Edisi Khusus 10 Tahun Pemerintahan Jokowi: Rapor Merah Rupiah, Kurs Meriang dan Industri Kelimpungan

Reporter

Annisa Febiola

Editor

Grace gandhi

Senin, 29 Juli 2024 10:00 WIB

Pekerja menjalankan mesin tenun listrik di pabrik kain Desa Padamulya, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Jumat 4 Januari 2019. Pemerintah menargetkan ekspor produk TPT tahun 2019 mencapai USD 15 miliar atau naik 11 persen dibanding tahun lalu. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - MENJELANG Joko Widodo lengser pada periode kedua kekuasaannya, 20 Oktober nanti, kami memutuskan untuk memeriksa janji-janjinya, melihat apa yang telah dia perbuat, dan menyajikannya dalam sebuah edisi khusus. Edisi khusus 10 Tahun Jokowi ini terbit untuk memperingati penetapan Komisi Pemilihan Umum atas kemenangan Jokowi dalam pemilihan presiden 2014 pada 22 Juli. Mulai hari ini dan besok, Tempo.co akan menurunkan Edisi Khusus 10 Tahun Pemerintahan Jokowi.

Dalam salah satu janji kampanye Joko Widodo atau Jokowi pada 2014 menyangkut rupiah. Kala itu Jokowi menjanjikan jika terpilih menjadi presiden, nilai tukar rupiah bakal menguat hingga di bawah Rp 10 ribu per dolar Amerikar Serikat (dolar AS).

10 tahun berselang dari janji itu, menjelang berakhirnya pemerintahan Jokowi, rupiah terus meriang. Pada akhir perdagangan Jumat, rupiah tergelincir 51 poin atau 0,31 persen menjadi Rp 16.301 per dolar AS dari sehari sebelumnya sebesar Rp 16.250 per dolar AS.

Tentu saja, banyak faktor yang mempengaruhi turun naiknya rupiah, baik eksternal maupun internal. Tapi ini termasuk salah satu janji saat masa kampanye, yang pada akhirnya tak sanggup dipenuhi Jokowi.

Dari internal di dalam negeri, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut, pasar terus memantau perkembangan utang luar negeri (ULN) Indonesia ke China yang terpantau membengkak dalam 10 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi.

Advertising
Advertising

“Posisi terakhir pada Mei 2024 senilai US$ 22,86 miliar atau setara Rp 372,3 triliun (kurs Jumat, 26 Juli 2024 Rp 16.288 per dolar AS),” kata Ibrahim dalam analisisnya Jumat akhir pekan lalu.

Masih menurut Ibrahim dalam analisisnya, berdasarkan data statististik utang luar negeri milik Bank Indonesia (BI), secara umum posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Mei 2024 ini berada di angka US$ 407,3 miliar atau setara Rp 6.634,1 triliun. Posisi tersebut naik 1,8 persen (year on year atau yoy) dari Mei 2023 yang mencapai Rp 400,24 miliar.

Dampak rupiah meriang, satu per satu industri dalam negeri mulai tumbang dipukul pelemahan rupiah. Nilai tukar rupiah yang keok di hadapan dolar AS menghantam salah satunya industri tekstil dan garmen, karena sektor ini sangat bergantung pada bahan baku impor.

Ada industri yang memilih tetap bertahan dengan keuntungan tipis, karena mau tak mau harus menjual produk di bawah harga pokok penjualan (HPP). Ditambah lagi, kalah bersaing dengan produk jadi hasil impor.

“Tidak ada untung. Kalau yang speciality market, masih untung. Tapi kalau yang produk-produk basic, sudah gak ada untung. Malah sudah jual di bawah HPP, makanya pada tutup,” kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, pada Jumat, 26 Juli 2024.

Akibat menjual produk di bawah HPP, akhirnya modal kerja perusahaan habis tergerus. Sejak awal 2024 saja, Redma mencatat, sudah 21 industri tekstil gulung tikar. “Bahkan beberapa perusahaan masih bersengketa dengan karyawan, karena gak bisa bayar pesangon. Cash flow sudah gak ada.”

Di bawah asosiasinya sendiri, tergabung 23 perusahaan. Hingga kini, sudah ada dua perusahaan yang tutup. Satu di antaranya tutup tahun lalu dan satu lagi menyusul tahun ini. Sementara itu, 10 perusahaan sudah mencicil pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.

“Yang jalannya (operasional) 50 persen itu ada lima (perusahaan). Yang lain jalannya masih ada 60-70 persen,” kata Redma.

Sebenarnya, menurut perhitungan Redma, nilai tukar yang aman untuk industri adalah Rp 14.000-14.500. “Sebetulnya kalau di Rp 14.000 sampai Rp 14.500 stabil di situ, sudah cukup bagus buat kami,” katanya.

Ketua Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman berharap pemerintah bisa mengendalikan rupiah agar tidak melebihi Rp 16.500 per dolar AS. "Jika melebihi angka itu, dampaknya akan sangat besar terhadap produksi produk pangan dalam negeri," ujar Adhi saat ditemui di Artotel Senayan, Jakarta, Senin, 22 Juli 2024.

Dia mengungkapkan pelemahan rupiah menaikkan ongkos produksi hingga 3 persen. Pasalnya, kata Adhi, sebagian besar bahan baku dan ingredients produk pangan di Indonesia masih diimpor.

