Terlalu Dominan di Industri Periklanan Digital, Google Dapat Tekanan di Eropa

Minggu, 22 September 2024 06:30 WIB

Google Essentials. Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Google, raksasa teknologi yang dikenal sebagai pemimpin pasar dalam berbagai sektor digital, kini tengah mempertimbangkan langkah besar yang mengejutkan banyak pihak, yaitu menjual sebagian dari bisnis ad exchange miliknya di Eropa. Keputusan ini diambil di tengah tekanan kuat dari regulator Uni Eropa yang semakin kritis terhadap dominasi Google di sektor periklanan digital. Namun, apa sebenarnya ad exchange itu, dan mengapa Google harus mengambil langkah menjual aset yang sangat menguntungkan ini?

Apa Itu Ad Exchange?

Ad exchange adalah platform terjadinya transaksi otomatis antara pengiklan dan penerbit konten (publisher) melalui lelang iklan secara real-time. Dalam ekosistem ini, pengiklan dapat menawarkan harga yang bersaing untuk menampilkan iklan mereka di situs web atau aplikasi tertentu. Google AdX, ad exchange milik Google, adalah salah satu platform terbesar dan paling dominan di dunia, menghubungkan jutaan publisher dengan pengiklan secara efisien.

Sebagai pemain besar di industri periklanan digital, Google tidak hanya memiliki AdX, tetapi juga berbagai alat dan layanan yang digunakan pengiklan maupun publisher untuk mengelola kampanye mereka. Ini menjadikan Google memiliki kendali yang sangat besar di berbagai tahap proses iklan digital, dari pembuatan iklan, distribusi, hingga analisis kinerja.

Tekanan dari Regulator Eropa

Advertising
Advertising

Dominasi Google di sektor periklanan digital telah menjadi perhatian utama regulator di Uni Eropa. Komisi Eropa, badan pengawas yang mengatur kebijakan persaingan bisnis di kawasan tersebut, menilai bahwa Google memiliki posisi dominan yang mempengaruhi pasar secara tidak adil. Kekhawatiran ini bukan hal baru; dalam beberapa tahun terakhir, Google telah beberapa kali berhadapan dengan investigasi dan hukuman dari Komisi Eropa terkait praktik bisnis mereka.

Masalah yang paling mencolok adalah terkait posisi Google sebagai pemilik ad exchange sekaligus penyedia teknologi yang digunakan oleh publisher dan pengiklan. Posisi ini dianggap memberikan keuntungan yang tidak adil. Google dinilai bisa terus memprioritaskan platform mereka sendiri dan mengarahkan lebih banyak bisnis ke Google AdX, daripada memberikan kesempatan yang setara kepada pesaing.

Dalam ekosistem periklanan yang kompleks, Google menguasai berbagai titik penting dalam rantai proses iklan digital. Mereka menyediakan layanan mulai dari Google Ads yang digunakan pengiklan untuk membeli iklan, hingga Google Ad Manager yang digunakan publisher untuk mengelola inventaris iklan mereka. Hal ini membuat pengiklan dan publisher merasa tidak punya banyak pilihan selain bergantung pada layanan Google. Kondisi ini, dalam pandangan regulator, menciptakan pasar yang tidak kompetitif dan dapat merugikan pihak-pihak lain di industri ini.

Ancaman Monopoli dan Potensi Sanksi

Tekanan dari Komisi Eropa ini memaksa Google untuk mengambil langkah yang lebih hati-hati. Jika mereka terus mempertahankan bisnis AdX tanpa perubahan, risiko sanksi finansial dan pembatasan operasional dari Uni Eropa semakin besar.

Sebelumnya, Google sudah pernah dikenai denda yang cukup signifikan dalam beberapa kasus terkait dominasi di pasar periklanan digital, mesin pencari, dan sistem operasi seluler Android. Oleh karena itu, menjual ad exchange mereka di Eropa dianggap sebagai langkah strategis untuk mengurangi tekanan regulasi dan menghindari potensi kerugian yang lebih besar di masa depan.

Selain itu, dengan menjual bisnis ini, Google mungkin dapat memfokuskan diri pada layanan lain di ekosistem periklanan yang lebih aman dari investigasi antimonopoli. Ini juga memberikan kesempatan bagi kompetitor di Eropa untuk lebih bersaing dan mendorong terciptanya pasar iklan yang lebih kompetitif dan seimbang.

Dampak Terhadap Industri Periklanan Digital

Penjualan bisnis ad exchange Google di Eropa tentunya akan membawa dampak besar bagi industri periklanan digital, baik bagi pengiklan, publisher, maupun pesaing Google. Bagi pengiklan dan publisher, penjualan ini dapat membuka peluang baru untuk bekerja dengan platform periklanan yang lebih beragam dan tidak terlalu terkonsentrasi pada satu entitas besar seperti Google. Kompetitor Google, seperti platform periklanan independen dan ad exchanges lainnya, mungkin akan mendapatkan dorongan untuk memperluas pangsa pasar mereka di Eropa.

