PMI Manufaktur Anjlok ke Zona Kontraksi, Menperin: Karena Kebijakan Relaksasi Impor

Sabtu, 3 Agustus 2024 16:03 WIB

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, saat ditemui usai membuka Tech Summit di kantor PIDI 4.0, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis, 18 Juli 2024. TEMPO/Nandito Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengaku tak kaget dengan angka Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur yang dirilis S&P Global untuk periode Juli 2024, yaitu sebesar 49,3. Capaian ini turun dibandingkan Juni 2024 yang berada di angka 50,7.

PMI merupakan indeks ekonomi yang merefleksikan kondisi kesehatan sektor manufaktur dan jasa sebuah negara. Indeks ini terdiri dari lima indikator utama, yang meliputi unsur pesanan, tingkat persediaan, produksi, pengiriman, dan tenaga kerja. Posisi PMI pada Juli 2024 menunjukkan konstraksi pertama kalinya sejak Agustus 2021 atau setelah 34 bulan berturut-turut terus mengalami ekspansi.

Agus mengatakan PMI manufaktur turun sejak kebijakan relaksasi impor diberlakukan. Karena itu, dia mengatakan sinergi kebijakan pemerintah penting untuk mendukung kinerja industri manufaktur. “Kami tidak kaget dan logis saja melihat hasil survei ini, karena ini semua sudah terprediksi ketika kebijakan relaksasi impor dikeluarkan,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 Agustus 2024.

Posisi sektor manufaktur, menurut dia, sudah sangat sulit karena kondisi global termasuk logistik sangat tidak menguntungkan bagi sektor ini. Karena itu, dia mengimbau para menteri jangan mengeluarkan kebijakan yang justru semakin membunuh industri.

Hasil survei PMI, lanjut dia, bisa membuka mata para menteri dan pemangku kepentingan akan perlunya keselarasan langkah dan pandangan dalam membangun industri dalam negeri. Kemenperin belakangan saling tuding dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan soal lesunya industri dalam negeri.

Advertising
Advertising

Upaya menjaga kinerja sektor manufaktur, ia mengatakan, tidak hanya untuk mempertahankan nilai tambah tetap dihasilkan di dalam negeri, tapi juga memastikan ketersediaan lapangan kerja. “Kemenperin tidak bisa sendiri dalam hal ini,” kata dia.

Kontraksi PMI manufaktur Indonesia pada Juli 2024 dipengaruhi oleh penurunan bersamaan pada luaran dan pesanan baru. Permintaan pasar yang menurun merupakan faktor utama penyebab penjualan turun. Dalam hasil survei disebutkan, produsen merespons kondisi ini dengan sedikit mengurangi aktivitas pembelian mereka pada Juli, menandai penurunan pertama sejak Agustus 2021.

Dalam siaran persnya, Kemenperin menyebut penurunan PMI manufaktur telah berlangsung sejak Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 8 Tahun 2024 tentang tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor pada Mei 2024. Berturut-turut PMI manufaktur pada Mei-Juli 2024 terus menurun bila dibandingkan dengan PMI manufaktur April 2024 (sebelum pemberlakuan relaksasi impor).

Pada April 2024, PMI manufaktur mencapai 52,9, kemudian turun menjadi 52,1 pada Mei 2024, lalu menjadi 50,7 pada Juni 2024, dan 49,3 di Juli 2024.

Pilihan Editor: PMI Manufaktur Anjlok ke Zona Kontraksi, Sri Mulyani Akan Lakukan Investigasi

Berita terkait

Sumber Kekayaan Anindya Bakrie yang Dongkel Ketum Kadin Arsjad Rasjid

1 hari lalu

Sumber Kekayaan Anindya Bakrie yang Dongkel Ketum Kadin Arsjad Rasjid

Daftar anak usaha Bakrie Group yang dipimpin Ketua Umum Kadin Indonesia baru, Anindya Bakrie.

Baca Selengkapnya

BPOM Setujui Impor Vaksin Mpox, Sudah Tersedia 2 Ribu Dosis Lebih

5 hari lalu

BPOM Setujui Impor Vaksin Mpox, Sudah Tersedia 2 Ribu Dosis Lebih

Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan pemerintah tak hanya mengimpor vaksin itu.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Demurrage, Dirut Bulog: Saya Orang Lama di Pelabuhan

6 hari lalu

Antisipasi Demurrage, Dirut Bulog: Saya Orang Lama di Pelabuhan

Direktur Utama Perum Bulog Wahyu Suparyono menyiapkan langkah-langkah mengantisipasi demurrage terulang. Apa saja?

Baca Selengkapnya

IHSG Menguat di Angka 7.798 pada Penutupan Bursa Hari Ini, Besok Berpotensi Naik

6 hari lalu

IHSG Menguat di Angka 7.798 pada Penutupan Bursa Hari Ini, Besok Berpotensi Naik

IHSG mengalami penguatan signifikan hari ini. Pada penutupan bursa berada di angka 7.798,15 dan diprediksi akan kembali menguat besok.

Baca Selengkapnya

Teten Pastikan Aplikasi Temu asal Cina Belum Daftar Izin: Baru Urus HAKI

8 hari lalu

Teten Pastikan Aplikasi Temu asal Cina Belum Daftar Izin: Baru Urus HAKI

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki angkat bicara soal status aplikasi e-commerce asal Cina, Temu.

Baca Selengkapnya

Kebanjiran Barang Impor Cina, Utilisasi Keramik Nasional Turun 7 Persen

10 hari lalu

Kebanjiran Barang Impor Cina, Utilisasi Keramik Nasional Turun 7 Persen

Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia mengeluhkan turunnya utilisasi keramik nasional karena terdesak bajir barang impor dari Cina.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Terpukul, Apindo: Indonesia Kehilangan Pasar Ekspor di Eropa

11 hari lalu

Sektor Manufaktur Terpukul, Apindo: Indonesia Kehilangan Pasar Ekspor di Eropa

Apindo menilai salah satu penyebab menurunnya industri manufaktur Indonesia adalah hilangnya pasar ekspor di Eropa.

Baca Selengkapnya

Hippindo Nilai Pemindahan Jalur Masuk Belum Tentu Selesaikan Masalah Impor

12 hari lalu

Hippindo Nilai Pemindahan Jalur Masuk Belum Tentu Selesaikan Masalah Impor

Hippindo sebut rencana pemindahan jalur masuk belum tentu selesaikan masalah. Justru berpotensi hambat impor legal.

Baca Selengkapnya

Kritik Rencana Pemindahan Jalur Masuk Impor, Hippindo Sarankan Perbanyak Produksi Dalam Negeri

13 hari lalu

Kritik Rencana Pemindahan Jalur Masuk Impor, Hippindo Sarankan Perbanyak Produksi Dalam Negeri

Hippindo kritik rencana pemerintah memindahkan jalur masuk impor tujuh komoditas ke Indonesia timur. Apa alternatifnya?

Baca Selengkapnya

Hippindo Sebut Pemindahan Jalur Masuk Impor Bakal Picu Kenaikan Harga Barang

13 hari lalu

Hippindo Sebut Pemindahan Jalur Masuk Impor Bakal Picu Kenaikan Harga Barang

Hippindo menilai rencana pemerintah memindahkan jalur masuk impor tujuh kompditas ke Indonesia timur akan memicu kenaikan harga barang. Mengapa?

Baca Selengkapnya