Kurs Rupiah Melampaui Asumsi Makro APBN, Ekonom: Depresiasi yang Tidak Terkendali

Reporter

Annisa Febiola

Editor

Aisha Shaidra

Sabtu, 29 Juni 2024 20:45 WIB

Pegawai tengah menghitung uang pecahan 100 dolar Amerika di Penukaran Valuta Asing PT Ayu Masagung, Jakarta, Kamis 20 Juni 2024. Rupiah spot berbalik melemah pada perdagangan Kamis (20/6) pagi. Pukul 09.10 WIB, rupiah spot ada di level Rp 16.391 per dolar Amerika Serikat (AS), melemah 0,16% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.365 per dolar AS. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didin S. Damanhuri, buka suara perihal pelemahan rupiah yang tidak terkendali. Bahkan, kurs rupiah telah melampaui asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

Hingga Jumat kemarin, 28 Juni 2024, rupiah ditutup pada level Rp 16.375 per dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, asumsi makro APBN 2024 hanya Rp 15.000 per dolar AS. "Ini depresiasi rupiah yang tidak terkendali. Walaupun sempat diusahakan dengan operasi pasar oleh BI (Bank Indonesia) turun, tapi kemudian naik lagi, bahkan hampir menyentuh Rp 16.500," katanya kepada Tempo pada Sabtu, 29 Juni 2024.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa awal tahun hingga saat ini rupiah telah terdepresiasi 6,25 persen dibanding akhir 2023. Hal ini disampaikannya dalam konfrensi pers APBN pada Kamis, 27 Mei 2024.

Didin menjelaskan beberapa faktor yang mendorong pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Faktor pertama adalah situasi geopolitik dan geoekonomi yang penuh ketidakpastian. Situasi ini akhirnya membuat AS mempertahankan tingkat bunga acuan The Fed di level 5,5 persen.

Selain itu, situasi ekonomi dalam negeri AS juga menunjukkan data-data yang positif, yakni tingkat keyakinan konsumen dan produsennya malah membaik. Dengan demikian, ada tarikan dolar dari berbagai negara di luar AS masuk ke negaranya. "Nah, itulah yang membuat kemudian kurs rupiah merosot dan kursnya terhadap mata uang lain naik. Ini merupakan sebuah pukulan terhadap APBN kita," kata Didin.

Advertising
Advertising

Dia tak menampik bahwa BI memang telah berusaha menjaga stabilitas rupiah dengan berbagai metode baru untuk melakukan operasi pasar. Kenyataanya, kata dia upaya BI tidak terlalu berhasil sampai hari ini.

Di samping faktor eksternal, Didin menduga faktor lainnya adalah fundamental ekonomi Indonesia sendiri yang buruk, terkait dengan defisit APBN yang direncanakan kisaran 2,45 sampai 2,82 persen. "Ini adalah refleksi bahwa pengeluaran APBN sebelumnya yang umumnya digelontorkan ke proyek-proyek infrastruktur besar-besaran, yang akan membuat time lag terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, dampak terhadap pertumbuhan ekonominya tidak terlalu kuat, begitu juga terhadap kesempatan kerja.

Hal tersebut, kata Didin diperparah dengan gelontoran anggaran bantuan sosial (bansos) besar-besaran yang politis terhadap Pemilu 2024, bahkan Pilkada serentak. "Sehingga, kontraproduktif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja."

Pilihan editor: Sri Mulyani: Rupiah Sudah Terdepresiasi 6,25 Persen, Asumsi APBN Rp 15 Ribu per Dolar AS

ANNISA FEBIOLA | ILONA ESTHERINA

Berita terkait

Rupiah Diprediksi Melemah hingga Rp 16.470 per Dolar AS Hari Ini

16 jam lalu

Rupiah Diprediksi Melemah hingga Rp 16.470 per Dolar AS Hari Ini

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini diperkirakan akan ditutup melemah di rentang Rp 16.380 sampai Rp 16.470.

Baca Selengkapnya

Rupiah kembali Melemah, Sektor Industri Terdampak

1 hari lalu

Rupiah kembali Melemah, Sektor Industri Terdampak

Mata uang rupiah kembali melemah dalam penutupan perdagangan hari ini Selasa, 2 Juli 2024.

Baca Selengkapnya

Alokasikan Rp569 Triliun untuk Perubahan Iklim, Komitmen Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Masih Rendah

1 hari lalu

Alokasikan Rp569 Triliun untuk Perubahan Iklim, Komitmen Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Masih Rendah

Sejak 2016 hingga 2022, pemerintah mengalokasikan dana Rp569,3 triliun untuk kebijakan perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ajukan Suntikan PMN Rp 6,1 Triliun buat Beberapa BUMN dan Bank Tanah

2 hari lalu

Sri Mulyani Ajukan Suntikan PMN Rp 6,1 Triliun buat Beberapa BUMN dan Bank Tanah

Menkeu Sri Mulyani mengajukan suntikan PMN ke Komisi XI DPR RI bagi empat BUMN dan Badan Bank Tanah yang berasal dari cadangan pembiayaan investasi.

Baca Selengkapnya

Pertamina Monitor Pergerakan Harga Minyak Dunia dan Kurs Rupiah, BBM Nonsubsidi Naik?

3 hari lalu

Pertamina Monitor Pergerakan Harga Minyak Dunia dan Kurs Rupiah, BBM Nonsubsidi Naik?

PT Pertamina Patra Niaga belum mengumumkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi untuk periode Juli.

Baca Selengkapnya

Analis Prediksi Besok Rupiah Menguat di Kisaran Rp16.320 hingga Rp16.410 per Dolar AS

3 hari lalu

Analis Prediksi Besok Rupiah Menguat di Kisaran Rp16.320 hingga Rp16.410 per Dolar AS

Rupiah menguat karena dolar sedikit terpengaruh data terbaru yang menunjukkan adanya penurunan pada perekonomian Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Mei 2024, Penerimaan Pajak Jakarta Turun 12,66 Persen jadi Rp 538,47 Triliun

3 hari lalu

Mei 2024, Penerimaan Pajak Jakarta Turun 12,66 Persen jadi Rp 538,47 Triliun

Realisasi penerimaan pajak nasional di wilayah Jakarta per Mei 2024 sebesar Rp 538,47 triliun atau 40,88 persen dari target APBN.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Bantuan Pangan Beras dengan Bantuan Sosial

3 hari lalu

Perbedaan Bantuan Pangan Beras dengan Bantuan Sosial

Presiden Jokowi akan memberikan bantuan pangan beras yang terus berlanjut sampai Desember 2024. Bantuan ini berbeda dengan bantuan sosial.

Baca Selengkapnya

FITRA Minta Uji Publik Program Makan Bergizi Gratis Prabowo

4 hari lalu

FITRA Minta Uji Publik Program Makan Bergizi Gratis Prabowo

Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) meminta adanya uji publik terhadap program makan bergizi gratis Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Fakta-Fakta Bantuan Pangan Beras yang Bakal Diberikan Pemerintah sampai Desember 2024

4 hari lalu

Fakta-Fakta Bantuan Pangan Beras yang Bakal Diberikan Pemerintah sampai Desember 2024

Presiden Jokowi akan menyalurkan bantuan pangan beras sampai Desember 2024. Namun, sebelum terealisasikan, simak terlebih dahulu fakta-fakta dari penyaluran bantuan ini!

Baca Selengkapnya