah mengajukan audiensi kepada pemerintah agar difasilitasi untuk bertemu dengan pihak marketplace tapi masih belum ada tindak lanjut,” ujarnya saat dihubungi Tempo, Ahad, 6 Oktober 2024.
Aditia mengatakan selama ini para penerbit hanya melawan pembajakan buku ini secara mandiri melalui kampanye. Sembari itu, para penerbit juga melaporkan penjual online nakal secara berkala.
“Biasanya abis kami laporkan, produknya itu dihapus sama penjualnya. Setelah itu nanti diupload lagi. Gitu mainnya. Jadi ya mau nggak mau kita sendiri yang harus rutin mengawasi,” ujarnya.