Bisnis Tambang Hanya Menguntungkan Oligarki, YLBHI Surabaya Gelar Nobar Film Dokumenter Kutukan Nikel

Selasa, 30 Juli 2024 11:50 WIB

YLBHI Surabaya mengadakan nonton bareng film dokumenter Kutukan Nikel pada Senin, 29 Juli 2024. Foto: Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Potensi energi fosil di Indonesia –yang sering digembar-gemborkan pemerintah dalam wacana hilirisasi untuk meningkatkan perekonomian, sejauh ini menuai banyak pro dan kontra. Apalagi semakin meningkatnya konflik antara oligarki dan masyarakat yang terdampak industri pertambangan nikel semakin memunculkan berbagai penolakan.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBHI) Surabaya menggelar nonton bareng (Nobar) sekaligus diskusi film dokumenter Kutukan Nikel pada Senin, 29 Juli 2024, tepatnya di kantor LBH Surabaya. Acara tersebut dipandu dua perwakilan dari LBH, Ika Putri Rahayu dan Taufiqurochim sebagai moderator serta pemantik.

Dalam pembukaannya, Ika mengungkapkan bahwa salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi dengan mengurangi kendaraan berbahan bakar fosil dan beralih ke kendaraan yang berbahan bakar listrik.

"Caranya dengan menggenjot produksi mobil listrik. Kita tahu pemerintah akan memberikan insentif untuk membeli mobil listrik, pajak nya direndahkan, dan kemudian harganya juga tidak ada penambahan-penambahan yang signifikan seperti kita beli mobil-mobil yang masih pakai bahan bakar fosil.” kata Ika.

Ika menjelaskan jika transisi energi dengan beralih menggunakan kendaraan listrik bukanlah solusi. Tren saat ini, para pengusaha yang dulunya memulai bisnis tambang batu bara mulai beralih untuk membuka bisnis baru di tambang nikel. Para pengusaha ini memulai ekspansinya ke wilayah yang menjadi sumber nikel, seperti yang banyak ditemui di Indonesia bagian Timur.

Advertising
Advertising

Padahal para pengusaha batu bara ini sebelumnya telah menyebabkan banyak kerusakan lingkungan dan konflik dengan masyarakat adat ketika mereka menginvasi wilayah Kalimantan yang sebagian besar menjadi produsen batu bara terbesar. Akibatnya, banyak hutan yang akhirnya mengalami deforestasi dan berdampak kepada krisis iklim.

Berbagai kerusakan yang ditimbulkan dari aktivitas tambang membuat semakin mempertanyakan siapa sebenarnya yang diuntungkan di sini.

“Apakah itu sebenarnya lebih untuk kepentingan bisnis atau menjadi bagian dari komitmen pemerintah untuk mencapai target mereka menggunakan energi yang lebih bersih dalam artian transisi energi?” kata alumnus Fakultas Hukum Universitas Airlangga (Unair) ini.

Tufiq sebagai pemantik dalam diskusi ini menjelaskan untuk siapa sebenarnya program hilirisasi nikel ini dilakukan.

“Sebenarnya kita berada dalam posisi dilematis, bagi yang pro akan mengatakan soal pembangunan, keberlanjutan dan seterusnya. Seolah-olah ada yang dikontradiksikan antara pembangunan dan menjaga keberlangsungan alam,” ujar pengacara LBH Surabaya.

Bagi pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan kepentingan akan mengatakan jika hilirisasi nikel ini akan memiliki manfaat seperti meningkatkan perekonomian, membuka lapangan pekerjaan, untuk membantu transisi energi dan sebagainya. Namun, itu semua tidak sebanding dengan dampak yang ditimbulkan apalagi bagi masyarakat di sekitar area tambang.

Nyatanya memang hilirisasi ini hanya menguntungkan para pemodal dan pemilik perusahaan. Masyarakat yang akhirnya harus tergusur dan hutan yang mereka jaga selama ini hilang oleh aktivitas tambang.

“Nikel itu ya hanya untuk pebisnis saja, kalau simpelnya begitu. Faktanya tadi (dalam film) sudah terungkap kok banyak masyarakat yang menolak dan banyak masyarakat yang tergusur karena perusahaan tambang itu,” katanya.

“Ketika alam itu rusak 20 tahun lagi, tidak akan pernah ada yang namanya ekonomi atau lebih dari yang kita cita-citakan sekarang ini. Bahwa rezim hari ini atau negara hari ini bergantung pada ekonomi berbasis ekstrak yang sumbernya ada di alam-alam, tetapi kalau umpama alam itu dihabisi 20 tahun kemudian aku yakin Indonesia tidak akan bisa (lagi) bergantung pada pertumbuhan ekonomi melalui alam itu,” ujarnya.

Sejalan dengan polemik pada paparan diskusi ini, Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengakui jika masyarakat di sekitar area tambang belum mendapatkan manfaat dari hilirisasi. Bahlil menyebut jika hal itu merupakan hasil dari penelitian yang sedang dia kerjakan.