Menurut Adhi, pelemahan rupiah sangat berdampak kepada produsen produk makanan yang masih berskala kecil dan menengah. Dia mengatakan, produsen dari UMKM tidak bisa menyetok bahan baku dalam jumlah besar, sehingga harus mengeluarkan biaya mengikuti kenaikan harga pangan yang diimpor.

ANNISA FEBIOLA | IKHSAN RELIUBUN | NANDITO PUTRA

Pilihan Editor: Hasil Pengujian Roti Aoka dan Okko Berbeda, Profesor ITB Ungkap Faktor Penyebabnya

Berita terkait

Sudah Teken Keppres Pemberhentian Pramono Anung, Jokowi: Penggantinya Masih dalam Proses

6 jam lalu

Sudah Teken Keppres Pemberhentian Pramono Anung, Jokowi: Penggantinya Masih dalam Proses

Presiden Jokowi membenarkan telah mengeluarkan keppres pemberhentian Pramono Anung sebagai Seskab. Ia menyebut penggantinya masih dalam proses.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Akan Tutup PON Aceh-Sumut di Stadion Utama Sport Center Sumut Jumat 20 September

6 jam lalu

Presiden Jokowi Akan Tutup PON Aceh-Sumut di Stadion Utama Sport Center Sumut Jumat 20 September

Panitia PON Aceh-Sumut memastikan upacara penutupan digelar di Stadion Utama Sport Center Sumut pada Jumat malam, 20 September 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kritik izin Membangun PLTP Butuh 6 Tahun, ESDM SInggung Konflik dengan Masyarakat

6 jam lalu

Jokowi Kritik izin Membangun PLTP Butuh 6 Tahun, ESDM SInggung Konflik dengan Masyarakat

ESDM menyebutkan bahwa mandeknya perizinan PLTP biasa terjadi di tahap eksplorasi dimana sering timbul penolakan dari masyarakat.

Baca Selengkapnya

Hadiri Kongres ISEI di Solo, Jokowi Ungkap Tantangan Hadapi Gejolak Ekonomi Global

6 jam lalu

Hadiri Kongres ISEI di Solo, Jokowi Ungkap Tantangan Hadapi Gejolak Ekonomi Global

Presiden Jokowi menegaskan agar dalam menghadapi gejolak dan ketidakpastian ekonomi global ini Indonesia harus bisa fokus dalam kerja.

Baca Selengkapnya

Kubu Anindya Bakrie Nilai Arsjad Rasjid Kurang Perhatikan Kadin Daerah selama Menjabat Ketua Umum

6 jam lalu

Kubu Anindya Bakrie Nilai Arsjad Rasjid Kurang Perhatikan Kadin Daerah selama Menjabat Ketua Umum

Arsjad Rasjid dinilai kurang memperhatikan nasib Kadin Daerah selama menjabat sebagai Ketua Umum periode 2021-2026.

Baca Selengkapnya

Wiranto Akui Kebutuhan Susu dalam Program Makan Bergizi Gratis Masih Tergantung pada Impor

6 jam lalu

Wiranto Akui Kebutuhan Susu dalam Program Makan Bergizi Gratis Masih Tergantung pada Impor

Ketua Wantimpres Wiranto mengakui pemenuhan kebutuhan susu dalam program makan bergizi gratis nantinya masih tergantung pada impor.

Baca Selengkapnya

Sultan Pernah Menolak Jalan Tol Solo-Yogyakarta yang Diresmikan Presiden Jokowi, Ini Alasannya

7 jam lalu

Sultan Pernah Menolak Jalan Tol Solo-Yogyakarta yang Diresmikan Presiden Jokowi, Ini Alasannya

Presiden Jokowi meresmikan Seksi I jalan tol Solo - Yogyakarta-Bandara YIA Kulon Progo di Gerbang Tol Banyudono.. Menyingkat waktu perjalanan ke Yogya

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Tol Solo-Yogyakarta Segmen Kartasura-Klaten: Dibangun Sejak 2021, Biayanya Rp 5,6 Triliun

7 jam lalu

Jokowi Resmikan Tol Solo-Yogyakarta Segmen Kartasura-Klaten: Dibangun Sejak 2021, Biayanya Rp 5,6 Triliun

Presiden Jokowi meresmikan Jalan Tol Solo-Yogyakarta-YIA Kulonprogo Seksi I Segmen Kartasura-Klaten, hari ini, Kamis, 19 September 2024.

Baca Selengkapnya

Kebocoran 6 Juta Data NPWP, Jokowi Perintahkan Mitigasi Secepatnya

7 jam lalu

Kebocoran 6 Juta Data NPWP, Jokowi Perintahkan Mitigasi Secepatnya

Jokowi memerintahkan Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi agar segera melakukan mitigasi terkait kebocoran 6 juta data NPWP.

Baca Selengkapnya

Soroti Masalah Ketenagakerjaan, Jokowi: Terlalu Sedikit Pekerjaan untuk Terlalu Banyak Orang

7 jam lalu

Soroti Masalah Ketenagakerjaan, Jokowi: Terlalu Sedikit Pekerjaan untuk Terlalu Banyak Orang

Jokowi mengatakan bahwa ke depan, peluang kerja akan lebih sedikit dibanding jumlah tenaga kerja yang membutuhkan.

Baca Selengkapnya