Edisi Khusus 10 Tahun Jokowi: Bengkak Biaya Proyek Kereta Cepat Whoosh hingga Wika Teriak Rugi
Reporter
Adil Al Hasan
Editor
Martha Warta Silaban
Selasa, 30 Juli 2024 15:15 WIB
Presiden Jokowi memanggil Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, dan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI), Didiek Hartantyo, ke Istana Kepresidenan Jakarta pada Rabu, 24 Juli 2024. Jokowi memanggil mereka di tengah tudingan PT Wijaya Karya atau WIKA bahwa proyek Whoosh menjadi musabab perseroannya rugi.
Dwiyana mengklaim dalam pertemuan itu Jokowi mendukung dan mengapresiasi tren positif layanan Whoosh yang telah beroperasi selama sembilan bulan. “Presiden juga menyampaikan dukungannya terkait layanan Whoosh seperti percepatan pembuatan regulasi terkait Kereta Cepat, GSM-R (Global System for Mobile Communications-Railway) serta pembuatan aksesibilitas yang lebih baik untuk Stasiun Padalarang, Tegalluar, dan Karawang,” ujar Dwiyana dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 24 Juli 2024.
Sebelumnya, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, menuding proyek kereta cepat menjadi salah satu penyebab perseroan merugi pada 2023. Tingginya beban bunga PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PBSI) menyebabkan keuangan WIKA terguncang.
PBSI ialah anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang memiliki mayoritas saham PT KCIC sebesar 60 persen. Namun Wijaya Karya menguasai 38 persen saham PSBI. WIKA disebut mencatatkan kerugian Rp7,12 triliun pada 2023. Angka itu membengkak 11,86 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp59,59 miliar.
Agung mengatakan perseroan rugi akibat membayar penyertaan untuk proyek kereta cepat, sehingga harus menerbitkan obligasi yang menambah beban keuangan. Ia mengatakan dari penyertaan yang sudah digelontorkan sebesar Rp6,1 triliun. “Kemudian yang masih dispute (belum dibayar) sekitar Rp5 triliun, sehingga hampir Rp12 triliun," kata dia saat rapat dengan Komisi VI DPR, Senin 8 Juli 2024.
Menanggapi fenomena ini, Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Herry Gunawan, mengatakan kerugian yang diderita WIKA pada tahun lalu sangat dramatis. Beban keuangan WIKA pada 2023 sebesar Rp 3.206 miliar, meningkat dari 2022 sebesar Rp 1.372 dan pada 2021 sebesar Rp 1.157 miliar.
Gayung bersambut, dia mengamini pernyataan Dwiyana. Menurut Herry, proyek Whoosh berdampak sangat serius pada beban keuangan Wijaya Karya yang pada 2023 naik 134 persen. Beban keuangan ini ongkos yang timbul dari pinjaman. Jadi biaya ini merupakan di luar kegiatan operasional dan produksi perusahaan. “Memang sangat dramatis,” kata dia.
Pendapat Direktur Eksekutif Sinergi BUMN Institute Achmad Yunus setali tiga uang. Dia menyebut kerugian itu bisa saja menimpa BUMN Karya lain yang terlibat dalam proyek ini. Meski demikian, menurut Yusuf kerugian ini pada ujungnya akan ditambal dengan fulus negara melalui Penyertaan Modal Negara. Langkah semacam itu dinilai lekat dengan pemerintahan Presiden Jokowi.
“Karakteristik dari Jokowinomics sepertinya begitu. Mengalihkan tanggung jawab negara untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur pada BUMN, akhirnya BUMN babak belur,” kata dia.
Corporate Secretary PT KCIC, Eva Chairunisa, buka suara usai perseroannya ditunjuk hidung. Dia mengatakan seluruh proses pembangunan kereta cepat sudah dihitung dan dikoordinasikan dengan petinggi institusi yang terlibat.
Tak hanya itu, Eva mengklaim pembangunan kereta cepat ditujukan untuk kemajuan transportasi di Indonesia dan dapat meningkatkan konektivitas dan perekonomian antara Jakarta dan Bandung melalui transportasi massal ramah lingkungan yang modern. Terkait klaim penyertaan modal triliunan dari WIKA, Eva mengatakan semua sudah sesuai alurnya.
“Dapat kami sampaikan bahwa dalam prosesnya semua yang berkaitan dengan penagihan di KCIC, harus melalui prosedur administrasi agar semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik,” kata Eva dalam keterangan tertulisnya pada Selasa, 16 Juli 2024.