“Memang penelitian saya, hilirisasi itu yang mendapat manfaat paling besar sekarang ini adalah investor dan pemerintah pusat,” kata Bahlil saat memberi kuliah di Universitas Paramadina, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 27 Juli 2024.

Meskipun begitu, Bahlil menyangkal jika hal tersebut bukan salah pemerintah. Menurutnya, kekurangan hilirisasi tak akan terungkap bila pemerintah tak pernah memulai. "Empat tahun begitu jalan, kita lihat ada hal yang harus kita perbaiki,” kata dia.

SAVINA RIZKY HAMIDA | HAN REVANDA PUTRA

Pilihan Editor: Bahlil Akui Masyarakat Lokal Belum Dapat Manfaat Hilirisasi Paling Banyak Investor dan Pemerintah Pusat

Berita terkait

Pemerintah Maju Mundur Terapkan Pengetatan BBM Bersubsidi, Ini Penjelasan Bahlil

2 jam lalu

Pemerintah Maju Mundur Terapkan Pengetatan BBM Bersubsidi, Ini Penjelasan Bahlil

Pemerintah tampak maju mundur dalam menerapkan pengetatan BBM bersubsidi ini, belum bisa diberlakukan mulai 1 Oktober karena tidak siap.

Baca Selengkapnya

Jokowi Minta Bahlil Segera Kuasai 61 Persen Saham Freeport

13 jam lalu

Jokowi Minta Bahlil Segera Kuasai 61 Persen Saham Freeport

Jokowi perintahkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia segera merampungkan negosiasi penambahan 10 persen saham PT Freeport

Baca Selengkapnya

Jokowi Yakin Pemerintah Prabowo Teruskan Hilirisasi Mineral

13 jam lalu

Jokowi Yakin Pemerintah Prabowo Teruskan Hilirisasi Mineral

Presiden Jokowi yakin Presiden terpilih Prabowo Subianto akan meneruskan kebijakan penghiliran mineral yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini.

Baca Selengkapnya

Bahlil Sebut Fahri Hamzah akan Masuk Golkar: Tadi Sudah Negosiasi

18 jam lalu

Bahlil Sebut Fahri Hamzah akan Masuk Golkar: Tadi Sudah Negosiasi

Ketum Golkar Bahlil Lahadalia mengungkapkan politikus Fahri Hamzah akan masuk Partai Beringin.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Smelter Tembaga di Sumbawa Barat: Manfaatnya untuk Rakyat NTB

21 jam lalu

Jokowi Resmikan Smelter Tembaga di Sumbawa Barat: Manfaatnya untuk Rakyat NTB

Presiden Jokowi mengharapkan pembukaan smelter ini menimbulkan multiplier effect sebanyak-banyaknya baik bagi masyarakat.

Baca Selengkapnya

Jokowi ke NTB, Bakal Resmikan Smelter Tembaga dan Pemurnian Logam Mulia

23 jam lalu

Jokowi ke NTB, Bakal Resmikan Smelter Tembaga dan Pemurnian Logam Mulia

Presiden Jokowi akan meninjau smelter tembaga dan pemurnian logam mulia PT Amman Mineral Internasional Tbk.

Baca Selengkapnya

Bahlil Tunjuk Tri Winarno Jadi Dirjen Minerba yang Baru, Siapa Dia dan Apa yang Ditugaskan Menteri ESDM?

1 hari lalu

Bahlil Tunjuk Tri Winarno Jadi Dirjen Minerba yang Baru, Siapa Dia dan Apa yang Ditugaskan Menteri ESDM?

Bahlil Lahadalia melantik Dirjen Minerba yang baru Tri Winarno. Apa yang ditugaskan Menteri ESDM kepadanya?

Baca Selengkapnya

Bahlil: Belum Ada Pembahasan Jokowi Masuk Golkar hingga Soal Pengetatan BBM Bersubsidi

1 hari lalu

Bahlil: Belum Ada Pembahasan Jokowi Masuk Golkar hingga Soal Pengetatan BBM Bersubsidi

Bahlil belum menerima permintaan dari Jokowi untuk masuk partai

Baca Selengkapnya

5 Festival Film Terbesar yang Populer di Dunia

2 hari lalu

5 Festival Film Terbesar yang Populer di Dunia

Festival film ini memberikan kesempatan bagi sineas dari berbagai belahan dunia untuk memperkenalkan karya-karya mereka.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Rencanakan Tambah Saham Kepemilikan di Freeport Indonesia sampai 61 Persen, Kilas Balik Akuisisi Freeport

2 hari lalu

Pemerintah Rencanakan Tambah Saham Kepemilikan di Freeport Indonesia sampai 61 Persen, Kilas Balik Akuisisi Freeport

Jokowi berujar tentang rencana pemerintah menambah kepemilikan di PT Freeport Indonesia hingga 61 persen, begini kilas balik akuisisi Freeport

Baca Selengkapnya