Menengok Krisis Moneter Asia 1997: Asal, Usul, Penyebab dan Dampaknya

Selasa, 2 Juli 2024 15:45 WIB

Seorang demonstran anti-pemerintah memegang uang kertas baht mata uang Thailand yang disumbangkan untuk memprotes pemerintah, di pusat Bangkok, Thailand (27/3). REUTERS/Damir Sagolj

TEMPO.CO, Jakarta - Krisis Keuangan Asia pada 1997, atau 27 tahun lalu merupakan salah satu peristiwa ekonomi paling mencolok dalam sejarah Asia modern. Krisis moneter ini tidak hanya mengguncang fondasi ekonomi negara-negara di Asia Tenggara, tetapi juga mempengaruhi pasar global secara luas.

Seperti yang dikutip dari laman resmi ASEAN, krisis Keuangan Asia bermula dari Thailand, di mana pada pertengahan 1997, tepatnya awal Juli 1997, ekonomi negara ini mengalami tekanan serius terhadap nilai tukar mata uangnya, baht. Pemerintah Thailand pada saat itu, yang terbebani oleh utang luar negeri yang besar dan tingginya ketergantungan pada modal asing, menghadapi serangan spekulatif dari para investor global yang mempertanyakan keberlanjutan nilai tukar baht yang tetap.

Pada 2 Juli 1997 atau hari ini 27 tahun silam, pemerintah Thailand mengumumkan keputusan yang dramatis untuk mengambangkan Baht. Bangkok mengakhiri kebijakan nilai tukar tetap yang telah dipertahankan dalam beberapa dekade.

Langkah ini seharusnya merangsang ekspor Thailand dengan membuat produk-produknya lebih murah bagi pasar internasional, namun reaksi pasar justru berlawanan. Investor asing mulai menarik modal mereka secara massal, yang memicu penurunan nilai tukar baht secara drastis dan merembet ke seluruh sektor ekonomi.

Dampak dari keputusan Thailand ini dengan cepat menyebar ke negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan. Faktor-faktor seperti ketergantungan yang tinggi pada modal asing, defisit perdagangan yang besar, serta ketidakstabilan politik internal masing-masing negara, semakin memperburuk situasi ekonomi.

Negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Indonesia, mengalami gejolak serupa dalam waktu singkat. Bank sentral Indonesia terpaksa menghadapi tekanan besar untuk mempertahankan nilai tukar rupiah, yang pada akhirnya jatuh secara signifikan terhadap dolar AS. Krisis ini juga mengungkapkan kerentanan sektor perbankan Indonesia yang dipenuhi dengan kredit macet dan terlalu tergantung pada modal asing.

Advertising
Advertising

Dampak Krisis Keuangan Asia tidak hanya terbatas pada Asia Tenggara, tetapi juga mempengaruhi pasar global dengan cara yang signifikan. Beberapa dampak utamanya antara lain:

1. Resesi Ekonomi: Negara-negara yang terdampak mengalami resesi ekonomi yang dalam. Penurunan ekspor, investasi asing yang keluar, serta kontraksi ekonomi menjadi gejala umum di seluruh kawasan.

2. Krisis Perbankan: Sektor perbankan di banyak negara Asia mengalami tekanan besar akibat dari dana nasabah yang ditarik secara massal dan lonjakan kredit macet. Di Indonesia, misalnya, bank-bank terpaksa menghadapi masalah serius yang mempengaruhi likuiditas mereka.

3. Krisis Mata Uang dan Keuangan: Penurunan nilai tukar mata uang yang drastis, seperti rupiah Indonesia, serta lonjakan suku bunga dan penurunan harga saham, semakin memperburuk kondisi ekonomi masing-masing negara.

4. Reformasi Struktural: Untuk mengatasi krisis ini, banyak negara Asia Tenggara terpaksa melakukan reformasi ekonomi yang mendalam. Hal ini mencakup penyesuaian nilai tukar, restrukturisasi sektor keuangan, serta peningkatan transparansi dalam kebijakan ekonomi dan regulasi pasar.

5. Dampak Sosial: Krisis ini juga memiliki dampak sosial yang signifikan, termasuk peningkatan angka pengangguran, kemiskinan, dan ketidakstabilan sosial di beberapa negara. Ketidakpastian ekonomi meresahkan masyarakat, terutama mereka yang bergantung pada sektor informal dan ekonomi bawah.

Negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Indonesia, mengalami gejolak serupa dalam waktu singkat. Bank sentral Indonesia terpaksa menghadapi tekanan besar untuk mempertahankan nilai tukar rupiah, yang pada akhirnya jatuh secara signifikan terhadap dolar AS. Krisis moneter ini juga mengungkapkan kerentanan sektor perbankan Indonesia yang dipenuhi dengan kredit macet dan terlalu tergantung pada modal asing.

