Soal Rencana Investasi dari Qatar untuk Produksi 2 Juta Ton Susu Sapi di Indonesia, Asosiasi Peternak: Tidak Semudah Itu
Reporter
Hammam Izzuddin
Editor
Grace gandhi
Jumat, 13 September 2024 16:52 WIB
Kondisi itu, menurut Rochadi, bisa membuat biaya produksi semakin membengkak. Padahal selama ini Indonesia mengimpor susu skim salah satu alasannya karena harga yang relatif terjangkau.
“Selama ini kita impor susu skim yang kandungan protein rendah itu karena harganya murah. Sampai di Indonesia masih harus diintroduksi dengan bahan lain supaya proteinnya mencukupi,” terangnya.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Suganda sebelumnya mengonfirmasi rencana investasi Baladna, perusahaan agrikultur dari Qatar untuk pemenuhan kebutuhan susu nasional. Kerja sama ini jika terealisasi akan menggandeng BUMN yang bergerak di bidang pangan.
“Tindak lanjut kerja samanya dengan salah satu BUMN, yang kami dengar dengan PT Berdikari. Diharapkan dapat segera teralisasi investasinya dalam waktu yang tidak terlalu lama,” terang Agung saat dikonfirmasi Tempo, Kamis, 12 September 2024.
Agung menerangkan pemerintah telah memfasilitasi penyediahan lahan potensial yang dapat dimanfaatkan Baladna. Total ada 11 ribu hektare lokasi yang diklaim telah disediakan. Soal nilai kerja samanya, ia belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut.
Selain dengan Baladna, Direktur Jenderal PKH memaparkan bahwa sejumlah investor lain, baik dari dalam maupun luar negeri, telah menjajaki peluang investasi sapi perah dengan pemerintah. Untuk perusahaan lokal, ada 52 yang telah berkomitmen mengembangkan usaha sapi perah.
Menteri Pertanian,Andi Amran Sulaiman juga mengungkap telah memberi lampu hijau kepada Baladna yang melirik investasi industri sapi perah di Indonesia. Baladna, menurut Amran Sulaiman, mengklaim mampu produksi 2 juta ton susu sapi per tahun.
Pilihan Editor: Ini Bahaya Ekspor Pasir Laut yang Kembali Dihidupkan di Era Jokowi