Namun, penjualan ini juga bisa menjadi tantangan bagi para publisher yang selama ini sudah terbiasa menggunakan ekosistem Google. Mereka mungkin perlu beradaptasi dengan sistem baru atau beralih ke layanan yang berbeda, yang bisa memerlukan waktu dan biaya tambahan.

Penjualan ad exchange oleh Google di Eropa merupakan respons langsung terhadap tekanan regulasi yang semakin kuat dari Uni Eropa. Kekhawatiran terkait monopoli dan dominasi Google di pasar periklanan digital telah mendorong langkah ini sebagai upaya untuk menjaga reputasi dan menghindari denda yang lebih besar. Meskipun langkah ini dapat meredakan tekanan bagi Google, penjualan ad exchange mereka akan membawa perubahan signifikan dalam dinamika industri periklanan digital di Eropa, menciptakan peluang baru sekaligus tantangan bagi banyak pihak yang terlibat.

SRI DWI APRILIA | REUTERS

Pilihan Editor: India Ingin Kendalikan Google dan Raksasa Teknologi Digital

Berita terkait

Mahasiswa Asal Sumatera Selatan Lakukan Penipuan Lewat Peretasan Google Business Profile

1 hari lalu

Mahasiswa Asal Sumatera Selatan Lakukan Penipuan Lewat Peretasan Google Business Profile

Seorang mahasiswa asal Sumatera Selatan ditangkap atas kasus penipuan karena meretas Google Business Profile polsek hingga call center bank.

Baca Selengkapnya

18 Gempa Beruntun di Berau Kaltim, Performa Tensor G4, dan Banjir Rob Supermoon di Top 3 Tekno

5 hari lalu

18 Gempa Beruntun di Berau Kaltim, Performa Tensor G4, dan Banjir Rob Supermoon di Top 3 Tekno

Topik tentang gempa bermagnitudo 5,5 di Kabupaten Berau, Kalimantan Barat, menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Heboh Gempa Beruntun di Berau dan Tensor G4 Google dalam Top 3 Tekno

5 hari lalu

Heboh Gempa Beruntun di Berau dan Tensor G4 Google dalam Top 3 Tekno

Gempa berkekuatan M5,5 yang diikuti belasan lindu susulan di Berau, Kaltim, mengisi Top 3 Tekno pada Senin, 16 September 2024.

Baca Selengkapnya

Performa Tensor G4 Milik Google Lebih Rendah dari Chipset Keluaran 2021 dalam Hasil Benchmark

5 hari lalu

Performa Tensor G4 Milik Google Lebih Rendah dari Chipset Keluaran 2021 dalam Hasil Benchmark

Pengulas independen Golden Reviewer membandingkan Tensor G4 dengan sejumlah chipset flagship dalam pengujian 3DMark Wild Life Extreme.

Baca Selengkapnya

Jubir KPK: Kasus Korupsi Bank BJB Belum Naik ke Penyidikan

6 hari lalu

Jubir KPK: Kasus Korupsi Bank BJB Belum Naik ke Penyidikan

KPK sedang mengusut dugaan markup dana penempatan iklan oleh Bank BJB

Baca Selengkapnya

Bisa Diidentifikasi, Ini 5 Eror pada Gambar atau Foto Palsu Bangkitan AI

7 hari lalu

Bisa Diidentifikasi, Ini 5 Eror pada Gambar atau Foto Palsu Bangkitan AI

Sebuah studi oleh Google menemukan lonjakan pesat proporsi gambar-gambar bangkitan AI dalam klaim-klaim cek-fakta hoax sejak awal 2023 lalu.

Baca Selengkapnya

Membandingkan Spesifikasi iPhone 16, Galaxy S24, dan Pixel 9: dari Desain sampai Harga

7 hari lalu

Membandingkan Spesifikasi iPhone 16, Galaxy S24, dan Pixel 9: dari Desain sampai Harga

Dari desain sampai harga, tiga ponsel flagship iPhone 16, Galaxy S24, dan Pixel 9 memiliki perbedaan dan kesamaan masing-masing.

Baca Selengkapnya

AdXelerate: Inovasi Telkom yang Mudahkan Pengusaha Iklan Digital

8 hari lalu

AdXelerate: Inovasi Telkom yang Mudahkan Pengusaha Iklan Digital

Solusi bagi pengusaha melakukan promosi iklan digital lebih tepat sasaran dan efisien.

Baca Selengkapnya

Google Wallet Uji Perubahan Paspor Menjadi ID Digital

9 hari lalu

Google Wallet Uji Perubahan Paspor Menjadi ID Digital

Bulan lalu, California mulai menerima kartu identitas di Apple Wallet dan Google Wallet di beberapa bandara.

Baca Selengkapnya

Budi Arie Pamer Tutup 3 Juta Situs Judi Online Selama Menjadi Menteri Komunikasi

10 hari lalu

Budi Arie Pamer Tutup 3 Juta Situs Judi Online Selama Menjadi Menteri Komunikasi

Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan telah menutup 3 juta situs judi online selama menjadi menteri.

Baca Selengkapnya