Krisis moneter ini paling parah dialami oleh Korea Selatan, Indonesia, dan Thailand, diikuti oleh Hong Kong, Laos, Malaysia, dan Filipina. Rasio utang luar negeri terhadap PDB di beberapa negara tersebut melonjak dari 100 persen menjadi 167 persen, bahkan melampaui 180 persen pada puncak krisis.

ASEAN.ORG | INVESTOPEDIA
Pilihan editor: Rupiah Melemah Nyaris Rp 16.500 per 1 US Dollar Disebut Terendah Sejak Krisis Moneter 1998, Ini Kilas Baliknya

Berita terkait

MK Thailand Tetapkan 17 Juli untuk Sidang Kasus Pembubaran Partai Move Forward

3 hari lalu

MK Thailand Tetapkan 17 Juli untuk Sidang Kasus Pembubaran Partai Move Forward

Mahkamah Konstitusi Thailand akan segera mengumumkan putusan dalam kasus pembubaran Partai Move Forward (MFP).

Baca Selengkapnya

Liburan ke Thailand saat Musim Hujan Ini yang Harus Disiapkan

7 hari lalu

Liburan ke Thailand saat Musim Hujan Ini yang Harus Disiapkan

Musim hujan di Thailand biasanya antara Juli hingga Oktober

Baca Selengkapnya

Thailand Gencarkan Promosi Yaowarat Usai Ditampilkan dalam MV Lisa BLACKPINK

7 hari lalu

Thailand Gencarkan Promosi Yaowarat Usai Ditampilkan dalam MV Lisa BLACKPINK

Setelah Yaowarat ditampilkan dalam video musik Lisa BLACKPINK, pemerintah Thailand ingin mempromosikan kawasan itu untuk menggaet wisatawan

Baca Selengkapnya

Menjelajah Jalanan Yaowarat Lokasi Styuting MV Rockstar Lisa BLACKPINK

7 hari lalu

Menjelajah Jalanan Yaowarat Lokasi Styuting MV Rockstar Lisa BLACKPINK

Seperti debut solonya, Lisa BLACKPINK menonjolkan budaya Thailand dalam video musik ROCKSTAS

Baca Selengkapnya

Pernah Pasok Seragam NATO hingga Koleksi Rekor MURI, Berikut Fakta Sritex yang Disebut Terancam Bangkrut

8 hari lalu

Pernah Pasok Seragam NATO hingga Koleksi Rekor MURI, Berikut Fakta Sritex yang Disebut Terancam Bangkrut

Fakta-fakta perusahaan tekstil Sritex, bermula dari bisnis tekstil eceran hingga berhasil pasok seragam NATO dan pecahkan beberapa rekor MURI.

Baca Selengkapnya

Partai Move Forward: Masih Ada Sisa-Sisa Rezim Militer di Thailand

9 hari lalu

Partai Move Forward: Masih Ada Sisa-Sisa Rezim Militer di Thailand

Juru bicara Partai Gerakan Maju (MFP) berkomentar tentang kondisi demokrasi di Thailand. Ia berpendapat masih ada sisa-sisa rezim militer di negara tersebut.

Baca Selengkapnya

Terancam Dibubarkan, Partai Move Forward Thailand Tunggu Keputusan Mahkamah Konstitusi Bulan Depan

9 hari lalu

Terancam Dibubarkan, Partai Move Forward Thailand Tunggu Keputusan Mahkamah Konstitusi Bulan Depan

Juru bicara Partai Move Forward (MFP) Thailand memperkirakan keputusan Mahkamah Konstitusi dalam kasus pembubaran partainya akan diumumkan awal bulan depan.

Baca Selengkapnya

Terancam Dibubarkan, Partai Move Forward akan Tetap Dorong Demokratisasi di Thailand

9 hari lalu

Terancam Dibubarkan, Partai Move Forward akan Tetap Dorong Demokratisasi di Thailand

Dalam wawancara khusus dengan Tempo, juru bicara Move Forward Party (MFP) memastikan mereka akan terus memperjuangkan demokrasi di Thailand.

Baca Selengkapnya

Thailand Menyelesaikan Pemilihan Senat Pertama dalam Satu Dekade

9 hari lalu

Thailand Menyelesaikan Pemilihan Senat Pertama dalam Satu Dekade

Ini menjadi pemilu pertama Senat sejak kudeta militer thailand satu dekade lalu.

Baca Selengkapnya

Koh Samui di Thailand Dinobatkan jadi Pulau Terbaik di Asia Pasifik, Intip Pesonanya

11 hari lalu

Koh Samui di Thailand Dinobatkan jadi Pulau Terbaik di Asia Pasifik, Intip Pesonanya

Travel+Leisure menonjolkan pesona Koh Samui Thailand dengan menyebutkan bungalow, desa nelayan, dan pemandangan alamnya menakjubkan.

Baca Selengkapnya